From Fingernail to Heart

778 58 28
                                    

Ace of Diamond © Yuji Terajima

.

((Miyuki 3rd year, Sawamura 2nd year))

.

.

.

"Kuurus kukumu, jadilah pacarku. Bagaimana?"

.

.

.

"Apa? Jadi kau tidak punya pengikir kuku?"

Ini suara si kapten baseball Seidou, Miyuki Kazuya, yang kebetulan hari ini sedang makan malam di hadapan si pemilik nomor Ace baru, Sawamura Eijun. Mereka yang tengah membicarakan hal random, kini obrolan mereka mengarah pada pengikir kuku. Dan si pitcher itu mengunyah makanannya, menggeleng sebagai respons selagi ia belum menelan makanannya. 

"Aku sempat kepikiran untuk beli," jawabnya, meraih katsu di atas piringnya dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Twapi, lupwa melulwu!"

Miyuki menghela napasnya penuh rasa maklum. Di kepala si pemuda asal Nagano ini hanya ada soal baseball, hingga keperluan-keperluan lainnya selalu dilupakan. Padahal, sudah hampir genap satu tahun Sawamura tinggal di asrama. "Lalu, kau biasa memotong kukumu dengan apa?"

"Hmm? Tentu saja pemotong kuku!"

"Astaga..." Miyuki meletakkan sumpitnya di atas mangkuk. Tangan pemuda di hadapannya ditarik, digenggam dengan erat.

"HEI-!"

"Lihat, jari-jarimu ini," Miyuki merentangkang ruas-ruas jari tangan kiri Sawamura, memandang tangan dominan sang Ace tersebut dengan tatapan khawatir. "Pemotong kuku biasa bisa melukaimu. Lihat, telunjukmu. Melihat bentuknya, kau pasti memotongnya terlalu dalam minggu lalu."

"Jangan berlebihan, Miyuki Kazuya. Mereka bisa tumbuh lagi," Sawamura memincingkan matanya dan mengerucutkan bibirnya, tidak suka jika si catcher terlalu mempermasalahkan hal ini.

"Oh, tentu! Tentu saja mereka bisa tumbuh lagi, Bakamura," Tangan itu dilepaskan. Lalu, sebuah sentilan mendarat di atas dahi Sawamura tanpa peringatan. "Tetapi, apa perlu kuingatkan jika kau seorang Ace sekarang? Kau harus menjaga tubuhmu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tanganmu, jarimu, kukumu, lenganmu—semuanya itu sama pentingnya."

Sawamura makin memanyunkan birainya, alisnya menekuk tidak suka. Ia tahu kalau semua bagian tubuhnya penting, tetapi mengapa Miyuki Kazuya harus memarahinya, sih? Dia juga tidak sebebal itu dalam memotong kukunya.

"Iya, iya. Maaf..." Tidak ingin membantah sang senpai cukup lama, Sawamura memilih untuk mengalah. "Tetapi sekarang, kuku-kukuku sudah mulai panjang dan aku belum beli pengikirnya. Bagaimana, dong?"

Mendengar rujukan bagaikan anak kecil, Miyuki menghela napasnya. Sebenarnya ia yakin para picther yang menjaga jari mereka memilikinya dan Sawamura bisa meminjamnya—dari Furuya, Nori, atau bahkan mantan pitcher seperti Tojo.

MiyuSawa Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang