Personality is Formed from Knowledge

769 48 14
                                    

Ace of Diamond © Yuji Terajima.
.

((Miyuki 3rd year, Sawamura 2nd year))

.

.

.

"TUHAN MENCIPTAKANMU DENGAN WUJUD KEPRIBADIAN YANG BURUK SEKALI!"

.

.

.

.

Masa-masa ujian.

Ya, waktu yang sangat tidak menyenangkan pada masa SMU—bagi Sawamura Eijun, si penggila baseball. Kalau dia boleh jujur, si pemilik marga Sawamura itu sangat ingin membakar semua buku pelajarannya dan juga kertas ujiannya. Sayang sekali, sebagai seorang pelajar ia hanya bisa menjalaninya sepenuh hati.

Oh, tentu saja. Dia juga tidak boleh remidi. Sawamura yang biasanya mungkin akan menggarap semua ujian hidupnya dengan mempasrahkan diri dari kesaktian tangannya, tetapi tidak untuk ujian kali ini. Karena Miyuki, si catcher-sialan-sekaligus-kekasihnya itu bilang (dengan nada bercanda, tetapi pandangannya eksplisit) tempo hari, "Duh~ Kalau nilaimu jelek, kamu harus fokus buat perbaikan. Kamu nggak boleh main di mound ataupun bullpen!"

Yup. Karena wejangan itulah, Sawamura Eijun sudah kesurupan setan rajin selama tiga hari ini. Miyuki menjanjikannya tiket 'melempar' gratis jika semua nilainya di atas rata-rata. Oleh karena itu, api semangat semakin membakarnya—tetapi justru karena itulah, Kuramochi dan Asada dibuat takut olehnya.

Kedua teman sekamar itu takut dengan tingkah si Ace yang semakin menjadi. Belajar larut malam, bergumam di depan buku, hingga matanya terlihat kosong seharian—meramalkan hafalannya, bahkan di antara tidurnya. Jika diibaratkan sebuah mesin, sepertinya Sawamura sudah berasap dan siap meledak!

"Oi, Miyuki sialan! Gara-gara perkataanmu, si Sawamura jadi sinting! Aku tahu maksudmu baik, tetapi sana hibur dia sebelum dia makin parah! Dia jadi kelihatan mengerikan, kau tahu!" Kuramochi—yang tidak betah melihat si adik kelas—akhirnya memutuskan untuk menendang teman sekelasnya dengan penuh emosi.

Karena itulah, Miyuki Kazuya akhirnya menyeret kekasihnya sepulang ujian mereka. Mereka pergi naik subway, membeli crapes isi katsu kesukaan Sawamura. Meski nyatanya, makanan hasil traktiran Miyuki itu sama sekali belum disentuh oleh empunya.

Bulir keringat jatuh ketika ia melihat keadaan si kesayangan dengan mata-kepalanya sendiri. Benar, Sawamura terlihat mengerikan. Kantung pandanya terlihat jelas di bawah kedua matanya, bibirnya menggumamkan ungkapan-ungkapan yang tidak jelas—meski Miyuki tahu, itu adalah hafalannya.

"Sawamuraaa," Miyuki mengacak rambut coklat yang lebih muda, berusaha menyadarkan sang juwita dari hafalannya. "Sudah cukup belajarnya! Makan dulu crepesnya! Ini tuh kencan, tahu. Kau butuh refreshing."

"Berisik, Miyuki Kazuya! Jangan membuyarkan hafalanku untuk besok!" tukas Sawamura sembari menggertakkan giginya, kembali membuka bukunya dengan sebelah tangannya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Menggigit crepesnya sekali, lalu mengunyahnya dengan kasar.

Miyuki hanya dapat menghela napas panjang. Apa boleh buat, ini juga merupakan salahnya. Kini ia hanya dapat merangkul Sawamura, membawa pemuda itu berjalan supaya tidak tertabrak sesuatu dikala ia berjalan sembari membaca seperti ini.

MiyuSawa Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang