"Phi, kita akan bermain bola disini?" Anggukan kepala Bright berikan.
"Tapikan disini sepi. Hanya ada kita berdua" Win mengedarkan pandangannya, dan hanya mereka berdua disini.
"Memangnya kenapa kalau hanya kita berdua disini?" Bright menendang bola itu dan masuk ke gawang itu.
Mereka mulai bermain bola. Menendang bola itu dan mengopernya. Mereka hanya bermain bola pelan, karena Bright tau Win akan kelelahan nantinya.
"Phi, Phi curang! Seharusnya kan aku yang menendangnya!" Win protes dengan wajah yang cemberut, karena Bright mengambil ahli bola yang seharusnya Win masukkan ke gawang itu.
"Hahahaha... Lagipula kau lama sekali" Bright menendang bola itu, dan mengopernya pada Win.
Win mulai menendangnya ke gawang itu dan nyaris masuk. "Ish kenapa tidak masuk!"
"Bukan begitu cara menendangnya. Seperti ini" Bright mencontohkan bagaimana menendang bola itu, dan Win mengerti lalu mengikuti cara yang Bright ajarkan. Dan...
"YESSS...GOLLL" Win melompat kegirangan melihat bola yang ia tendang masuk ke garis gawang itu.
Bright yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya heran. Win berlari kearah Bright lalu dengan reflek memeluknya.
"Phi, lihat! Bolanya masuk"
"Tentu saja masuk, kau kan hebat" Bright mengusap kepalanya Win lembut. Tatapan mereka bertemu dan saling mengunci satu sama lain.
Cukup lama mereka dalam posisi ini. Hingga tiba-tiba, Win memejamkan matanya dan itu membuat Bright mengkerut kening. Mata Win makin terpejam ketika rasa pusing di kepalanya semakin parah. Ia sudah hampir terhuyung, tapi ia sigap memegang bahu Bright agar ia tidak jatuh.
"Win? Kau kenapa?" Tanya Bright heran. Bright memegang bahu Win, dan mengamati mata Win yang mulai berair.
"Shhhh" Win meringis akibat rasa pusing di kepalanya.
"Kau kenapa, Win? Kepala mu sakit?" Bright semakin panik karena Win tidak menjawab pertanyaannya.
"Ke-kepala ku, P-phi... Sshhh... Sa-sakitt" kedua tangan Win sudah memegang kepalanya.
"Kita ke rumah sakit, na?" Gelengan kepala Win berikan. Ia tidak mau ke rumah sakit.
Bright mendesah ringan melihat Win menolak tawarannya. Win memang sangat susah jika di ajak ke rumah sakit. Akhirnya, Bright membawa Win ke tepi lapangan, dan mendudukkan Win sana.
Bright membuka botol mineral dan menyerahkannya pada Win. Win meminum air itu dengan di bantu Bright. Bright mengelap keringat Win yang ada di dahinya menggunakan handuk berukuran sedang yang ia bawa tadi. Beruntung mimisan Win tidak keluar.
Setelah beberapa menit, nafas Win kembali normal. Bright selalu ada ketika penyakitnya kambuh. Bright memang tipe pria yang siap siaga. Terkadang pikiran Win selalu mengarah, pasti wanita yang mendapatkan adalah wanita yang beruntung.
"Sudah lebih baik?" Win tersentak mendengar suara Bright. Ia melamun tadi.
Win menganggukkan kepalanya pertanda meng-iya kan pernyataan Bright. Tangan Bright naik untuk mengusap rambut Win dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Setelah mereka sama-sama terdiam, Bright memutuskan untuk mengantar Win pulang. Ia tidak ingin jika penyakit Win semakin kambuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You - BrightWin
De Todo"Aku menyukai mu sejak dulu, Phi. Tapi kau malah mengacuhkan ku. Suatu saat nanti kau akan merasakan bagaimana sakitnya mencintai seseorang dalam diam" -Win "Aku mencintai dan menyayangi Jane. Tapi aku tidak ingin kau menjauh dari ku, Win" - Bright ...