DUABELAS||12

1.8K 183 29
                                    

Hi-!!
Call me 'Iya'
Happy Reading.....

Bantu ramaikan pliss:')
Tekan vote jn lupa ygy..
_____
Di kelas 11 IPA 2 saat ini tengah mengadakan ulangan dadakan pelajaran matematika. Semua penghuni kelas tentu saja mengeluh, tak terkecuali para juara kelas, bagaimana tidak? Ulangan dadakan hari ini terdapat 50 soal yang hanya di beri waktu tiga puluh menit.

Semuanya mengeluh. Ada yang memukul kepala nya dengan pulpen ataupun pura-pura mencoret kertas kosong agar terlihat tengah mengerjakan.

Pak Argus tersenyum senang melihat anak murid nya kesusahan saat mengerjakan soal darinya, ini semua ia sengaja karena sebentar lagi akan diadakan ujian semester satu.

Fattan menggeleng seraya mengetuk-ngetuk ujung pulpen ke kepalanya. "Mati gue, mati" ujarnya pelan ketika melihat soal-soal yang dapat membuatnya mabuk kepayang.

"Jangan mati dulu, dosa lo masih banyak!" sahut Evan tiba-tiba.

"Bacot anying!"

Dafa mendengus melihat soal matematika yang dapat membuat kepala pusing ini. Di antara 50 soal ini, belum ada yang ia kerjakan satu pun, karena menurutnya soal ini terlalu sulit. "Udah bego nambah bego yang ada,"

Sedangkan Leo, cowok itu hanya diam anteng seraya mengerjakan soal-soal ini. Di wajah tampannya tidak ada kebingungan, ia malah lancar mengerjakannya.

"Shut Leo," ucap Fattan pelan sambil mencolek bahu Leo agar menoleh padanya. "Leo woy!"

Dafa menggeleng melihat Leo yang tidak kunjung membalikkan tubuhnya. "Maklum, si Leo tiba-tiba budek." ujarnya berniat menyindir.

"Eh, gue dapet contekan!" kata Evan tiba-tiba. "Mau liat ga lo pada?" sontak saja Dafa dan Fattan segera mengiyakan. Evan mengeluarkan ponsel nya yang tadi ia gunakan untuk memfoto lembar jawaban Karin.

"Wih, pinter juga lo Van."

Pak Argus yang melihat itu pun segera melangkahkan kakinya menuju tempat Evan. "Sedang apa kamu?"

Evan menoleh. "Eh. Ngga ngapa-ngapain kok Pak." jawabnya cepat.

Pak Argus mendengus mendengar itu, bahkan ia sudah melihat dengan jelas kalau Evan mencontek lembar jawaban orang lain. "Saya paling tidak suka ada yang berbuat curang seperti ini! Kalau saya mendapati kasus seperti ini lagi, saya tidak akan segan-segan memberi nya nilai nol di pelajaran saya!"

"Paham semuanya?" tanya Pak Argus memastikan.

"Paham pak!"

"Paham pak!"

Pak Argus mengangguk. "Cepat kerjakan kembali!" ia kembali memutari kelas, memperhatikan setiap murid nya yang tengah mengerjakan soal darinya. Mata yang hampir keriput itu membelalak ketika mendapati sosok perempuan yang tengah tertidur pulas seolah-olah tidak memiliki beban.

Guru yang hampir setengah abad itu mulai melangkahkan kakinya menuju tempat seorang gadis yang tertidur pulas. Ia menggebrak meja dengan cepat yang dapat membuat perhatian murid lain menuju kepadanya. "LEA! BANGUN KAMU! BUKANNYA MENGERJAKAN MALAH TIDUR-TIDURAN SEPERTI INI HAH?!"

Lea yang merasa itu pun langsung terlonjak kaget. "Astaghfirullah Pak! Bapak mau buat saya jantungan gara-gara dengar suara Bapak yang kayak toa masjid itu?" katanya mendramatisir keadaan.

Lantas saja Pak Argus langsung menjewer telinga sebelah kanan Lea dengan kencang. "Berani kamu teriak-teriak di hadapan guru kamu sendiri hah?!"

"Lah Bapak aja tadi teriak-teriak sambil gebrak meja saya, kok malah saya yang di salahin sih pak?!"

"Memang itu salah kamu, saya ga mau tau ya! Kamu keluar dari kelas saya sekarang!" ujar Pak Argus sambil menarik tangannya kembali dari telinga muridnya itu.

Mata Lea seketika berbinar. "Yang bener pak?" Guru itu pun mengangguk. "Wih, makasih Pak! Akhirnya saya gausah pusing-pusing mengerjain soal sialan itu,"

"Enak banget anjir!"

"Kalo kayak gitu mending gue ikutan tidur supaya gausah ngerjain soal lagi."

"Anjir! Si Lea enak banget di suruh keluar."

Pak Argus menggeleng. "DIAM KALIAN! KALAU MEMANG KALIAN TIDAK SUKA MATA PELAJARAN SAYA SILAHKAN KELUAR DARI KELAS INI SEKARANG!" Katanya mengancam.

Sontak saja semua murid yang berada di kelas itu pun berdiri, tak ada yang terkecuali. Mereka berdiri dengan wajah tanpa dosa nya sambil menatap Pak Argus yang masih berdiri di depan papan tulis.

Pak Argus yang melihat itu pun matanya seketika membulat tak percaya. Apakah mereka memang sangat tak menyukai matematika? Sampai mereka sangat senang. Ia menggeleng tak percaya, ternyata ada murid yang seperti mereka ini.

"Berarti saya boleh keluar dari kelas dong pak?"

"Silahkan saja jika ingin nilai kalian nol!"

Langsung saja murid-murid yang berada di kelas itu berhamburan keluar, meninggalkan sosok guru yang siap-siap mengeluarkan tanduknya.

••🍌🍌🍌••

Sedangkan di lain tempat Lea malah asik-asikan makan di kantin seolah-olah tidak memperdulikan kalau ia sudah makan di saat pelajaran tengah berlangsung.

"Mantap banget dah!" katanya sambil menikmati kuah bakso miliknya. Menurutnya makan bakso dengan kuah sambal yang banyak sangat nikmat, apalagi di makan saat cuaca dingin.

"Wah lo nih dalangnya!" kata Karin yang tiba-tiba datang. "Gara-gara lo anak-anak sekelas pada mabal pelajaran si aki-aki."

Lea yang menxengar itu pun mendengus. Itu bukan salahnya! Kepana ia yang jadi di salahkan? "Lah kok jadi gue sih yang di salahin?"

Karina mengetuk dahi Lea dengan tangannya. "Ye gara-gara lo anak-anak sekelas pada pengen keluar juga. Gara-gara lo juga, gue yang di salahin sama Bu Nina!" katanya sambil menceritakan kondisi kelasnya setelah Lea pergi.

Sontak saja Lea langsung tertawa. "Emang pantes si aki-aki digituin! Secara dia kan pelit nilai terus juga semua soalnya pada susah semua."

"Ya iya sih! Tapi lo bayangin aja, gue yang jadi bahan omelan nya si Nina gara-gara ngga nertibin kondisi kelas."

"Ya itu salah lo, mau-mau aja jadi ketua kelas." katanya sambil di akhiri tawa. Ia cukup terhibur dengan wajah melas nya Karin.

"Sialan lo Ya!"

><><><
TBC...
Smoga sukak hehe<3
Maklum ye kalau crtny prik, baru prtma hihiiii.
Jn lupa tekan vote kawan-kawan 😖🙏🏻

Byee...

📍Jawa Barat, Indonesia♡







DOUBLE L [Dalam Proses]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang