dua puluh sembilan
in collaboration with anothermissjo's story titled "One Last Game"
🧵
🧵
Edward mematut dirinya pada kaca utama mobil. Ia menyisir rambutnya yang keriting sekali lagi. Kemudian memperbaiki posisi kerah kemeja yang dikenakannya agar terlihat sedikit lebih rapi. Sentuhan terakhir yang ia berikan adalah kedipan pada dirinya sendiri.
Edward melompat keluar dari mobil yang atapnya tidak tertutup ini. Ia berjalan dengan santai sambil sesekali tersenyum manis pada orang-orang yang berjalan melewatinya. Setelah tiba di depan pintu kaca yang terlihat amat feminin ini, ia mendorongnya pelan.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita cantik berpakaian setelan formal berwarna hitam dengan list pink perak.
"Beautiful like your name, Helena," sapa Edward setelah melirik tanda nama yang terjepit rapi di dada sebelah kiri Helena, pegawai Love Blooms, wedding planner yang diketahui Edward sebagai milik Michelle.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Helena tampak tidak gentar dengan omongan manis Edward. Ia membimbing Edward seperti tamu-tamu lain yang datang, yaitu menuju meja penerima tamu. Edward dengan pasrah mengikutinya, namun belum menyerah untuk kembali melontarkan kata-kata manis.
"Hatimu baik sekali sehingga ingin menolongku tanpa kuminta," kata Edward. Ia mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kedipan.
***
Bisa dibaca di KARYA KARSA: lyanchan
YOU ARE READING
One Last Knot [LENGKAP DI KARYAKARSA]
Lãng mạnBisa dibaca di karyakarsa: @lyanchan prolog - 8 gratis Cerita ini adalah cerita kolaborasi dengan @anothermissjo dengan cerita berjudul "One Last Game" 🧵 Bertemu kembali dengan klien yang batal menikah akibat perbuatannya adalah hal terakhir yang...