Chapter 2 - Piknik

2.4K 354 86
                                    

Tindakan Acacia membuat semua orang di sana terdiam kaku di tempat. Tapi Achilles kemudian melangkah mendekati adik kembarnya dan mendongak untuk menatap Claude. Achilles mengerjapkan mata polos beberapa kali, kemudian tersenyum.

"Hai daddy," sapa Achilles.

Acacia dan Achilles spontan saling bertatapan lalu tersenyum jahil. Mereka tidak pernah berkompromi, tapi langsung berimprovisasi saja menjahili orang-orang dewasa itu.

"Ha." Anastacius menyibak poninya. "Kalian Achilles dan Acacia, kan? Sepertinya karena aku sudah lama tidak mengunjungi kalian, kalian sampai salah mengenali siapa ayah kalian."

Acacia dan Achilles spontan menatap Anastacius dengan ekspresi bingung yang polos. "Apa maksud, Paman?"

Dahi Anastacius berkerut kesal. "Yang paman kalian itu orang itu! Aku ayah kalian."

Acacia dan Achilles kembali menatap Claude sebagai kode ingin mendengar langsung jawaban dari pria itu.

"Benar. Saya bukan ayah kalian, Tuan Putri, Pangeran," jelas Claude.

Acacia dan Achilles saling menatap, kemudian menghela nafas kecewa membuat Anastacius semakin kesal.

"Claude, bawa anak-anak itu ke ruang kerjaku," perintah Anastacius lalu melanjutkan langkahnya. Dia ingin menggendong mereka tapi tidak bisa mengingat keberadaan pelindung kekuatan suci anak-anak itu.

"Yang Mulia, ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda dan pangeran Claude. Bolehkah saya ikut juga?" Penelope mendekati Anastacius.

"Terserah," balas Anastacius cuek.

Claude mengerutkan dahinya melihat Penelope seperti berniat mendekati Anastacius, bukan sebagai calon kakak ipar melainkan calon kekasih. Pikirannya itu seketika buyar ketika tangannya masing-masing digenggam Acacia dan Achilles yang kemudian menariknya mengikuti Anastacius.

"Ayo Paman!" ajak Acacia dan Achilles tersenyum cerah.

Mereka mirip dengan Anastacius saat kecil, batin Claude terbayang wajah Anastacius saat masih kecil yang tersenyum cerah kepadanya.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Kini di ruang kerja kaisar, Anastacius duduk berhadapan dengan Achilles dan Acacia. Sementara Claude dan Penelope duduk di sofa samping mereka yang berada di tengah-tengah. Di hadapan mereka tersaji berbagai macam jenis dessert serta tiga cangkir teh dan dua gelas susu di atas meja.

Baru saja duduk, Achilles dan Acacia langsung meminum masing-masing susu itu. Mereka kelelahan karena berjalan kaki sampai ke ruang kerja itu dengan kaki pendek mereka.

"Achilles, Acacia, apa kalian tahu arti nama kalian?" tanya Anastacius sambil menopang dagunya.

Achilles meletakkan gelasnya yang telah kosong. "Apa Ayah tidak tahu arti nama kami?"

Acacia mengangguk seraya menaruh gelasnya ke atas meja. "Bukankah Ayah yang memberikan kami nama? Ayah tidak mungkin tidak tahu arti nama kami, kan?"

Mereka memanggil Claude daddy, tapi sekarang memanggilku ayah, batin Anastacius menghela nafas kesal. "Ya, aku tahu. Nama kalian artinya abadi."

"Itu tahu! Jangan bertanya kalau Ayah sudah tahu jawabannya, itu buang-buang waktu," balas Achilles dan Acacia tersenyum cerah.

Anastacius menarik dan menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya yang kesal. Dia kemudian mengambil dokumen di atas meja dan menyodorkannya ke depan Claude yang diterima adik tirinya itu. "Itu tugasmu." Dia lalu beralih menatap Penelope. "Anda Nona Judith, apa yang mau Anda bicarakan?"

Anastacius Childrens [WMMAP Fanfiction] ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang