Chapter 12 - Jennete Ketempelan Aeternitas

1.2K 187 4
                                    

Saat ini Acacia mengikuti Arvin yang berjalan di lorong samping aula. Dia mengintip dari balik pintu, laki-laki itu masuk ke sebuah balkon.

Sepertinya dia lagi mencari udara segar, batin Acacia menatap Arvin yang memejamkan mata menikmati angin menerpa wajahnya.

"Apa ada yang mau kau bicarakan?" Arvin membuka matanya, kemudian berbalik badan. "Eh, Tuan Putri?" ucapnya terkejut. Dia memang sadar sedang diperhatikan sejak tadi tapi ia tidak tahu siapa pelakunya. "Maaf atas ketidaksopanan saya. Saya Arvin Edlyn memberi salam kepada Tuan Putri Pertama."

"Tidak apa-apa. Aku yang tidak sopan karena terus memerhatikanmu sejak tadi." Acacia memalingkan wajahnya sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Sebenarnya ... ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Kenapa Anda malu-malu seperti ingin menyatakan cinta begitu?" Arvin maju lalu memegang dagu Acacia dan membuatnya kembali menghadapnya. "Katakan apa yang mau Anda bicarakan, Tuan Putri," ucapnya tersenyum.

Senyumannya itu ... dia menggodaku, kan?! Lagian siapa yang malu, aku cuma bingung bagaimana memulai obrolannya, batin Acacia.

"Anda tidak sopan sekali." Elvano tiba-tiba sudah berada di belakang Acacia dan menepis tangan Arvin dari dagu Acacia.

"Ah Tuan Muda Axelle. Hm ... maaf atas tindakan tidak sopan saya, Tuan Putri." Arvin menarik tangan kiri Acacia sehingga gadis itu menempel dengannya. "Tapi ada urusan apa Tuan Muda Axelle ke sini? Anda tidak mungkin menguping kami kan?"

"Saya mengikuti Tuan Putri untuk mengembalikan jepit rambutnya." Elvano menunjukkan jepit rambut berbentuk bunga mawar.

"Ah itu memang milikku. Terima kasih, El." Acacia mengambil jepit rambutnya dan memasangnya kembali pada rambutnya.

"Hm. Tuan Putri, apa Anda perlu ditemani?" tawar Elvano.

"Apa?"

Elvano menarik tangan kanan Acacia sehingga gadis itu menempel dengan tubuhnya. "Saya hanya berpikir tidak baik laki-laki dan perempuan berdua saja dalam satu tempat yang sepi."

"Anda bicara seolah saya akan melakukan hal jahat kepada Tuan Putri." Arvin menarik tangan kiri Acacia ke dekatnya lagi.

Elvano kembali menarik tangan kanan Acacia. "Tidak ada yang tahu, kan? Lebih baik berhati-hati. Laki-laki biasanya susah mengendalikan nafsu jika ada kesempatan seperti di tempat sepi."

Arvin menarik tangan kiri Acacia lagi. "Anda berlebihan sekali. Saya bu--"

"Hei berhenti menarikku!" teriak Acacia menghempas tangan Elvano dan Arvin sehingga genggaman keduanya terlepas.

Elvano dan Arvin terdiam sebentar, memerhatikan wajah kesal Acacia. Mereka seperti melihat kucing oren mengamuk. "Maaf," ucap mereka.

Acacia menghela nafas pelan. Dia lalu menarik Elvano dan Arvin ke dalam balkon, kemudian menutup pintu. Setelahnya ia berbalik, menghadap kedua laki-laki itu. "El, ada yang mau kubicarakan dengan tuan muda Edlyn, itu urusan yang kumaksud tadi. Kalau kau memang khawatir akan terjadi hal tidak diinginkan jika kami berdua saja, kau boleh tetap di sini," ucap Acacia. Yah ... aku juga merasa tuan muda Edlyn itu tipe laki-laki yang pandai menggoda sih dan mudah mengelabui seseorang dengan sifatnya, jadi memang lebih baik Elvano menemaniku, batinnya.

"Urusan ... ah maaf, kurasa aku terlalu protektif dan mengganggu urusanmu. Aku per--"

"Tidak, temani aku di sini," sela Acacia menahan lengan Elvano.

"Ah saya merasa Tuan Putri benar-benar menganggap saya berbahaya," ucap Arvin menyenderi pagar.

Acacia berdeham. "Tuan muda Edlyn, aku langsung ke intinya saja. Beritahu aku, apa yang terjadi di kediaman Edlyn kemarin?"

Anastacius Childrens [WMMAP Fanfiction] ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang