20

448 77 18
                                    

Pagi ini, secara perlahan seseorang membuka matanya. Terasa sakit dikepala dan tangan ketika membuka mata.

"Aargg.." ringisannya sontak membuat seorang gadis yang tertidur disampingnya membuka mata.

"Oh?? Jeongyeon?? Kau sudah bangun?? Apa yg kau rasakan sayang??" tanya Nayeon bertubi-tubi.

"Argg.. Kepalaku sedikit sakit.. Kenapa aku bisa ada disini??" tanya Jeongyeon sambil menatap kamar yg digunakannya.

"Kau kecelakaan kemarin siang Sayang.. Syukurlah kau sudah sadar sekarang, aku sangat takut ketika melihatmu bersimbah darah.." air matanya sudah menetes sambil mengungkapkan ketakutannya.

"Maaf sudah membuatmu khawatir.." tangan yg berisi selang infua dipakai untuk menggenggam tangan Nayeon.

"Jangan pernah membuatku khawatir lagi.. Aku takut kehilanganmu.." Nayeon memeluk Jeongyeon hingga tak sadar jika dia sedikit menekan tangan Jeongyeon.

"Ah.. Sayang maaf tanganku sakit, jangan terlalu menekannya.." Nayeon segera melepas pelukannya.

"Ah mianhae-mianhae.. Aku akan panggilkan dokter dulu.." Nayeon menekan tombol yg berada diatas ranjang Jeongyeon, hingga tak lama seorang dokter dan perawat datang untuk memeriksa kondisi Jeongyeon.

"Kondisinya sudah stabil tapi harus tetap dirawat dulu hingga perban dikepala bisa dilepas.." jelas dokter.

"Ne.. Khamsahamnida dokter.."

"Kalau begitu saya permisi dulu.."
Setelah dokter pergi, Nayeon segera menghungi orang tuanya dan ornag tua Jeongyeon untuk ke rumah sakit karna Jeongyeon sudah sadar.

"Sayang.." Nayeon menoleh setelah dipanggil oleh Jeongyeon.

"Kenapa sayang?? Ada yg kau butuhkan?? atau ada yg sakit??"
Jeongyeon menggeleng.

"Ani aku hanya ingin bertanya siapa yg ingin mencelakaiku?? Karna jelas-jelas mobil itu mengarah padaku.."

"Park Jinyoung.." jawab Nayeon.

"Jinyoung??"

"Ne.. Appa sudah mengecek cctv kemarin dan mendapatkan plat mobilnya, aku tak tau lagi perkembangan kasusnya seperti apa.." Jelas Nayeon.

"Ah aku baru ingat, kemarin dia mengucapkan selamat tentang berita pernikahan kita.." ucap Jeongyeon sambil masih menatap Nayeon.

"Mwo?? Kau bertemu dengannya?? Kenapa tak mengatakannya padaku??" Nayeon cukup kaget mendengarnya karna dia tau Jinyoung cukup nekat untuk melakukan sesuatu.

"Aku tak tau jika dia akan berbuat seperti itu padaku.."
Helaan nafas didengar Jeongyeon.

"Dia orang yg cukup nekat untuk melukai seseorang, bahkan kau lihat sendiri dulu dia mencengkaran lenganku dengan kuat hingga membuat lenganku memerah.." Jeongyeon mengangguk mengingat kejadian dulu.

"Arraseo.. Semoga dia segera ditangkap.."
Tak lama sarapan Jeongyeon datang beserta obat-obatannya.

Nayeon segera mengambil piring dan menyuapi Jeongyeon dengan telaten.
"Sepertinya aku tak salah pilih calon istri.." ucapan Jeongyeon sontak membuat Nayeon malu.

"Jangan menggodaku seperti itu.."

"Aku tak menggoda, itu kenyataannya sayang..." Jeongyeon tersenyum menatap pipi Nayeon yg sedang memerah krna malu.

"Cepatlah sembuh dan keluar dari rumah sakit dan juga segera ikuti acara wisudamu.." ucap Nayeon sambil menyuapi Jeongyeon.

"Tapi sepertinya aku tak akan bisa ikut wisuda dengan keadaanku sekarang ini.." ungkap Jeongyeon.

IN SEARCH OF J Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang