-03

8 1 4
                                    


"Wah jadi kamu suka nonton anime, ya?" Sea berseru saat melihat meja belajar Biru dihiasi aksesoris dari beragam judul anime.

Biru tak menanggapi celotehan Sea, dia hanya memperhatikan gadis itu yang sedang melihat-lihat isi kamarnya. Selagi Sea tidak merusak barang miliknya maka itu bukan masalah besar.

"Aku juga nonton Haikyuu loh!" Sea senyum semringah saat melihat manga Haikyuu berjejer rapih di lemari kaca.

Sea suka menonton dan membaca. Jika tontonan yang dipilihnya menarik maka dia akan meneruskannya, tak peduli itu drama Korea, Thailand, Indonesia, anime, kartun atau apapun. Iya, yang terpenting adalah menarik.

"Koleksi novelmu banyak sekali." Sea tak henti-hentinya berdecak kagum.

"Oh iya-eh namamu itu siapa, ya? Aku belum tahu." Mendadak Sea teringat akan hal itu.

Biru menjawab seadanya.

"Namamu unik dan indah sekali, aku suka!" Pujian Sea secara tak langsung menciptakan senyuman tipis di wajah Biru. Sedikit sekali orang yang memuji namanya, banyak dari mereka yang menyebutnya aneh.

"Oh iya Biru, kamu mau aku kasih spoiler tentang novel ini tidak?" Tangan Sea menunjuk novel yang tadi sore Biru baca.

"Apa?"

"Novel ini akan ada musim keduanya loh!" Sea berkata jujur. Sebagai penggemar novel tersebut, tentunya Sea mengikuti perkembangan dari cerita ini.

"Kata siapa?"

Sea mendengus. "Aku kan datang dari 2022 dan novel musim keduanya terbit tahun 2021, jadi sudah jelas aku tahu!"

Biru terkesiap, lupa akan fakta satu ini. Dia memandang Sea yang masih sibuk menjelajah kamarnya. Terbesit di pikirannya untuk menanyakan apa yang terjadi di masa depan.

"Sea," panggil Biru.

"Ya?"

"2021 dan 2022 bagaimana?"

Sea menghentikan aktivitasnya dan duduk di kursi belajar Biru.

"2021 bagiku buruk, banyak masalah yang menimpa, tapi secara keseluruhan tidak ada yang perlu kamu cemaskan. Apa yang terjadi adalah hal wajar." Nada bicara Sea sedikit berubah, seperti tersirat kesedihan yang tidak diketahui Biru.

"Lalu 2022?"

"Yang pasti kamu jangan mengharapkan Haikyuu musim kelima dirilis." Sea tertawa renyah. Wajahnya kembali ceria seperti tadi.

Biru tidak menjawab lagi, diam-diam dia mengamati Sea yang menurutnya mudah sekali merubah ekspresi wajah secara cepat.

Mungkin anak ini dilahirkan untuk menjadi ceria, pikir Biru.

"Biru, itu piala apa?" tanya Sea. Tangannya menunjuk sejumlah piala yang disusun rapih dekat meja belajar. Sea tidak bisa melihatnya secara jelas karena letaknya cukup tinggi.

"Waktu lomba menggambar."

Sea menoleh dan menatap Biru dengan berbinar-binar. "Kamu ini betul-betul menggambarkan seorang wibu, ya."

Biru mendelik malas ketika Sea menyebutkan kata wibu. Sejujurnya di tidak suka dipanggil wibu, itu terlalu aneh. Biru lebih suka menyebut dirinya sebagai anime lovers.

"Kamu berkacamata dan pintar menggambar, aura wibunya kuat sekali." Lagi-lagi Sea tertawa.

Biru mendongkol, kalimat Sea terdengar seperti ejekan.

"Kamu pasti berasal dari keluarga yang kaya raya," gumam Sea menarik atensi Biru.

Menurut Biru, keluarganya bukanlah keluarga yang kaya raya, tapi juga tidak kekurangan. Pendapatan orang tuanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan sebagai anak tunggal tentu saja Biru mendapat banyak fasilitas.

"Ngomong-ngomong keluargamu di mana?" tanya Sea.

"Bekerja."

Selepas kerja di bank, ibu Biru tidak langsung ke rumah melainkan ke toko sembako milik ayahnya dulu. Mereka akan pulang bersama sekitar jam 8 malam.

"Hidupmu sudah persis di novel-novel, ya? Anak tunggal, orang tua sibuk bekerja, sering sendirian di rumah, lantas akhirannya-"

"Aku sial karena bertemu kamu," potong Biru cepat. Dia menatap sinis Sea yang sedari tadi tidak lelahnya berbicara.

"Iya-iya nanti aku cepat cari cara untuk pulang!" Sea cemberut.

Biru tidak peduli, dia malah menggelar kasur kecil untuk tidur Sea. "Tidurlah di situ," titahnya.

Sekarang sudah pukul 8 malam, karena merasa lelah akhirnya Biru memutuskan tidur sekarang. Tentu saja dia tidak tidur satu kasur bersama Sea. Dia tidur di kasur yang lebih tinggi, sedangkan Sea di bawah.

"Ini." Biru menyerahkan bantal dan selimut pada Sea. Bagaimanapun tidak tega jika nanti malam Sea kedinginan, apalagi di kamarnya mengenakan AC.

Sebelum beralih ke kasurnya, Biru mengecek kembali keadaan pintu kamar yang tadi sudah dikunci.

"Kenapa dikunci?"

"Kamu mau ketahuan orang tuaku?" Biru bertanya balik.

Sea mengangguk paham.

"Tapi kamu jangan apa-apakan aku, ya?" Sea memasang ekspresi galak.

Biru mendengus. "Harusnya aku yang berkata begitu!"

Meski tak terima dengan ucapan Biru, Sea tak lagi menjawab. Dia sadar diri kalau di sini dialah yang 'orang lain', maka wajar Biru berkata demikian.

***

Kayaknya aku mau mulai rajin update!

[200622]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang