-15

2 0 0
                                    

Pagi ini Biru tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia kembali mengecek isi tasnya, khawatir ada yang tertinggal.

"Biru."

Sea yang semula hanya duduk dan melihat kesibukan Biru, kini memanggil pemuda itu.

"Apa?" jawab Biru.

Sea menunduk, masih ragu untuk mengatakan sesuatu. Dia ingin bilang sekarang, tapi takut kalimatnya akan menjadi pikiran bagi Biru, apalagi hari ini dia ada ulangan bahasa Indonesia.

Aku 'kan tidak penting bagi Biru, jadi mana mungkin ini jadi beban pikiran baginya, pikir Sea. Berakhirlah dia mengutarakan isi hatinya.

"Aku akan pergi ke tahun 2022 dan tidak akan bisa kembali ke 2020 lagi."

Biru menghentikan aktivitasnya, dia menatap Sea tanpa mengatakan apa pun.

"Ini hari terakhirku di sini." Sea kehabisan kata-kata. Dia bingung ingin berkata apalagi karena memang hanya itulah yang ingin disampaikannya.

Tak kunjung mendapat respons dari Biru, Sea buru-buru mencairkan suasana yang terlampau aneh ini.

"Mungkin ini tak penting bagimu, tapi aku merasa harus bilang soal ini," kata Sea diiringi tawa canggung.

"Pinjam buku bahasa Indonesiamu dong! Aku akan pulang pagi ini." Sea berdiri, dia melangkah mendekati Biru.

"Sebelum aku pergi, apa ... Tidak ada yang ingin kamu katakan Biru?" tanya Sea, "maksudku siapa tahu kam—"

"Kenapa?" tukas Biru yang membuat Sea bingung.

"Kenapa apanya?"

"Tidak." Biru memutuskan kontak mata. Dia bergegas mengambil buku bahasa Indonesia yang tadi sudah dimasukkan ke dalam tas, lalu menyerahkannya pada Sea.

Sea ragu-ragu menerima buku tersebut, dirinya sedikit tidak menyangka akan benar-benar pergi tanpa mendengar sesuatu dari Biru, padahal dia sangat berharap itu. Ternyata dirinya benar-benar tidak penting dan hanya dianggap angin lalu oleh Biru.

"Aku akan mendapat nilai bagus di ulangan kali ini." Biru berkata tiba-tiba.

Sea menoleh cepat. "Eh?" Dia keheranan, tapi tak lama terbit senyum kecil dari wajahnya.

"Ya aku tahu itu."

"Aku akan menunjukkannya padamu," ucap Biru serius. Mungkin terdengar tidak masuk akal, apalagi dia mengucapkan ini secara spontan, tapi percayalah Biru sungguh-sungguh akan melakukannya.

Sea membalasnya dengan tawa renyah. Dia mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Oke, mari kita bertemu lagi di tahun 2022."

"Biru cepat sarapan lalu berangkat, nanti kamu kesiangan." Dari luar kamar terdengar Ibu Biru yang mengingatkan anaknya.

Biru dan Sea berpandangan. Keduanya sama-sama mengerti bahwa mereka harus cepat-cepat berpisah.

"Aku pergi, selamat tinggal Biru!"

Sea tersenyum untuk terakhir kalinya lantas menghilang di tengah cahaya silau yang muncul dari buku.

Biru membuka matanya. Sea sudah tidak ada, yang tersisa hanyalah buku bahasa Indonesianya.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin," katanya sembari mengambil buku tersebut.

***

Double up soalnya sabtu kemarin kelupaan asksk.

Bentar lagi tamat.

[180722]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang