-11

3 0 0
                                    

Sea kembali tak lama setelahnya. Dia membawa sesuatu yang menarik perhatian Biru.

"Itu apa?" tanya Biru setelah Sea duduk di hadapannya.

"Ini adalah kartu yang aku buat bersama teman-temanku. Masing-masing kartu berisi pertanyaan yang harus kita jawab. Ya semacam bermain tanya jawab," jelas Sea.

Kartu yang dibuat karena hasil kegabutannya itu Sea jejer di atas meja dengan posisi terbalik, yang berisi pertanyaan ada di bawah sedangkan yang polos di atas.

"Cara mainnya sederhana, kita hanya perlu suit untuk menentukan pemenangnya. Yang menang memilih kartu dan yang kalah harus menjawab pertanyaan dari kartu tersebut. Mudah 'kan?" Sea mengulurkan tangan, bersiap suit.

Biru melirik sebentar tangan Sea, gadis itu bertindak seolah-olah Biru mau melakukannya, padahal dari tadi dia tidak ada menjawab tawaran bermain Sea. Kendati demikian Biru tetap meladeni Sea, dia hanya berusaha menghargai usahanya.

Hasil suit pertama Biru kalah. Sea bersorak girang, dia buru-buru memilih kartu dan membacanya.

"Jika kamu bisa menjadi tidak terlihat dalam sehari, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Sea.

"Melakukan apa yang ingin aku lakukan."

"Dan apakah itu?" Sea bertanya lagi. Hal ini tidak ada di peraturan bermain, jika sudah bertanya sekali ya sudah, tapi Sea penasaran.

Biru diam sejenak, bingung harus menjawab apa karena sejujurnya jawaban tadi dia lontarkan secara spontan.

"Mengunjungi pusat perbelanjaan dan mengambil barang yang aku mau," jawabnya agak ragu.

Sea terkikik mendengar jawaban tak terduga dari Biru. "Sudah ada bakat mencuri sejak muda rupanya."

Tidak ada sahutan yang diucapkan Biru. Dia memilih diam dan kembali suit yang berakhir dia kalah untuk kedua kalinya.

"Jika diberi kekuatan seperti di dunia fantasi, kekuatan apa yang kamu inginkan?" Sea bertanya sambil senyum-senyum. Ini adalah salah satu pertanyaan favoritnya. Dan, kekuatan yang dia mau adalah melihat masa depan. Sea ingin tahu seperti apa dirinya di masa depan.

"Membaca pikiran orang lain."

Sea tertegun sekejap. Ketika dirinya anti dengan kekuatan itu, Biru justru menginginkannya.

"Bagaimana kalau kamu membaca pikiran yang buruk? Bukankah itu bisa menyakiti perasaanmu?" tanya Sea.

"Memang, tapi setidaknya aku tahu apa yang sebenarnya. Aku tidak perlu repot-repot menebak ini-itu, termasuk menebak tentang dirimu," sahut Biru yang di akhir kalimatnya terdengar seperti sindiran.

"Memangnya aku kenapa? Aku sama kok kayak kamu, hanya saja urusan mesin waktu itu mungkin sulit dipercaya." Sea sendiri sebenarnya masih tidak menyangka bahwa dirinya bisa kembali ke masa lalu, tapi mau bagaimana pun juga hal ini memang benar.

Dibanding itu semua Biru lebih memikirkan mengenai dirinya sendiri. Kenapa dia bisa dengan mudahnya menerima Sea? Kenapa pula kehadiran Sea yang sebentar ini bisa memberi perubahan di hidupnya? Biru merasa aneh, dia ingin menyangkal pada apa yang dirasakannya, tapi tidak bisa. Apa mungkin ini memang kebetulan atau takdir?

"Lupakan tentang tadi, aku harap keinginanmu segera terwujud." Sea terkekeh. Dia berniat menghentikan topik yang membuat keduanya tak nyaman.

Mereka suit lagi. Biru kertas dan Sea batu.

"Apa kamu sering berpikir mengakhiri hidup ketika ada masalah?" Biru mengernyit, "pertanyaan macam apa ini?" lanjutnya.

"Itu temanku yang membuat pertanyaannya," jawab Sea. Dirinya mana mungkin menulis pertanyaan sedemikian aneh, bahkan terdengar mengerikan.

"Mengakhiri hidup, ya? Kurasa sering, terutama semenjak ayah dan ibu pisah. Banyak hal tak mengenakkan terjadi, aku yang masih belum terima karena perpisahan mereka harus dihantam banyak masalah. Entah itu masalah kecil atau besar." Sea tersenyum menjelaskannya.

Walau memiliki banyak teman, Sea tidak pernah menceritakan hal ini pada teman-temannya. Iya, yang orang lain tahu Sea itu tidak punya masalah dan hidupnya enak. Pembawaannya yang ceria membuat banyak orang berpikir demikian.

"Sea," panggil Biru.

"Ya?" Sea menoleh, mereka berpandangan.

"Kamu baik-baik saja?"

Napas Sea tercekat. Dia tersenyum kikuk. Sudah lama sekali dia tidak mendengar pertanyaan ini.

"Ya, aku baik-baik saja." Kali ini Sea benar-benar tersenyum tulus, senang karena Biru menanyakan hal ini.

***

Dialog yang "jika kamu bisa menjadi tidak terlihat dalam sehari, apa yang akan kamu lakukan?" Itu beneran nyata, dialog aku sama orang yang ngebantu aku banget di dunia kepenulisan 🤍🤍

Selamat hari raya idul adha semuanya!

[100722]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang