-18

4 0 0
                                    

Ini adalah kali pertama Biru mengendarai sepeda motor sejauh ini. Biru sedikit deg-degan, takut, tapi juga bersemangat. Rumah Sea sangat jauh dari rumahnya. Perlu dua jam untuk sampai di sebuah daerah yang diberikan Zee kepadanya. Biru berhenti sejenak di tepi jalan, dia menatap layar handphone, memastikan bahwa jalan yang dipilih tidaklah salah. Dia mengerut, jika dilihat dari peta memang benar, tapi entah mengapa Biru tidak kunjung menemukan komplek perumahan Sea.

"Permisi Mas, apa masnya sedang mencari sesuatu?" Tiba-tiba saja seorang pria menghampiri Biru yang tengah kebingungan.

"Oh iya, saya sedang mencari komplek perumahan Keandra." Biru menjawab sembari tersenyum sopan.

"Kalau komplek Keandra ini, Mas." Pria tadi menunjuk ke sebuah perumahan yang ternyata tepat di sebelah Biru. Jadi, dari tadi dia berhenti persis di depan pintu masuk.

Biru tersenyum kaku, dia tidak sadar dengan hiasan di ujung yang bertuliskan nama perumahan tersebut. Sebenarnya wajar saja, karena tulisannya pun agak tertutup dengan tanaman di sekitarnya.

"Mas cari rumah siapa?" tanya pria yang baru Biru sadari kalau dia mengenakan seragam satpam.

Biru buru-buru menunjukkan alamat rumah Sea yang sudah dia catat di kertas dengan tujuan khawatir pesan di Instagram kehapus.

"Rumahnya yang itu, Mas." Satpam itu memperlihatkan sebuah rumah berwarna abu-abu yang terlihat dari sini. Sangat dekat dari pintu masuk, dari tempat Biru saja kelihatan.

"Kalau begitu terima kasih banyak, Pak," ucap Biru senang. Satpam itu tersenyum dan kembali ke pos jaga.

Biru mengambil napas dalam-dalam, dirinya gugup setengah mati. Dia tak sabar melihat wajah Sea, apakah Sea berubah drastis? Atau masih sama? Mungkinkah sifat dan sikap Sea juga ikut berubah? Bagaimana dengan keluarga, teman-teman, dan sekolahnya? Bolehkah Biru berkata jujur kalau dia merindukan cerita-cerita Sea? Wah, dia tidak sabar menantikan itu.

Segera saja Biru bergerak mendekati rumah yang persis berada di depan taman komplek. Bagian halaman rumah ini dihiasi bermacam-macam tanaman. Di sebelah kirinya tumbuh bunga matahari yang cukup besar, sangat cantik untuk dilihat. Di dekatnya ada kursi panjang yang mungkin digunakan untuk bersantai.

Usai turun dari motor dan melepas helm, Biru dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya.

"Nyari siapa, Mas?" tanyanya ramah.

"Saya cari Sea yang tinggal di rumah ini." Biru menjawab dibarengi senyuman.

Ibu tadi yang mulanya memasang ekspresi ramah, perlahan air mukanya berubah. Mata ibu tersebut berkaca-kaca. Biru yang melihatnya menjadi panik, dia berpikir apakah ada yang salah dari ucapannya?

"Ibu!" Pintu rumah terbuka, seorang perempuan berdiri di sana.

***

"Maaf ya, ibu memang seperti itu jika membahas soal Sea."

Perempuan tadi kembali menemui Biru di kursi halaman setelah menenangkan ibunya yang tiba-tiba menangis.

Biru bangkit dari duduknya, dia tersenyum canggung dan berkata kalau itu bukan masalah besar, yang Biru herankan adalah mengapa wanita tersebut—yang dia duga Ibu Sea— menangis secara tiba-tiba? Biru jadi khawatir, untung saja ada perempuan yang membawanya ke dalam dan menenangkannya.

"Ayo masuk, kita bicara di dalam."

Biru menggeleng sopan, dia memilih bicara di luar saja. Takut obrolannya terdengar.

"Di sini saja tidak apa," balas Biru.

Dia mengangguk. Keduanya duduk berhadapan.

"Namaku Biru." Biru memberitahu namanya.

"Aku Lea, kakak Sea. Aku dengar kamu mencari dia." Lea membuka topik.

"Oh iya, tapi sebelum itu apakah aku boleh tahu apa alasan ibumu menangis? Apakah aku salah bicara?" tanya Biru penasaran sekaligus cemas.

"Ah tidak kok, kamu tidak salah bicara atau sebagainya. Mungkin ketika mendengar nama Sea, ibu jadi rindu padanya."

"Memang Sea pergi ke mana, Kak?" Biru bertanya di tengah otaknya yang mulai memikirkan segala kemungkinan, Sea di luar kota? Luar negeri? Atau pisah rumah dengan ibunya? Opsi terakhir bisa saja terjadi, mengingat cerita Sea yang mengatakan hubungan keluarganya kurang baik.

Lea menatap Biru dengan tatapan tak biasa. "Kamu tidak tahu?"

"Tahu apa?"

"Sea sudah tidak ada."

***

Tara makjreng!!

[250722]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang