-19

2 0 0
                                    

Biru membeku. Jantungnya berdetak dengan cepat, napasnya tertahan. Mendengar perkataan Lea barusan membuat dia berharap kalau ini adalah mimpi.

"Biru kamu baik-baik saja?" Lea sedikit cemas melihat ekspresi Biru.

Tidak, Biru tidak baik-baik saja. Tubuhnya mendadak lemas. Dia mengatur napas, meyakinkan diri kalau yang dia dengar itu salah.

"Bohong 'kan, Kak?" Suara Biru terdengar sangat lemah, bahkan nyaris tak terdengar.

Lea mengalihkan pandangannya. Dia memilih melihat langit dibanding Biru, itu mengingatkan pada dirinya dulu saat mengetahui kalau Sea sudah tiada. Fakta menyakitkan itu masih terasa seperti mimpi hingga kini.

"Tidak ada yang menyangka hal ini terjadi. Aku juga masih sulit untuk menerimanya." Air mata Lea hampir jatuh kalau saja tidak buru-buru dia tahan.

"Kapan? Kapan hal itu terjadi?"

Tepat ketika mata Biru terpejam, momen-momen bersama Sea seperti terulang kembali di ingatannya. Sea yang banyak bicara, tidak mau diam, hiperaktif, dan menyebalkan itu tidak bisa muncul lagi di hadapannya.

Dua tahun Biru menunggu hari ini hanya untuk mendapat kabar buruk?

"Satu tahun lalu, tepatnya bulan Maret," jawab Lea. Dia rasa bulan itu adalah bulan terburuk di hidupnya.

Biru mendelik, merasa janggal dengan apa yang dikatakan Lea. Hal itu tidak mungkin terjadi karena Sea bilang dia datang dari tahun 2022, itu artinya dia masih hidup saat melakukan perjalanan waktu, tetapi ini? Apa maksudnya?

"2021?" lirih Biru tak percaya.

"Ya, Sea tertabrak mobil saat hendak menyebrang ke sekolah. Aku ingat sekali pagi itu dia sangat bersemangat karena akan ulangan mata pelajaran favoritnya." Lea menghembuskan napas.

"Bahasa Indonesia?" tebak Biru.

Lea menoleh. "Kamu tahu?"

Biru mengangguk. Tentu saja dia tahu karena Sea lah yang membantu dia dalam ulangan harian bahasa Indonesia dua tahun lalu. Dan sebenarnya ini juga tujuan Biru bertemu dengan Sea, dia ingin menunjukkan hasil ulangannya sesuai janji waktu itu.

"Kamu dekat dengan Sea?" tanya Lea yang daritadi belum tahu banyak tentang Biru.

Dekat dengan Sea? Biru sendiri tidak tahu apakah dia bisa menyebut teman dekat Sea atau tidak, meski begitu ragu-ragu dia mengangguk.

"Aku kenal dia dua tahun yang lalu."

"Ah setahun sebelum kepergiannya."

"Kak, bisa tolong jelaskan kenapa Sea meninggal?" pinta Biru.

Sea yang menggunakan mesin waktu, Sea berasal dari tahun 2022, dan Sea yang sudah tidak ada sejak tahun lalu, itu semua terlalu rumit untuk dicerna oleh otaknya. Tidak masuk akal, setidaknya itulah yang Biru pikirkan.

Lea menghela napas panjang. Menceritakan hal ini berarti dia harus mengingat-ingat kembali kejadian menyakitkan itu.

"Tanggal 3 Maret 2021, seperti biasa Sea pergi ke sekolah. Pagi itu hujan, jadi aku sempat melarangnya berangkat, tapi Sea bersikeras ingin pergi. Ada ulangan harian yang sangat dia nanti-nanti katanya, akhirnya aku dan mama mengijinkan dia. Sea selalu berangkat sendiri menggunakan angkutan umum, saat hendak menyeberang ke sekolah tiba-tiba saja ada mobil yang melaju sangat kencang. Tubuh Sea terpental cukup jauh, benturan di kepala yang sangat keras membuatnya mengalami pendarahan yang cukup hebat. Sea sempat dibawa ke rumah sakit, hanya saja telat, dia tiada saat perjalanan. Aku tidak begitu ingat detailnya, hanya itu yang bisa aku sampaikan padamu."

Lea tidak mau mengingat itu lagi, dia ingin segera melupakannya. Dia tidak mau membuka memori buruk lebih dalam lagi, itu saja sudah sangat menyakitkan. Apalagi bayang-bayang wajah ibunya yang menangis terus-terusan membuat dada dia terasa sesak.

Biru mengerti, maka dia tidak lagi melontarkan pertanyaan yang mungkin saja membuat hati Lea makin memburuk.

"Maaf jika aku melukai hatimu, Kak," ucap Biru tulus.

Lea tersenyum tipis, merasa tidak enak hati karena Biru meminta maaf karena hal ini.

"Tidak apa, kamu tidak perlu minta maaf. Aku juga mengerti perasaanmu, pasti rindu padanya."

"Sangat." Biru berkata lirih sambil menunduk.

Janji itu tidak bisa ditepati. Sea sudah tidak ada, ini fakta yang harus Biru terima.

Keheningan terjadi sementara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Biru yang berpikir kalau mungkin dirinya selama ini berhalusinasi dengan keberadaan Sea, tapi jika hanya halusinasi tentu masih sulit diterima. Dia yang menerima foto polaroid dari Sea, Zee yang tahu tentang Sea, bahkan keberadaannya di sini itu bisa menjadi bukti kalau Sea bukan sekadar ilusi. Lantas siapa yang datang ke rumahnya dua tahun lalu?

"Apakah Sea sungguhan tiada tahun kemarin?" Biru berkata sangat pelan, tapi ternyata ucapannya terdengar Lea.

"Apa terjadi sesuatu? Agaknya daritadi kamu seperti tidak percaya kalau Sea meninggal tahun lalu."

"Kak, apa aku boleh melihat kamar Sea?"

Ini mungkin terkesan seperti tindakan bodoh, tetapi Biru butuh jawaban dari semua ini dan mungkin saja itu ada di kamar Sea.

***

Lupa update plus kuota habis hehe. Satu bab lagi tamat yipiee!!

[280722]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang