- 06

4 1 5
                                    

"5 jawaban benar dari 10 soal yang aku berikan, tidak terlalu buruk. Tetap semangat dan jangan pernah berpikir untuk berhenti berprogres!" Sea menyerahkan lembar soal yang telah dinilai olehnya kepada Biru. Cowok itu menerima tanpa berkomentar.

Ternyata kemampuan Biru di mata pelajaran satu ini memang tidak terlalu bagus, Sea sendiri sampai terkejut. Meski begitu dia mengagumi Biru yang cepat tanggap.

"Kamu ini cepat mengerti, tapi kenapa—"

"Aku merasa tidak cocok dengan caranya mengajar." Biru memotong ucapan Sea.

"Oh begitu."

Biru meminum susu coklat miliknya, dia butuh asupan setelah berkutat pada soal menyebalkan itu.

"Kamu unik ya, Biru," ucap Sea tiba-tiba. Biru menoleh, meminta penjelasan.

"Unik saja, kamu jarang berinteraksi, sering mengurung diri dalam kamar, hobi menonton anime, bermasalah pada bahasa Indonesia, minum susu coklat, lucu sekali!" Sea memandang Biru dibarengi perasaan senang yang tidak bisa dijelaskan.

"Beberapa fotomu yang ada di meja belajar juga lucu, kelihatan bocah banget!"

Mata Biru agak melebar ketika Sea membahas foto-foto tersebut, dia jadi kikuk. Foto tersebut diambil pada saat dirinya duduk di bangku SMP, jadi jelas wajahnya terlihat berbeda dengan sekarang.

"Aku paling suka fotomu yang mengenakan jaket hitam." Sea tak henti-hentinya mengembangkan senyuman.

"Kenapa?"

"Benar-benar menggemaskan!" jawabnya.

"Kamu juga."

Sea mendelik. Matanya mengerjap-ngerjap, salting karena Biru.

"Eh jadi aku juga menggemaskan, ya?" Sea refleks merapihkan poni dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Biru mengedikkan bahu. "Tidak tahu, aku hanya asal balas memuji saja."

Ekspresi wajah Sea berubah drastis. Berada di sisi Biru lama-lama membuatnya emosi. Biru ini orangnya jujur sekali!

Ya memang aku tidak semenggemaskan perempuan di luar sana, tapi kenapa Biru harus jujur-jujur banget, Sea membatin.

Suasana lengang, Sea tidak berbicara lagi. Biasanya jika topik sudah habis, dia punya banyak cadangan topik. Biru tahu alasannya, dia jadi merasa bersalah karena membuat orang yang biasanya ceria mendadak diam.

"Tanpa dipertegas juga kamu memang lucu," gumam Biru yang memusatkan perhatiannya pada Sea.

"Paling kalimatmu hanya untuk—"

"Aku benar mengatakannya." Seolah tahu kalimat selanjutnya, Biru lebih dulu menyela.

Biru memang jujur, bukan sekadar kalimat rayuan agar Sea kembali ceria. Dengan rambut sebahu dan poni  yang menutupi dahinya, Sea terlihat lucu. Dua klip rambut yang berada di sisi kanan menambah kecantikannya. Belum lagi gaun berwarna biru muda tampak cocok di tubuhnya.

"Wah aku jadi tersanjung." Sea tersenyum malu-malu. Dia merapihkan gaun yang dia ganti saat balik ke rumah.

Suasana hati anak satu ini cepat sekali berubah, Biru mengeluh dalam hati.

***

Hai, Alta di sini! Aku minta maaf karena telat update, hapeku rusak, dan ini log in bukan di hapeku hehe.

Dukungan dari kalian berupa vote dan komentar sangat berarti banyak!

[280622]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang