Keesokan harinya Biru harus pergi ke sekolah dan terpaksa meninggalkan Sea di kamar sendirian. Dia tidak mungkin mengajak Sea ke sekolah, itu hal yang mustahil. Sebelum berangkat Biru mengunci pintu kamar dan berpesan pada Sea.
"Jangan membuat kekacauan, meskipun di sini tidak ada siapa-siapa tapi itu bukan berarti kamu bebas melakukan apa-apa. Jika ada barang yang rusak atau hilang maka kamu harus menggantinya." Biru menatap tajam Sea. Dia harus berkata demikian untuk menjaga barang-barang berharga miliknya.
"Aku sudah menyiapkan makanan dan minuman untukmu," kata Biru sebelum pergi.
Sea tidak berkomentar banyak, dia tidak keberatan dengan hal itu. Lagipula tanpa diperingati Biru juga dia tidak akan mungkin berbuat macam-macam.
Sea kembali mengedarkan pandangan, spot favoritnya adalah meja belajar Biru, maka dari itu dia duduk di atas kursi dan mengamatinya lagi. Mata Sea menyipit kala melihat figura yang tertutup sebagian dengan buku-buku.
"Aku lihat boleh kali, ya?" gumam Sea lalu mengambil figura tersebut.
Jika dilihat dari fotonya, Sea bisa menebak kalau ini adalah foto keluarga. Orang tua Biru di sisi kanan dan kiri, sedangkan Biru diapit oleh keduanya. Mereka bertiga tersenyum seraya Biru memegang piala.
Melihat kebersamaan mereka membuat Sea tersenyum kecil. Dia juga ingin punya foto keluarga yang anggotanya lengkap, tapi sayang sampai sekarang hal itu belum juga terlaksanakan.
"Aku hanya ingin memiliki foto keluarga."
***
Saat Biru datang pukul tiga sore, Sea sedang tidur pulas. Biru tak begitu mengindahkannya dan memilih segera mandi. Dia ingin cepat-cepat mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak punya energi lagi. Beginilah Biru ketika habis dari luar rumah, energinya terkuras banyak.
Selesai mandi Biru berniat untuk tidur, tapi niatnya urung saat melihat Sea yang sudah bangun.
"Hai Biru! Tadi di sekolah bagaimana?" tanya Sea sambil tersenyum senang. Sedari tadi dia bosan sendirian dan tidak ada yang bisa diajak berbincang, makanya begitu Biru datang dia sangat senang.
Biru hanya melirik sekilas dan mengabaikannya. Dia malah naik ke kasur dan bersiap tidur.
"Biru kok tidur sih?" kesal Sea yang dicueki.
"Padahal aku juga ingin membahas soal cara kepulanganku."
Awalnya Biru benar-benar ingin tidur—dia ingin beristirahat setelah mengalami kejadian tak mengenakkan—tapi mendengar perkataan Sea, dia jadi tertarik.
"Memang kamu sudah tahu caranya?" tanya Biru masih dengan posisi tiduran.
"Untuk saat ini belum, tapi aku sudah memikirkan kemungkinan paling besarnya."
Selama Biru tidak ada di rumah, Sea memikirkan hal ini. Bila dirinya kembali menggunakan buku bahasa Indonesianya, mungkinkah dia juga bisa balik dengan cara itu?
"Biru, pinjamkan aku buku bahasa Indonesiamu," kata Sea serius.
Mau tak mau Biru menuruti ucapannya, dia mengambil buku tersebut dari dalam tas lantas memberikannya.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Biru saat Sea membolak-balik bukunya.
"Aku akan mencoba memakai bukumu, siapa tahu saja bisa."
"Aku do'akan bisa, agar kamu tidak di sini lagi." Biru berkata sinis. Keberadaan Sea cukup mengganggu aktivitasnya. Biru yang biasanya sendirian lalu secara tiba-tiba kedatangan seorang cewek, tentu saja dia tidak nyaman.
Sea tertawa mendengar kalimat sinis tersebut, dia tidak marah justru tersenyum seraya mengucapkan, "terima kasih, Biru!"
Setelah berkata begitu, muncul cahaya terang yang bersinar dari buku milik Biru. Sontak saja Biru menutupi matanya.
"Sekali lagi terima kasih, Biru!"
Suara Sea menarik atensi Biru. Dia memaksakan diri untuk melihat keadaan sekitar yang ternyata sudah tidak sesilau tadi. Sea tidak ada, hanya tersisa buku bahasa Indonesianya yang tergeletak. Biru tersenyum melihat pemandangan tersebut, itu tandanya Sea sudah kembali.
"Sama-sama, Sea."
***
Jadwal update temporer hari Senin, Rabu, dan Sabtu ya!!
[220622]
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporer | Tamat
Fantasy。°˖ ✧ ១ 𔘓⠀࣪. ᨳ Sea kembali ke tahun 2020 untuk menemui Biru. Keduanya menghabiskan waktu bersama selama beberapa hari, sampai akhirnya Sea harus balik ke 2022 untuk selamanya. Mereka berjanji untuk bertemu lagi di tahun 2022. Akankah janji itu te...