-08

3 1 8
                                    

"Biru, kamu mau ikut kami main tidak?" Salah satu teman Biru bertanya ketika mereka sedang berjalan ke gerbang sekolah.

Biru menggeleng sebagai jawaban. Murid-murid dipulangkan lebih cepat dari jadwal biasanya karena semua guru sedang rapat. Biasanya jika begini banyak murid yang bermain dulu, contohnya seperti teman Biru tadi.

"Baiklah, kami duluan!"

Sampai di depan gerbang, Biru berpisah dengan teman-temannya. Dia melipir ke arah kiri agar tidak berdesakan bersama murid lainnya. Di saat sedang menunggu pesanan ojek online-nya, Biru tak sengaja melihat ke sebuah toko yang menjual banyak aksesoris. Spontan pikirannya tertuju pada Sea, gadis itu sering memakai jepit rambut. Terdorong niatan untuk membelikan Sea sesuatu sebagai tanda terima kasih, tapi dirinya ragu, apakah ini berlebihan atau tidak?

"Beli saja, hanya sebagai ucapan terima kasih." Biru meyakinkan diri dan segera memasuki toko itu.

Biru mengambil tiga pasang jepit rambut dan satu bando mutiara. Dia berjalan ke kasir lalu segera membayarnya.

***

Sesuai dugaan Biru sebelumnya, Sea sudah berada di kamarnya. Kali ini dia mengenakan gaun putih dan rambut yang dikepang.

"Untukmu." Biru menyerahkan kantung plastik yang berisi barang untuk Sea.

"Serius untukku? Dalam rangka apa?" tanya Sea antusias. Sudah lama sekali tidak ada seseorang yang memberinya sesuatu, jadi tentu ini sangat spesial baginya.

"Lucu sekali! Terima kasih, Biru!" ucap Sea diiringi perasaan senang. Dia memakai bando mutiara tersebut dan menunjukkannya pada Biru.

"Biru lihat!" Sea tersenyum manis.

Biru yang berada di atas kasur pun menoleh, dia ikut tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sea tampak cantik mengenakannya.

Sea memang cantik, Biru mengakui. Dia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Sea yang selalu memakai gaun menambah kesan feminim.

"Biru lihat apa yang aku bawa!" Kali ini Sea memperlihatkan foto polaroid miliknya yang di bawa dari tahun 2022.

"Itu kamu?" Biru menunjuk salah satu foto polaroid Sea yang mana terdapat perempuan dengan rambut sangat panjang.

Sea tertawa, dia mengangguk. Foto itu diambil pada saat dirinya kelas 8 SMP. Rambut panjang membuatnya terlihat benar-benar berbeda dengan sekarang.

"Kamu suka mengubah model rambutmu," komentar Biru setiap melihat foto-foto milik Sea. Gadis itu pernah mencoba bermacam-macam model rambut, dari yang biasa saja sampai anti mainstream. Bahkan dia pernah mewarnai rambutnya seperti orang barat alias blonde. Satu ciri khas yang paling menonjol dari Sea adalah poninya, mau model apapun dia tetap memakai poni.

"Ibumu tidak marah kamu melakukan hal itu?" Biru bertanya penasaran.

"Tentu tidak."

Ibu Sea bukan tipe orang tua yang gampang melarang anak-anaknya melakukan ini-itu. Ibunya membebaskan Sea melakukan hal positif yang dia suka.

"Aku jadi kangen ibu," lirih Sea.

"Memangnya ibumu ke mana?" Biru bertanya was-was. Topik mengenai orang tua sangat sensitif, jadi dia khawatir salah bicara atau sebagainya.

"Tidak ke mana-mana, dia ada di rumah hanya saja ada yang berbeda dari ibu. Sikap ibu kepadaku berubah menjadi cuek semenjak tahun lalu, aku tidak tahu apa penyebabnya. Tiap kali aku bertanya kepadanya, dia selalu diam, begitu juga dengan kakakku. Tentu saja hal itu membuatku sedih, hari-hari yang biasanya kujalani dengan penuh tawa dan ceria berubah drastis. Aku lebih banyak sendiri dan melamun."

"Bahkan ketika aku bolos sekolah pun ibu tidak marah, dia sudah tidak peduli lagi padaku. Saat makan bersama, keluargaku hanya fokus makan dan tidak ada yang memulai pembicaraan. Karena itulah aku merasa lebih baik di sini, ada kamu yang bisa kuajak bicara."

Sea menggigit bibir bawah, mencoba untuk tidak menumpahkan air matanya. Selalu begini, Sea selalu menangis jika membahas tentang keluarga. Ah, dirinya ini memang lemah.

"Jangan bersedih, suasana itu tidak cocok denganmu yang selalu ceria." Biru mencoba menghibur Sea, tapi dia tidak tahu apakah kalimatnya tadi benar atau tidak, Biru payah soal ini.

Walau baru bertemu sebentar, tapi ini pemandangan aneh ketika Sea yang biasanya banyak bicara mendadak murung.

"Ya, kamu betul. Aku tidak cocok dengan suasana sedih, lagipun aku sudah ada kamu, jadi untuk apa bersedih bukan?" Sea tersenyum samar.

Biru termenung, sulit mengartikan kalimat terakhir Sea yang terdengar rancu.

"Tidurlah, aku ingin belajar." Biru ingin menyudahi percakapan. Masih dengan seragam sekolahnya, dia berjalan ke meja belajar.

"Belajar apa?"

Biru menunjukkan buku bahasa Indonesianya. Mata Sea berbinar-binar, dia jadi ingin ikut belajar ketika tahu mata pelajaran yang akan dipahami Biru.

"Kenapa kamu belajar bahasa Indonesia terus?" Sea perlahan mendekati Biru.

"Lusa ada ulangan harian," jawab Biru. Inilah yang membuatnya stres, jika nilainya kali ini rendah lagi maka habislah dia.

"Jangan khawatir jangan risau! Di sini ada Sea yang siap membantumu," kata gadis itu sembari bertingkah seperti pahlawan kesiangan.

"Bab mana yang masuk dalam ulangan?" tanya Sea mulai serius. Biru menjawabnya.

Sea tertawa kecil begitu tahu bab tersebut. Ini terlalu mudah baginya.

"Kamu sudah mempelajari materi yang aku berikan kemarin belum? Kalau sudah aku akan membahas ke materi selanjutnya, tapi kalau belum kita belajar yang kemarin dulu."

Biru mengangguk, dia benar-benar belajar catatan yang diberikan Sea.

"Oke, ayo kita mulai belajar!"

***

Aku mau double update buat besok sama hari senin. Takut besoknya nggak bisa update asksks. Iya betul hapeku masih rusak (aelah ngenes amat ya)

[010722]

Temporer | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang