05: Teman Baik

7 2 0
                                    

"Jay?" Skyla berhenti melangkah begitu sampai di hadapan seorang Pria yang sedang duduk. Di sisi kanan dan kirinya di kelilingi perias wajah dan penata pakaian.

Pria yang dipanggil Jay itu menoleh, Ia tersenyum dan membalas sapaan Skyla dengan ragu. "Ya?" jawabnya singkat.

Netra Skyla berbinar, senyum merekah di wajahnya. "Oh! Boleh minta foto?" ucapnya.

Mendengar itu, Eliana baru menyadari bahwa Pria di hadapan mereka adalah vokalis utama Point. Alih-alih bersemangat seperti sahabatnya, Eliana menunjukkan wajah pucat. Ia takut kalau Sergio akan menemukannya. Eliana harus segera pergi sebelum Sergio menyadari keberadaannya.

Di sisi lain, Skyla sudah mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Menarik Eliana supaya dapat tertangkap kamera. "Cheese" ucapnya sebelum menekan tombol di ponselnya.

"Sky!" Eliana semakin gelisah dan gugup. Jemarinya dingin dan jantungnya berdetak semakin cepat.

Skyla tidak menanggapi, Ia malah menurunkan masker sahabatnya dan kembali menekan tombol di ponsel beberapa kali.

Usai puas dengan gambar di ponselnya, Skyla mengucapkan terima kasih dan membawa Eliana melanjutkan perjalanan mereka. Sayangnya, waktu tidak lagi berpihak pada keduanya. Di dekat pintu keluar sudah berdiri dua orang Pria. Melalui postur tubuhnya, Eliana bisa memastikan bahwa salah satu diantaranya adalah Sergio. Pria itu terlihat sedang berbincang dengan seseorang melalui ponselnya.

Eliana mengeratkan genggamannya pada Skyla sekaligus menunduk, tak lupa memastikan masker dan kupluknya sudah terpakai. Skyla yang mengerti, bergegas merubah tujuan.

"Tenang.." ucap Skyla begitu mereka masuk ke dalam toilet. Ia merasa harus menenangkan sahabatnya karena cengkraman Eliana semakin kuat dan Skyla tidak sanggup menahannya.

Skyla menepuk bahu Eliana, sesekali mengusap punggungnya, "Tarik napas...". Eliana menarik napas dalam-dalam, sementara Skyla melanjutkan "buang..". Keduanya melakukan itu sampai Eliana merasa tenang.

"Tunggu di sini, Gua lihat kondisi dulu" ucap Skyla berusaha terdengar tenang. "Kalau ada apa-apa telfon!" lanjutnya.

Perintah itu membuat netra Eliana membulat.

Skyla menepuk keningnya, merasa bodoh menyarankan itu. Ia lupa kalau sahabatnya tidak pernah membawa ponsel. Melihat mimik sahabatnya yang tegang dan serius, Skyla kembali menenangkan sebelum berkata, "Tunggu sebentar".

"Hmm" jawab Eliana singkat. Pikirannya sibuk memikirkan rencana baru.

Menit berlalu, Eliana tidak bisa menemukan rencana yang dirasa tepat, ditambah dengan Skyla yang belum ada tanda-tanda akan kembali. Dari dalam ruang terdengar suara merdu sang vokalis yang menunjukkan bahwa pertunjukkan sudah kembali dimulai.

Satu lagu.. dua lagu.. empat lagu..
Eliana melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit.

"Berpikir Eliana.. berpikir" batinnya.

Sudah hampir satu jam Ia menunggu di toilet. Tidak tahu keadaan di luar sana dan kehilangan kabar sahabatnya.

Eliana menghela napas gusar. Ia harus melakukan sesuatu.

Ia memejamkan mata, meyakinkan diri, sekaligus mempersiapkan diri untuk apapun yang akan Ia hadapi.

Eliana melangkah keluar, mengamati sekitar, kemudian melanjutkan langkah. Semua itu Ia lakukan sampai Eliana melihat kerumunan di lobi utama. Ia mengeratkan masker dan kupluknya sebelum bergerak lebih dekat.

Semakin mendekati kerumunan, terdengar suara perempuan yang tidak asing. "Aduh, sakit.. Perut Gua sakit banget.." ucapnya. "Gio.. sakit banget..".

Mendengar itu membuat Eliana terkejut, Ia menyusup diantara kerumunan demi melihat apa yang sebenarnya terjadi.

MEMBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang