39: Antara Dua

7 2 0
                                    

"Mana ice cream ku?" tanya Eliana dengan kening berkerut. Ia duduk di kursi penumpang dan memastikan pintu sudah tertutup rapat.

Yang ditanya hanya menunjukkan barisan giginya. "Aku makan" jawabnya.

Eliana menatap tajam Pria di sampingnya. "Kamu lama, Aku kelaparan" Julian berhasil menjelaskan sebelum amarah keluar dari mulut Eliana.

"Aku ketiduran, olah raga pagi melelahkan" ucap Eliana berusaha membela diri. Tapi, diam-diam merelakan ice creamnya.

"Nanti ku belikan lagi" ucap Julian selagi menekan pedal gas menuju supermarket.

Esok, Eliana akan berlibur bersama teman-temannya di kebun binatang. Menginap dua malam di kota itu, lalu berburu kuliner. Esok pula, pertama kalinya Eliana keluar rumah tanpa Julian sejak Ia kembali dari Portland.

Tentu saja Julian memaksa diri untuk ikut, sayangnya Ia ada pertemuan penting yang sudah dijadwalkan sejak satu bulan lalu dan Ia tidak bisa merubahnya. Julian terpaksa melepaskan gadisnya sendirian dan mempercayai Eliana pada Skyla.

Hari esok datang lebih cepat dari dugaan keduanya. Eliana, Skyla, Ryan, dan Vanes sudah siap sejak pukul delapan pagi. Mereka berangkat dengan gairah yang menggebu-gebu dan senyum terpatri di wajah.

Keputusan yang tepat untuk pergi hari senin karena jalanan tidak padat. Ucapkan terima kasih kepada teman-temannya yang rela mengambil hari libur mereka, katanya demi Eliana. Katanya, merindukan Eliana. Padahal, mereka tidak ada dalam ingatan Eliana selain Sergio dan Skyla.

Rencana hari ini berjalan lancar. Berangkat pukul delapan pagi, sampai hotel pukul empat sore, lalu berburu kuliner di malam hari. Membuat Eliana tidak sabar menyambut hari esok.

Sepertinya, perhitungan mereka tidak selalu tepat. Kebun binatang tidak terlalu padat, tapi cukup ramai. Tidak banyak mobil pribadi, tapi cukup banyak bus tamasya.

Mereka mengabaikan itu dan tetap menikmati hari. Terlebih Eliana, Ia menghirup dalam-dalam aroma yang sejuk dan lembab. Daun basah, tanah lembab, dan pepohonan yang rindang. Eliana menikmatinya sampai ada satu hal yang membuatnya gugup.

Mereka itu sedang melangkah dari tempat pertunjukkan satu menuju tempat pertunjukkan lain. Jalannya menanjak dan panjang, tapi masih bisa dinikmati dibandingkan dengan menggunakan bus keliling.

Eliana sedang menikmati setiap langkah, sesekali berhenti untuk mengambil gambar. Tiba-tiba saja, ada dua orang berlari ke arahnya. Berlari dengan wajah yang serius, bersahutan dengan napas tersenggal. Bukan, bukan ke arahnya.

Selang beberapa menit, disusul dua orang lain. Dengan ekspresi dan arah yang sama. Detik itu, Eliana bergetar. Jantungnya berdetak cepat, jemarinya dingin, dan napasnya sesak.

Ia memejamkan mata, siap jika mereka menghantam atau memaki di depan wajah.

"El?" suara Skyla yang lembut menyapa telinganya. Eliana membuka mata, bertemu netra dengan sahabatnya yang khawatir. "Lelah ya? Mau istirahat dulu?" tanya Skyla.

Eliana menatap jalan di depannya yang kosong, berbalik menatap dua orang yang ternyata hanya lewat. Ia tidak mengerti, mengapa dirinya merasakan itu.

"Tidak perlu, sebentar lagi sampai kan?" ucap Eliana ditengah rasa gugupnya.

Skyla mengangguk dan memutuskan untuk tetap berada di samping sahabatnya sepanjang jalan.

MEMBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang