09: Di Balik Kostum

6 2 0
                                    

Skyla sedang sibuk dengan kemudi di hadapannya. Sesekali menyalakan wiper untuk menyingkirkan tetes-tetes air hujan yang menghalangi penglihatan.

Senin selalu menjadi hari yang paling sibuk dan melelahkan. Jalanan selalu padat, pagi maupun sore hari. Suara mesin mobil bersahutan, sesekali terdengar klakson pengendara yang tidak sabar. Membuat kepalanya semakin pening.

Melihat langit yang semakin gelap, gadis itu mengusap wajahnya kasar. Sudah hampir dua jam Ia terjebak dalam kemacetan, rasanya mobil tidak bergerak sedikitpun dari titik utama. Kesalahan besar hari ini adalah makan malam di luar demi mencicipi restoran Italia yang baru buka.

Ia menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Gadis yang sejak tadi tersenyum ke arah ponselnya. Ah, kalau bukan karena gadis di sampingnya Skyla mungkin akan memarkirkan mobilnya di tempat terdekat, menelfon supir, dan tidur selagi menunggu.

Gemas, Skyla meraih ponsel gadis itu. Layar itu menunjukkan aplikasi edit yang di dalamnya terpampang potret gadis itu bersama Sergio berlatar pantai. Di atas potret itu sudah ditambahkan tanggal, lokasi, serta hati berwarna putih di langit bagai awan.

Skyla menoleh ke arah sahabatnya yang masih tersenyum manis, "Lucu kan?" tanya sahabatnya.

Skyla memutar bola matanya malas, "Ngga" jawabnya selagi mengembalikan ponsel.

Seakan tidak mendengar jawaban itu, Eliana menunjukkan potret lain. "Yang ini pasti lucu" ucapnya selagi mengarahkan layar pada Skyla.

Bagai dejavu Skyla melihat potret dengan latar, gaya, dan posisi yang sama. "Apa bedanya??!" emosinya hampir tumpah.

Susah payah Skyla menahan emosinya selama dua jam. Malah di tumpahkan oleh sahabatnya sendiri.

"Beda, Sky. Yang ini gaya jempol", sahabatnya memperbesar potret itu, memperlihatkan ibu jari Sergio.

Tidak tahan, Skyla meraih ice americano miliknya dan meneguknya banyak-banyak.

Di sisi lain, sahabatnya enggan mengakhiri topik itu. Gairahnya tinggi, suasana hatinya berkebalikan dengan cuaca di luar, dan auranya merah muda. Skyla bahkan bisa menghirup aroma bunga, khas orang dimabuk asmara.

"Lihat deh, muka bangun tidurnya" ucapnya selagi menunjukkan layar. "Gemas banget, Sky.." lanjutnya.

Skyla memilih untuk diam, demi tekanan darahnya. Ia tahu kalau terus-menerus menanggapi, dirinya tidak akan bisa bertahan lama. Bisa-bisa Ia keluar dari mobil dan pergi meninggalkan sahabatnya sendirian.

"Dia perhatian banget, Sky. Sebelum manjat tebing, dia siapin sandal gunung.." ucap Eliana dengan mata yang masih melekat pada ponsel.

"Pas Gua manjat sendirian, dia ngga marah.." lanjutnya.

Tiba-tiba saja terdengar suara tawa dari ponsel itu. Skyla menoleh, mencuri pandang ke arah rekaman di ponsel itu.

Dari rekaman itu, Skyla melihat Sergio dan Eliana sedang berlari ke arah bola yang hampir hanyut. Mengabaikan pakaian keduanya yang basah serta mengabaikan ombak laut yang menghalau.

Keduanya tertawa tiap kali jatuh akibat dihantam ombak. Sergio berusaha mengambil bola, namun pandangannya tidak pernah lengah dari Eliana. Lengannya selalu sigap tiap kali gadis itu hampir jatuh.

Skyla beralih ke arah sahabatnya. Masih dengan senyumnya, menatap nanar rekaman di ponsel. Netranya berkaca-kaca, tatapannya lembut, mimiknya terlihat tenang dan nyaman. Lagi-lagi berbanding terbalik dengan suasana di luar. Ia larut dengan dunianya sendiri, dunia yang baginya seperti di layar itu. Hanya ada dirinya dan Sergio.

Melihat itu, membuat Skyla tersentuh, membiarkan emosinya menguap ditelan dinginnya angin malam.

Tidak ingin sahabatnya terlalu terobsesi, Skyla berkata "Lo kalau ngomongin Sergio seakan-akan dia manusia paling sempurna banget".

MEMBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang