Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka kencan buta, hari ini sudah dihadapkan dengan perpisahan.
Tiga mobil berukuran sedang berhenti bersamaan di depan pintu masuk, termasuk mobil yang dikendarai oleh Julian. Mobil yang ditumpangi oleh Eliana beserta kedua orang tuanya. Keempatnya turun dan melangkah masuk selagi Sergio dan asisten lainnya mengurus bagasi dan tiket.
Eliana melangkah beriringan dengan Skyla, meninggalkan Julian yang sedang berbincang dengan Tuan Albert di belakangnya.
"Sayang ya, kamu tidak bisa ikut" ucap Tuan Albert.
Sebenarnya, kalau dipaksakan bisa-bisa saja. Meninggalkan pekerjaan tiga hari tidak akan menjadi masalah besar. Julian akan mengantar Gadis itu dan kembali bersama kedua orang tuanya.
Tapi, Eliana menolak. Katanya, takut Julian kelelahan, tidak ingin membuat Julian terlalu memaksa diri, serta merepotkan dirinya sendiri. Perdebatan kemarin malam sangat panjang, sampai Julian harus mengalah.
Bersamaan dengan perginya Eliana dan Keluarga menuju Portland, Julian juga kembali ke Bangkok untuk melanjutkan bisnis yang ditinggalkan. Penerbangan dihari yang sama, maskapai yang sama, dan selisih waktu yang dekat.
Julian mengangguk, sebagai tanggapan. "Waktunya tidak pas" ucapnya.
Tuan Albert menepuk bahu Julian, "Tidak apa, lain kali kita bisa menjenguknya bersama".
Skyla memberi dekapan hangat terakhirnya sebelum Tuan Albert beserta pasukannya masuk ke ruang tunggu bersama Julian dan Maxim.
"Hubungi Aku kalau sudah sampai" ucap Skyla. Ucapan yang segera dijawab dengan anggukkan tanda persetujuan.
Selama diruang tunggu Julian bergabung dengan Eliana dan keluarga. Sesekali berbincang atau menanggapi perkacapan keluarga Albert.
Di tengah-tengah perbincangan, Eliana bangkit dari duduknya. "Pasti mau ambil ice cream" ucap sang Ibu.
Julian dan Sang Ayah hanya terkekeh mendengarnya.
"Setelah ini tidak ada ice cream lagi" ucap Sang Ibu begitu Eliana kembali dengan mangkuk berisi ice cream cokelat di tangannya. "Ini sudah kali ketiga" lanjut sang Ibu mengingatkan.
Gadis yang ditegur hanya mengerucutkan bibir sambil melahap makanan kesukaannya. Berpura-pura tidak mendengar.
Siapa pun akan melarang kalau masih pukul sembilan pagi, tapi sudah tiga kali makan ice cream. Julian juga ingin ikut melarang, tapi Ia mengerti alasan Gadis itu. Pergi memang pilihannya, tapi saat waktunya tiba hal itu tidak mudah dilakukan. Pindah ke negara asing, hidup sendirian tanpa kedua orang tua, dan harus meninggalkan teman dekatnya.
"Paling tidak dikasih jeda" ucap Julian ikut mengingatkan.
Kala itu, Julian teringat sesuatu. Ia memberi isyarat pada Maxim. Dengan sigap, Maxim datang membawa satu kotak transparan berisi pot dan tanaman kecil. Ia mengambil alih kotak itu dan menyerahkannya pada Eliana.
"Lucu" ucapnya begitu menerima kotak kecil. Kotak yang berhasil mengambil alih perhatian keluarga Albert.
"Namanya Pilea Peperomioides, sebutan lainnya Chinese Money Plant, kalau di Indonesia biasa disebut tanaman koin karena bentuk daunnya yang seperti koin" Maxim menjelaskan tanpa diminta.
"Perawatannya mudah, tidak boleh terkena cahaya matahari langsung, tidak perlu juga sering disiram. Cocok untuk tanaman di dalam ruang" lanjutnya sambil memberikan petunjuk perawatan yang sudah dirangkum.
Netra berbinar, senyum terpatri, dan pipi merona. "Maxim yang pilih, Aku hanya minta dicarikan tanaman yang mudah dirawat dan daunnya bisa disentuh" Julian ikut menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMBIRU
RomanceEliana berencana menyimpan perasaannya hingga akhir, tapi keadaan memaksanya untuk mengungkapkan bahkan memaksa untuk dilepaskan. Di tengah kekalutan hati, Julian hadir. Ia berusaha mengambil alih perhatian gadis itu. Membuat Eliana luluh dengan car...