***
Lisa berjalan menuruni tangga dengan tenang. Gadis itu menoleh kearah dapur dimana Haruto baru keluar dari sana.
"Tumben malem minggu keluar, biasanya nangis dipojokan." ujar anak jakung itu.
Lisa tak memperdulikan adiknya itu, dirinya memilih berjalan ke area keluarga. Dia mengambil ponselnya dari dalam tas selempang yang dibawanya.
Lisa membuka room chatnya, dia menghela nafasnya saat grup kelasnya telah ramai sejak tadi. Padahal hari ini mereka akan bertemu, namun grup nya itu tak pernah sepi.
Sesuai janji, hari ini Jungkook-Eunha dan June-Rose akan meneraktir mereka. Anak-anak tentu saja senang, kapan lagi mereka bisa menguras kantong June yang termasuk pelit itu.
Setelah perdebatan lama akhirnya mereka memutuskan ke cafe. Sebenarnya Lisa tak begitu menyukai tempat itu. Tapi mau bagaimana, beruntung dirinya dapat traktiran dari sepupunya itu.
Lisa membuka pesan Jiho, namun sepertinya temannya itu tak aktif sejak 15 menit yang lalu.
"Lo gak ninggalin gue kan Ho?" gumamnya lirih.
Lisa menaikkan kakinya ke atas sopa. Gadis itu mengambil mangga potong yang baru saja di bawa Haruto.
"Enak banget asal nyomot. Gak tau apa ngupasnya pake tenaga dalam." Lisa tak perduli, gadis itu menganggap sindiran itu sebagai angin lalu.
Haruto mendengus saat Lisa tak memperdulikannya. Pemuda itu menarik piring tadi dan meletakkannya di atas pahanya.
"Emang mau kemana?" Lisa menoleh sebentar, tangannya berniat mengambil mangga tadi. Namun sayang tantan Haruto lebih dulu menepisnya.
"Ke cafe, nguras duit June."
"Bang June mau neraktir? Yakin? Kesambet apaan emang?" tanya pemuda tinggi itu tak percaya.
Seperti Haruto, pada awalnya Lisa juga tak yakin kalau June bakal kaya gini. Gimana ya, June tuh anaknya gak mau rugi. Alias pelit pake banget.
Janganlan neraktir temen-temen, Lisa dan Haruto yang sepupunya saja belum pernah ngerasain duit June.
Tapi yang Lisa salut, June berubah kaya gini. Apa ini yang namanya “The Power Of Love?” entahlah Lisa juga bingung.
"Terus kenapa belum jalan?" tanya Haruto lagi. Pasalnya sekarang sudah jam 7 malam, tapi Lisa belum juga pergi.
"Nunggu Jiho..."
"Kenapa gak bareng bang June?"
"Terus jadi obat nyamuk? Engga ya ngapain juga gangguin orang pacaran." jawab Lisa cepat.
Kalau dipikir-pikir semenjak June pacaran dengan Rose, sepupunya itu sudah tak pernah mau dia suruh-suruh. Padahal dulu June termasuk anak yang ayo aja kalo diajak jalan. Yang penting ada duit bensin.
Tapi gak masalah, selama sepupunya itu tak main-main dengan sahabatnya. Lisa bakal dukung hubungan mereka. Walau gak bisa dia tunjukin karena Lisa masih menjaga perasaan Jiho.
Lisa tak tau sekarang Jiho bisa melupakan perasaanya pada June atau tidak. Tau, move on memang masalah waktu. Tapi Lisa cuma bisa berharap agae Jiho bisa menemukan orang yang tepat nantinya.
Ngomong-ngomong soal Jiho, kenapa sahabatnya itu belum dateng juga. Minimal kasih kabar atau gimana.
"Kim Jiho, awas aja kalo ninggalin." ucapnya lirih.
Gadis itu masih terus menghubungi Jiho, walau hasilnya nihil karena Jiho tak aktif.
"Kasihan nunggu dijemput temen, jomblo sih."