NAKAS MABUK

4 3 0
                                    

Zhee mematikan kran wastafel toilet. Ia sedikit mencuci wajah nya gerah
Dan setelah selesai ia hendak beranjak lagi keluar toilet.

Namun saat zhee melewati jajaran penjuru koridor.

Brukk

Zhee tak sengaja menabrak bahu seseorang.dan itu membuat nya meraut tatapan nya.

"Eh, sorry sorry Lo gak pa-pa?" Malvin hendak membelai lengan zhee yang segera menepis nya menjauh.

"Iya, gue gak pa-pa. Em, permisi." Ucap zhee hendak berlalu terburu2 namun sebelum itu Malvin sudah terlebih dahulu mencengkal tangan nya, yang membuat nya kembali menoleh.

"Bentar, Lo ingat gue kan?" Gumam Malvin mendekat. Bagaimana zhee tak mengenal nya. Efek dari pemikiran zhee sangat kuat bila kejadian kriminal yang sudah dia lihat secara langsung. Ia menepis lagi tangan Malvin.

"Gue harus masuk kelas." Ucap zhee langsung buru2 berlalu, zhee merasa takut saat bertemu lagi dengan Malvin manusia yang jelas jelas menggodanya di saat ia dan kenzy di kepung.

Zhee memang tak ingin berurusan dengan ketua komplotan seperti Malvin ini. Ia berdoa untuk tak mengenal Malvin lagi.

"Ck! Sok soan jual mahal, gua bakal dapetin keuntungan gue dari lu." Gumam Malvin tersenyum miring menatap punggung zhee yang mulai menjauh.

Dari tatapan Malvin saja sudah terlihat bahwa Malvin sudah terobsesi pada gadis bergingsul sangat manis itu.

kenzanol

Zhee tampak berjalan memasuki kelas kenzy. Ia berniat ingin memberi tahu tentang Malvin yang mengapa bisa berada di sekolah. Setau zhee dia belum pernah bertemu dengan Malvin sebelum nya.

Mata zhee hendak ingin bertemu kenzy, tapi malah bertemu manusia es batu dan lavik yang tengah duduk di meja kelas mereka.

"Ken mana?" Tanya zhee langsung, dengan lavik yang kian mendengar pertanyaan zhee.ia menoleh pada zhee.

"Ken sama lugas di kasih tugas Ama pak Siryo kurang jelas sih Dimana nya. Emang ada apa zhee, ntar gue samperin aja." Ucap lavik. Memberi tatapan responnya tak varel yang malah fokus memainkan smartphone nya.

"Em, gak usah biar gue aja yang langsung ketemu ma kenzy. Oky makasih ya duluan." Ucap Zhee berlari di beri anggukan lavik.

Dari semua penjuru ruangan sekolah, hanya aula yang mendadak membuat hidung nya mencium bau tak enak.

Zhee melangkah memasuki pintu aula itu yang memang terbuka sedikit. Namun yang di dapat nya.

"Eh Lo zhee?" Ucap lugas ketika melihat zhee yang berjalan menghampiri diri nya dan kenzy yang kini tengah tengkurap lelah di tambika aula dengan pelukan kaleng lumayan panjang di dada kenzy.

"Ken mabuk zhee, dia habis minum-minuman zenset itu kayak orang tersesat di Padang pasir." Ujat lugas dicampuri ketus nya.

Zhee melihat kenzy yang tengkurap di tambika dengan keringat yang membasahi pelipis nya.

"Pantesan ke bau di luar." Gumam zhee.

Kenzy melenguh, membuat lugas dan zhee menoleh pada nya sama2.

"Eh! Ada bidadari yahaha!!"

Lugas membelalakkan mata nya sempurna. Sedari ia setengah kaget, malu akan melihat kelakuan si ketu nya yang kini berada dengan keadaan jujur. Ya tentu saja jujur, orang mabuk kan suka ngomong jujur.

Kenzy tertawa seperti kesurupan, ia tak seimbang berjalan mendekati zhee. Zhee mencoba untuk menahan bau sengat alkohol dari kenzy itu. Zhee siaga memegang kedua pundak kenzy untuk membantu nya agar berjalan seimbang.

Lugas hendak mencela, namun ia urungkan apa lagi setelah melihat zhee yang baik dengan kepedulian nya mau menolong kenzy yang pasti akan di nyatakan mabuk berat.

Lugas makin membelalak sontak ketika kenzy menyandarkan kepala nya ke bahu zhee.

"Udah gak pa-pa gas, mending Lo ke kantin bentar beliim minuman dingin untuk Ken." Ujar zhee menghela lugas yang hendak ingin mencela si ketu nya itu.

"Ooky." Ucap lugas, mata nya menatap raut khawatir pada kenzy. Ia mungkin takut kalau kenzy akan melakukan apa2 pada zhee, tapi itu seperti nya tak akan terjadi lihatlah betapa gemas nya sikap kenzy saat mabuk.

Lugas berlalu meninggalkan mereka berdua di aula. Zhee hanya menatap nya, mata nya melirik ke bawah samping, merasakan kedua tangan kenzy yang memeluk pinggang nya.

"Ken?"

"Hmm.''

"Lo jangan..."

"Eem.. diam dulu, gue masih capek." Rengek kenzy semakin mengeratkan pelukan nya yang hendak di tepis oleh zhee. Zhee mendengus nafas nya.

Ia membiarkan waktu yang lama untuk kenzy yang terlihat sangat nyaman tidur menyandar di bahu nya. Zhee merasa kan pucuk rambut kenzy di pipi nya.

Ia tersenyum ketika mendengar lenguh kenzy.

Next!
Part ini tentang kejantungan kita.

Kenzanol✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang