DUA ZEEA

3 1 3
                                    

Terdapat dari sebuah rumah besar di tutupi pagar hitam besi yang amat luas. Mobil hitam berhenti tepat dihalaman rumah itu sesamaan sengan moge style cool dari mengekor mobil itu.

Varel membuka helm mask nya melempar kunci moge nya tepat kearah penjaga supir rumah di gerbang.

Ia terlihat tergesa gesa berlari memasuki rumah yang amat mewah itu.

Langkah varel mendadak berhenti mendapati seorang pria paruh baya berjas hitam tengah berdiri diruangan tengah. Tangan varel mengepal melihat nya, ia berjalan dengan memasang wajah datar menunggu pria yang lebih tua dari nya itu menoleh pada nya.

Varel tertawa getir melihat air mata yang mulai menurun dari mata sosok pria paruh baya itu. Ia mendecih jijik.

"Nak.."

Varel menepis dengan sarkas lengan pria yang sempat ingin membelai nya itu.

"Mending papa pergi dari sini. Varel gak butuh papa."

"Nak, papa minta.."

"Pergi."datar nya. Namun bisa dilihat air mata mulai membendung disudut mata nya. Varel menyibak rambut nya kebelakang lalu tertawa hambar.

"Nak papa minta...."

"Udah terlambat pah. UD.AH TER.LAM.BAT. papa dengar kan? Dan sekarang papa pergi, mendiang mama jadi sakit di sana kalau merasa kedatangan papa lagi." Dengan sarkas nya varel ingin sekali mendorong pria sosok ayah nya itu.

Tanpa memperdulikan tangisan papa nya itu yang sudah mulai menderas.

"Nak papa cuma pengen jemput kamu."

"Untuk apa sih! Bukan nya selama ini papa selalu biarin tinggal aku sama mama."

Ayah varel menggeleng pelan lalu memegang kedua bahu anak nya. "Maaf kalau papa telat nak."

Varel tertawa hambar membuang pandangannya ke samping. Dengan kasar ia mengusap air mata nya yang tanpa ijin apapun dari keluar begitu saja.

Menatap tajam pada ayah nya lalu menepis lengan ayah nya.

"Telat, karena selingkuhan."
Setelah mengatakan itu varel berlalu meninggalkan pria sosok ayah nya itu. Ayah varel hendak mengejar putra nya.

"Usir dia!?" Varel sedikit berteriak pada pak satpam rumah nya yang siaga pada tuan nya itu untuk meninggalkan rumah.

Air mata varel semakin deras ia merasakan tangisan yang mulai getir dari dadanya. Jujur, varel tak kuat jika ia harus membentak sang ayah nya namun bagaimana pun hal yang sudah di perbuat oleh ayah nya bukan lah bisa untuk di maaf kan.

Varel melangkah membanting tas nya di sofa berjalan menaiki tangga. Tak menggubris ayah nya yang diusir secara terpaksa oleh satpam perumahannya.

Sekarang yang ia ingat adalah penderitaan mendiang mama nya. Ya, mama varel meninggal karena penyakit kanker. Saat itu pun, sang ayah nya sudah selingkuh dengan gadis yang masih muda namun menjijikkan bagi nya. Dulu varel juga pernah marah saat ayah nya mengatakan bahwa beliau tidak menyukai wanita berpenyakit seperti ibu nya sendiri. Hal itu varel menggeram, ia membiarkan ayah nya pergi dari rumah meninggalkan diri nya bersama ibu nya.

Allena tertegun saat ia melihat sosok pria kantoran keluar dari rumah varel. Dan membuat allena semakin tambah bingung, pria itu menangis.

"Itu syapa nya si es batu?" Ia bergumam sendiri. Dengan sigap ia bersembunyi di sebelah tembok jalan menghindari pria itu yang sudah melajukan mobil nya pergi.

Allena mendengus pelan. Sungguh, saking khawatir nya ia terhadap varel ia rela meninggalkan dua teman nya yang masih berada disekolah. Ya, saat ini Allena meminta izin pergi. Ia juga tak perlu hirau Karena UL tadi sudah selesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenzanol✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang