|•babynya Daddy jeno•|
[Nomin;]Nana berada dikamar Jeno sekarang, duduk manis ditepian kasur. Sesekali tangan kecilnya sedikit mengucek matanya karna terasa berat. Jeno sedang berbicara dengan seseorang dari seberang telepon dibalkon. Tadi, ia menyuruh Nana untuk duduk dan diam disini. Tidak boleh banyak bergerak dan banyak berbicara, harus nurut katanya. Jika tidak, Jeno tidak mau membantunya mencari sang Daddy.
Padahal Nana sudah bilang jika ini rumah Daddy nya, dan Jeno adalah pemilik rumah ini. Berarti Jeno Daddy nya dong. Begitu kiranya yang ada di kepala kecil Nana.
Ia merasa cukup sedih, lantaran Jeno tidak juga percaya padanya.
" Nanti Daddy juga pelcaya kok, Nana halus sabal " ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Ia tidak tau apa yang sedang Jeno bicarakan diluar sana, yang jelas itu sudah sangat lama. Nana sampai lelah sendiri menunggunya. Matanya benar-benar memberat, Nana mau kok jadi anak penurut. Jeno bilang Nana tidak boleh melakukan apapun selain duduk manis dan menunggunya. Tapi Nana benar-benar tidak kuat, diusianya yang masih kisaran tahun. Itu cukup keren karna ia bisa tidak tidur sampai jam setengah empat subuh.
Tapi mungkin itu sampai sini saja, Nana juga lelah berjalan terus dari tadi sore untuk mencari dimana Daddy nya tinggal. secara perlahan mata Nana tertutup dan tubuhnya terjatuh kesamping.
Beruntung nya ia tidak jatuh dari ranjang jeno, yang baginya itu cukup tinggi.
* * *
Selesai menelpon, Jeno kembali kedalam kamarnya. Ia hampir melupakan atensi bocah yang berada dikamar nya tadi.
Ia terdiam beberapa saat, kala matanya dengan tidak sengaja melihat bocah gembul itu tertidur diranjang nya.
Setelah Jeno perhatikan, anak itu ternyata manis juga. Bibirnya sedikit mengerucut saat ia tertidur, dan itu lucu, pikir Jeno.
" Kamu lucu, tapi saya nggak suka. Soalnya kamu nyusahin saya "
Jeno Mengangkat tubuh kecil Nana, memindahkannya agar sedikit lebih ketengah. Takut jika bocah itu bergerak, nanti terjatuh dan bisa saja bocah itu menangis. Hal itu akan merepotkan nya.
Tidak lama lagi adzan subuh akan berkumandang. Mungkin sekitar satu jam lagi. Ia lebih memilih membuka laptopnya, sambil menunggu adzan subuh tiba. Takutnya ia malah akan kesiangan jika memilih kembali tidur.
Dan benar saja, lewat beberapa saat kemudian. Suara adzan mulai terdengar. Jeno menutup laptopnya, beranjak dari kasurnya lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya.
Selesai tahiyat akhir dan salam, Jeno melirik ke samping kirinya. Dimana ada bocah yang mengaku sebagai anaknya tertidur pulas disana.
Sudah lebih dari tiga kali Jeno tersadar dari lamunannya sejak bocah dengan identitas tidak jelas itu datang.
" Astagfirullahaladziiim, jangan ngalamun Jen. Nanti kesambet " Jeno mengusap wajahnya sedikit frustasi.
Jeno melepas peci dan sarung yang ia pakai. Kemudian melipat sajadah dan dan menaruh nya di laci nakas.
Mungkin hari ini ia tidak akan bekerja dulu, ia harus mengurus bocah yang sedang tertidur pulas diranjang nya.
Selang beberapa saat, suara bel apartemen nya kembali berbunyi. Tapi kali ini ia tau siapa yang datang.
Jeno membukakan kunci pintu Dengan pin, kemudian si tamu membukakan pintunya sendiri.
" Mana anak Lo ? " Ujar si tamu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY J [END]
FanfictionJeno yakin jika dirinya masih perjaka. tapi suatu hari, tanpa diduga seorang bocah menekan bel apartemen nya berkali-kali pada saat dini hari dan mengaku sebagai anaknya. Jeno enggan mengakuinya, tapi anak itu terlihat sangat malang. Tolong katakan...