bagian 04

5.3K 556 11
                                    

|•mulai menerima?•|
[Nomin;]

   Jika sudah begini Jeno harus bagaimana lagi, toh yang ada dipikirannya, ia pikir ini Hanya bersifat sementara dan tidak akan berjalan selamanya. Ya, saat ini. Tidak tau nanti.

Jeno terpaksa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli beberapa pakaian yang ia berikan pada Nana. Iya, Jeno terpaksa.

Nana pasti akan kecewa jika tau isi hatinya, padahal Nana sudah senang sekali ketika tahu belanjaan yang tadi siang mereka bawa itu hanya untuk nya.

Padahal Nana tidak minta, kenapa juga Jeno harus membelikan nya dengan rasa terpaksa pula.

Jeno melakukan nya bukan tanpa alasan, pasti. itu karna semua pakaian yang ada di dalam tas ransel Nana sudah kusam dan jelek. Jeno risih melihatnya. Ia tidak terlalu mengorek terlalu dalam isi tas Nana sih, hanya melihat pakaian yang ada disana saja, karna saat itu ia akan mengajaknya ke rumah sakit. 

Tidak hanya pakaian, ia juga membeli peralatan anak untuk Nana seperti pasta gigi anak, sikat gigi, tidak banyak sih. Lagi pula Untuk apa juga, toh Nana bukan siapa-siapa nya.

Ia hanya membeli yang sekiranya dibutuhkan untuk beberapa Minggu kedepan.

Untuk masalah kamar, Nana bisa menumpang di kamarnya. Ia malas jika harus mengurus ruang kosong di apartemennya untuk dibuat kamar. Sudah seperti mau punya anak saja, segalanya ia siapkan.

Seharian ini ia sudah sibuk mengurus sana-sini gara-gara Nana. Ini sudah hampir Maghrib, jaehyun sendiri sudah lebih dulu pulang sejak 2 jam yang lalu.

Gara-gara Jeno dan Nana, jaehyun juga hari ini harus rela bolos kerja. Untung ia adalah atasannya, jadi tidak ada yang berani memarahi atau menegur nya.

Sejak jaehyun pulang tadi, ia tak sedikitpun mendengar suara Nana. Entahlah, anak itu ternyata lebih pendiam dari yang ia kira. Ia tidak ambil pusing.

Jeno selesai mandi, ia hendak pergi ke ruang tamu tempat Nana berada untuk melihat apa yang sedang anak itu lakukan. Dan yang ia dapati adalah Nana yang tertidur sambil duduk. Kepalanya berada dimeja yang berada disana. Posisinya tadi adalah, Nana yang sedang menonton serial anak-anak di televisi yang tayang pada sore hari, namun kemudian ia tertidur begitu saja. Mungkin karna kelelahan.

Jeno hanya menggunakan kolor saat itu, dengan handuk ditangannya yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut.

Lalu setelah melihat pemandangan itu, Nana yang tertidur dengan posisi yang dapat membuat badannya sakit. Jeno kemudian menyampirkan handuk kecil itu pada bahu sebelah kanannya. Lalu menghampiri Nana dan membopong anak itu secara hati-hati agar tidak membangunkan si kecil malang tersebut.

Jeno membawa Nana kekamar, dan membaringkan anak itu diranjangnya.

Ia duduk dipinggiran ranjang, lagi-lagi matanya terpaku pada wajah Nana yang sedang tertidur lelap. Seperti ada magnet yang menariknya untuk tetap berada disana dan terus menatap wajah kecil itu.

Tangannya terangkat secara tidak sadar untuk mengusap Surai halus milik Nana.

Namun kemudian, ia kembali menarik tangannya kala ia sadar akan berbuatan refleknya barusan.

Ia bangun kala mendengar suara adzan berkumandang, menggunakan kaos lengan panjang dan sarung wadimor kesukaannya. Lebih dulu bersuci, lalu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba.

Ia berdoa setelah melakukan salam, meminta petunjuk dan kebenaran kepada Tuhannya.

Meminta maaf atas perbuatannya dimasa lalu yang ia sendiri tidak tahu, atau lebih tepatnya tidak ia ingat.
Kemudian menutupnya dengan doa sapu jagat.

" Daddy.. " suara parau Nana mengejutkannya.

Jeno menoleh kearah dimana Nana berbaring, tapi Nana Masih pada posisi awalnya. Matanya juga masih tertutup. Jeno simpulkan Nana sedang mengigau.

Namun kemudian.

" Nana sayang Daddy " masih sama seperti posisi awal. Jeno jadi sedikit Merasa bersalah akan perlakuannya pada Nana yang bisa dibilang, buruk.

Ia berlaku Dingin dan galak pada anak itu, tapi apa yang anak itu ucapkan dalam mimpinya.

' Nana sayang Daddy '

Bahkan belum genap 24 jam mereka bertemu, Nana sudah menyayangi nya sampai terbawa mimpi. Jeno tak berpikir untuk membalas ucapan Nana. Untuk apa juga sih, kan Nana sedang tertidur. Jadi anak itu tidak akan mendengar dan mengetahui nya.

Dan lagi, ia juga tidak menyayangi Nana. atau malah tidak menyukainya?  Ah, mungkin belum. budayakan khusnudzhon ya kawan. Karna suudzhon itu tidak baik.

Ia pikir akan berat menjalani hari-hari dengan merawat seorang anak sendirian. Tapi ternyata tidak, ia tidak pernah berpikir jika ini akan lebih ringan dari hari-hari nya sebelum kedatangan anak itu. Bahkan haripun berlaku begitu cepat.

Tak terasa lima hari telah berlalu, dan dari situ, ia tahu sedikit demi sedikit kepribadian Nana.

Nana adalah anak yang mandiri dan tidak cengeng. Ia bisa mandi sendiri, memilih pakaian sendiri dan memakai nya sendiri pula. Ia tak harus disuapi dulu jika mau makan. Bahkan ia yang terkadang mengambilkan nasi dan lauk untuk Jeno.

Jeno juga tak perlu repot-repot bangun malam untuk mengantarkan Nana pergi pipis ke kamar mandi. Karna anak itu bisa melakukan nya sendiri. Lalu Bagaimana Jeno tau?

Malam itu, Tidak biasanya tiba-tiba tenggorokannya terasa kering. Ia terbangun dan mendapati Nana yang sudah tidak disampingnya. Ia sedikit panik kala itu, namun saat ia pergi ke dapur yang kebetulan tidak jauh dari kamar mandi nya, ia mendengar suara gemericik dari arah kamar mandi.

Saat itu Jeno simpulkan Nana sedang buang air kecil dikamar mandi, tidak lama tiba-tiba Nana keluar. Dan tebakan nya tidak salah. Saat ia menanyakan sehabis apa Nana dikamar mandi.

" Nana abis pipis " jawabnya dengan suara khas seseorang yang baru bangun tidur.

Jeno hanya mengangguk kemudian beranjak pergi kekamar nya kembali.
Diikuti Nana dibelakangnya.

Nana juga sangat penurut, ia tak perlu repot-repot dan bingung mau menaruh anak itu dimana kala ia bekerja.

" Nana Ndak takut kok, dilumah sendilian " ucapnya dikala melihat Jeno yang terlihat bingung saat akan berangkat bekerja.

" Nana Ndak akan belantakin lumah, janji " tiba-tiba suara Nana kembali menyapa kala Jeno tak juga kunjung menjawab.

Jeno menghembuskan nafasnya berat, lagi-lagi ucapan Nana membuat nya tersentuh. Tidak, Jeno tidak bermaksud begitu. Ia tidak takut Nana mengacaukan rumah atau apalah itu. Ia hanya berpikir bagaimana Nana nanti jika ia tinggal sendirian.

Ia percaya Nana pemberani, tapi ia akan bekerja selama seharian. Apa Nana juga tidak bosan seharian berada di dalam apartemen, sendirian pula. Lalu bagaimana jika Nana lapar Nanti?

Ada rasa tidak tega untuk meninggalkan anak kecil itu sendiri dalam apartemen besar itu selama sehari penuh, dengan tanpa orang lain disampingnya.

Tunggu-tunggu, apa itu berarti Jeno sudah mulai menerima Nana sekarang?

07/04/2022

© KFTMZZ

DADDY J [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang