bagian 14

3.8K 396 11
                                    

|• OMO OMO OMO!!!•|
[Nomin;]

   Disisi Jeno, ia mulai merasa ada ketidak beresan Dengan sikap ibunya itu.

Jaehyun juga.

Kakak sepupunya itu jadi sedikit sulit ia hubungi untuk ia tanyakan bagaimana kabar Nana. Juga banyak kata em ketika mereka mengobrol disambungan telepon.

Ayahnya juga sama, ia menekan dirinya untuk tetap berada di mension besar keluarganya dan melarang jeno untuk kembali ke apartementnya. Padahal ia benar-benar sudah sehat dan sakit kemarin itu hanya berjalan 2 hari.

Sudah hampir seminggu, Jeno sama sekali tidak melihat Nana dan itu membuatnya merasa aneh.

Entahlah, mungkin karena itu sudah menjadi kebiasaannya setelah 2 Minggu terakhir. Ia jadi sering terbangun tengah malam untuk melihat sisi badannya dan meraba tempat itu.

Jamnya selalu sama, pas setiap jam dua dini hari seperti biasa Nana terbangun untuk pergi ke kamar kecil.

Biasanya ia akan pergi ke kamar kecil juga dan melongok Nana sesaat, dan langsung kembali untuk tidur.

Tapi lima hari belakangan, ia tak berada ditempat yang sama dengan Nana. Jadi ia hanya melamun memandangi langit-langit kamar sebentar. Setelah itu bangun untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud.

Perasaan resah seperti saat Nana baru saja datang padanya tiba-tiba kembali, saat Nana tidak bersamanya lagi.

Bedanya dulu ia takut dan enggan untuk menerima anak itu, dan sekarang ia malah takut dan enggan untuk melepaskan anak itu.

Selain itu, ada rasa resah yang membuatnya terus berfikir akan hal negatif tentang dirinya dan orang-orang didekatnya.

Seperti, yang dikatakan jaehyun saat hari pertama ia menemukan Nana didepan pintu apartemennya. Yaitu, jika dulunya ia adalah brengsek.
Tapi dari perkataannya seperti tidak benar-benar dirinya yang brengsek.

Entah, kenapa ia sampai berpikir seperti itu.

Apa memang ada rahasia tersembunyi yang sengaja orang-orang tutupi darinya termasuk jaehyun. Ataukah, ia yang menolak jika dirinya itu benar-benar brengsek seperti apa kata jaehyun? Jadi ia mengartikan lain akan perkataan kakak sepupunya itu.

Ini menjadi konflik terbesar pertamanya selama 21 tahun ia hidup.

Mungkin

Jeno bangun dari kursi kerjanya. Iya, Jeno sudah pergi bekerja tentu saja. Tapi ibunya dengan riwehnya mengutus seseorang untuk menjaganya. Ini berlebihan baginya. Ibunya pikir ia anak kecil apa.

Karena ia biasa pergi kesana kemari sendiri, ralat, Dengan asistennya diperusahaan. Dan sekarang malah bersama orang lain yang sikapnya sedikit aneh juga seperti mengawasi setiap pekerjaannya. Itu membuatnya benar-benar risih dan tidak bisa bebas.

Ia berjalan ke arah pintu, disana ada penjaga suruhan orang tuanya yang selalu membuntutinya kemana-mana.

" Saya mau ke toilet, nggak usah ikut " cegah Jeno, ia mengulurkan tangannya ke depan dan menahan dada, kita sebut pengawal saja agar lebih enak. Menahan dada pengawalnya agar tetap berada di situ.

" Biar saya antar tuan " ucap pengawal itu sopan.

" Nggak usah, deket kok "

" Tidak apa tuan, biar saya antar "

" Nggak usah, cuma disitu doang "

" Iya tuan, akan saya antar "

" Saya bilang nggak usaaaah! " Jeno mulai greget. pengawalnya itu benar-benar seperti ibunya. Suka ngeyel, pemaksa, gemesin. Tapi gemesinnya beda dari Nana. Beda. Beda jauh, kaya Merkurius sama Neptunus.

DADDY J [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang