bagian 06

4.7K 507 19
                                    

 |•awal kedekatan mereka•|
[Nomin;]

Awal kedekatan mereka dimulai, dari dimana saat Jeno menanyakan perihal tempat tinggal Nana sebelumnya.

Nana awalnya terdiam, namun kemudian ia berpikir mungkin ini saat yang tepat dan berdoa agar nantinya Jeno juga akan menanyakan kondisi mommy nya.

" Kamu dulu tinggal sama siapa? "

" Um Boleh Ndak, Nana jawabnya dilumah aja? " Jeno tampak melihat sekitar. Ia menyadari ada banyak orang disini, mungkin Nana Merasa tidak nyaman. Jadi Jeno hanya mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas berbelanja nya.

Mungkin nanti, ia akan segera menanyakannya lagi saat mereka sampai apartemen.

akhirnya mereka sudah berada di apartemen milik Jeno sekarang. Jeno lebih dulu merapikan barang belanjaan nya, Dibantu oleh Nana didapur.

Karna kebetulan mereka belum sarapan tadi, sebelum mereka pergi belanja. Jeno juga menyiapkan makanan hari ini. Tidak seperti biasanya yang hanya akan memanggang roti. Atau membeli makanan dari gofood.

Kali ini Jeno memasaknya sendiri. Nana berperan sebagai asisten Jeno kali ini. Ia membantu Jeno mengambilkan bahan yang jeno butuhkan seperti garam, gula, atau kecap, dan lainnya selama acara masak-memasak pagi itu.

" Kok manis? "

Nana menolehkan kepalanya pada Jeno. Nana salah ambil ya?

" Ini gula, kan udah ada tulisannya ini " Jeno mengernyit sambil menatap Nana yang terlihat bingung.

" Nana belum bisa baca " ujarnya polos.

Jeno menepuk kepala nya, lupa bahwa Nana belum sekolah. Jeno lagi-lagi mengernyit, bukankah umur Nana sudah masuk usia taman kanak-kanak sekarang?

" Ah, nanti aja deh nanti "

" Apanya yang nanti? " Nana memiringkan kepalanya pada Jeno, bertanya.

" Udah kamu duduk aja, biar saya masak sendiri " final Jeno.

" Maap " tiba-tiba Nana berucap, dengan suara yang... Errr, apa ya.

Jeno kembali menoleh menatap Nana yang menundukkan kepalanya.

" Kenapa? "

" Nana Ndak becus jadi anak " ucap Nana dengan nada sedih.

Jeno menahan nafasnya sesaat, kemudian ia hembuskan dengan berat hati. Jeno kembali pada panci masakannya.

" Gapapa, lagian kamu juga bukan anak saya " bukannya menenangkan hati Nana yang sedang dilanda sesal. Jeno malah menambah beban pikiran dihati anak itu. Tidak untuk ditiru, Jeno memang bukan ayah yang baik. Atau mungkin belum.

Pada akhirnya Nana hanya mengangguk, ia duduk sesuai perintah Jeno tadi. Tuhkan, benar apa kata hatinya. Daddy nya itu tidak pernah menerima nya sebagai seorang anak. Nana menjatuhkan kepalanya pada meja makan.

Bibirnya sedikit mengerucut, Nana harus sabar. Ucapnya beberapa kali dalam hati.

Jeno selesai memasak, mereka kemudian sarapan bersama. Tidak ada yang bersuara, hanya ada detingan antara sendok dan piring yang saling menyapa.

" Nana bantu cuci piling ya? "

" Bisa? Nanti jatuh "

" Bisa kok "

" Udah kamu kedepan aja sana, biar saya yang cuci piring "

Nana lagi-lagi hanya menurut, ia turun dari kursi yang ia duduki. Kemudian berjalan kedepan, keruang santai dimana ada televisi disana.

DADDY J [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang