|•merawat Daddy•|
[Nomin;]Awalnya Nana tidak menyadari, jika ada hal aneh yang terjadi malam itu.
Selesai dari dapur, untuk mengambilkan air putih untuk Daddy nya. Jeno menyuruhnya untuk meletakkan air tersebut dinakas samping tempat tidur yang lebih dekat dengannya.
Kemudian, Nana kembali keluar kamar untuk pergi ke toilet.
Setelah itu tidak ada yang terjadi. Mereka kembali, ke alam mimpi mereka masing-masing.
Paginya. yang biasanya Jeno akan bangun lebih dulu, dan diikuti Nana untuk sholat subuh. Kali ini tidak. Nana jadi sedikit kesiangan karna tidak merasakan pergerakan dari Jeno yang belakangan ini membangunkannya.
Nana mengucek-ucek matanya. Dan menoleh ke sampingnya, menyadari Jeno yang masih tertidur dengan raut yang gelisah. Nana terdiam beberapa saat, untuk mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar.
Nana hendak membangunkan Jeno, dengan menggoyangkan tangan besar Daddy nya itu. Namun saat kulit mereka baru saja saling menyentuh. Rasa panas langsung mampir ke Indra peraba milik Nana.
Ia mengurungkan niatnya untuk menggoyangkan tangan besar itu. Tangan Nana beralih untuk menyentuh kening Jeno yang ternyata sama panasnya dengan bagian yang Nana sentuh sebelumnya.
Nana menggigit bibir bagian bawahnya. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang?
Akhirnya ia memilih turun dari tempat tidurnya, dan mencuci wajahnya terlebih dahulu. Kemudian, Nana pergi ke dapur dan mengambil Baskom bersih yang ada di rak, dengan ukuran sedang.
Nana dengan susah payah memanjat kursi dan menari pintu kulkas, dengan sekuat tenaga untuk mengambil air es dalam lemari pendingin itu.
Akhirnya Nana mendapatkannya. Ia menuangkan air es itu dalam baskom. Lalu mengambil sapu tangan, yang berada di laci nakas samping ranjang Jeno.
Nana membawanya secara hati-hati ke dalam kamar. Manaruhnya pelan-pelan ke atas nakas. Lalu ia naik ke ranjang agar tangan kecil nan pendeknya, dapat untuk mengompres kening Daddy nya itu.
Nafas Jeno juga panas, mulutnya sesekali mengeluarkan suara tidak jelas dengan volum kecil. Daddy mengigau, pikir Nana.
" Nana... " Panggil Jeno. Otomatis fokus Nana yang tadinya sedang sibuk mengompres kening Jeno kini beralih pada mata si pemanggil. Tapi mata itu masih terpejam. Nana kembali pada pekerjaannya.
Tiba-tiba suara handphone berdering berasal dari laci nakasnya.
Bukan, bukan handphone Jeno yang berdering. Melainkan handphone milik Nana. Nana segera turun dari ranjang nya. Kemudian bergegas untuk mengambil handphone itu. Ia mendapati nomor om nya yang tertera disana. Iya, om jaehyun. Lalu ia segera mengangkatnya.
" Halo baby j ?"
" Om ada yang gawat " ujar Nana cepat saat ia mendapati suara jaehyun dari sebrang telepon.
" Ada apa sayang? Daddy kamu dirumah kan? "
Nana mengangguk walaupun jaehyun tidak dapat melihatnya.
" Tapi.. "
" Tapi apa hm? "
" Badan Daddy panas, telus.. telus Daddy juga.. panggil-panggil nama Nana tapi Ndak mau bangun " Nana mengucapkan nya dengan nada khawatir. Dadanya sedikit sesak saat mengatakan itu. Nana Sangat cemas saat mengetahui bahwa Daddy nya sakit. Sudah begitu, tidak ada siapapun disini. selain dirinya, yang tidak dapat melakukan apapun.
" Daddymu sakit? Udah minum obat belum? " Katakanlah jaehyun bodoh. Sudah dibilang Jeno belum bangun. Dan, hey. Ini masih pagi dan Nana juga baru menyadari hal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY J [END]
Fiksi PenggemarJeno yakin betul dirinya masih perjaka! hidupnya tertib, sunyi, dan bebas dari drama. sampai seorang bocah asing muncul di depan pintunya pada dini hari dan mengaku sebagai anaknya. Dafuq?? Meski tak masuk akal, tatapan sendu anak itu sulit diabaika...