1 - shady georgia

69 3 0
                                    

"Cinta satu malam, oh indahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta satu malam, oh indahnya. Cinta satu malam buatku melayang."

Dentuman pengeras suara bluetooth terdengar nyaring memenuhi ruangan kelas. Menghabiskan jam pelajaran yang kosong dengan gurau dan nyanyian penuh tawa.

Begitu juga denganku, jemariku bertepuk diikuti tarian kecil di tengah-tengah kebisingan teman-temanku yang tak kalah heboh. Menjadi ekstrovert itu merupakan anugerah terindah. Pikirku.

Status Instagram kelas bahkan penuh dengan wajah konyolku. Hampir semua warga sekolah mengetahui namaku. Ketika berfoto aku selalu berada di tengah bersama murid laki-laki yang gemar sekali menjahiliku.

Ekstrovert itu menyenangkan. Memiliki banyak teman, disukai banyak kalangan dan diperlakukan baik oleh laki-laki. Siapa sangka, setiap candaan yang terlontar dari mulutku mampu membuat sekelilingku tertawa terbahak-bahak. Akun Instagram pribadiku saja diikuti lebih dari lima ribu orang, baiknya lagi ketika aku ulang tahun, status Instagram-ku bahkan terlihat seperti sebuah titik-titik yang tak ada habisnya.

Ekstrovert itu menyenangkan. Keberadaanku selalu penting, jika teman-temanku hendak holiday mereka selalu mengingat dan mengajakku ikut. Tidak ada rasa canggung jikalau ada yang bercanda denganku. Guru-guru juga banyak yang menyukaiku, aku berani untuk maju ke depan kelas mengerjakan tugas, biarpun itu salah dan ditertawai oleh teman-teman.

Meski begitu, circle-ku tak benar-benar meledekku. Itu memanglah kelebihan menjadi seorang ENFP.

Ekstrovert itu menyenangkan. Setiap laki-laki yang aku sukai, akan memberikan feedback yang baik padaku. Tidak ada yang pernah menolakku, aku percaya diri, aku cantik dan banyak digemari. Semua orang menyukaiku. Sekali lagi, ekstrovert itu menyenangkan.

Sebelum aku sadar....

Tring!

Kepalaku yang tertidur di atas meja menengadah perlahan, tanganku menggapai ponsel yang berdering karena ada notifikasi yang masuk. Aku tersenyum miris, melupakan kenyataan bahwasanya aku hidup penuh kesepian dan kesendirian.

Aku. Benci. Terlahir sebagai introvert.

✦ ⋆✧⋆ ✦

"Selamat pagi, Rey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Rey."

Pesan itu kubaca pelan. Bibirku bergumam muak dengan kenyataan ini. Memperhatikan sekelilingku yang penuh kebisingan dengan dentuman speaker milik ketua kelas itu. Semua sibuk membuat instastory yang membuat akun Instagram kelas penuh oleh wajah mereka yang tampak begitu menikmati masa-masa SMA.

Lain denganku, jemariku yang menggenggam ponsel kuangkat. Mengetik pesan pada seseorang yang memanggil diriku Rey.

Aku menghela napas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela napas panjang. Kembali menempelkan kepala pada meja, menghabiskan sisa jamkos dengan memperhatikan mereka yang tampak begitu menggembirakan. Semua terlihat begitu ceria, tak peduli pada apa yang orang-orang pikirkan tentang mereka, mereka akan tetap melakukan apa yang mereka sukai. Bahkan tiga perempuan di depanku saja belum henti juga sedari tadi menyelesaikan dance TikTok yang selalu gagal.

Aku iri.

Sempat terlintas di benakku untuk bergabung dan tiba-tiba menjadi akrab dengan mereka semua. Tapi, semua tidak semudah itu, aku tidak diterima baik. Jika aku melakukan presentasi di depan kelas, mereka hanya memperhatikan seadanya, jikalau pun aku melakukan kesalahan mereka hanya diam memperhatikan.

Aku berpikir, apakah mereka tidak mau bergurau denganku karena aku pendiam? Jadi, mereka takut aku akan sakit hati dan kesal jika diledek? Bahkan mereka jika berbicara denganku sangat hati-hati seolah aku orang asing di kelas ini. Padahal aku bersama mereka sudah lebih dari dua tahun.

Jika berfoto bersama pun aku selalu berada di pinggir, gaya fotoku selalu nampak canggung, berbeda dengan mereka yang memiliki begitu banyak ekspresi. Mereka nampak begitu bahagia, masa SMA mereka pasti akan begitu berkesan. Lain denganku yang merupakan malapetaka.

Terkadang aku menceritakan betapa asingnya aku di kelas kepada teman-temanku, namun mereka malah menganggap aku yang aneh, anti sosial dan terlalu pemalu. Mereka semudah itu berbicara karena mereka bukan aku.

Apakah mereka pikir aku nyaman hidup seperti ini? Tidak. Aku sudah berusaha menjadi bagian dari mereka, nyatanya aku tak bisa, jantungku berdegup kencang, tanganku bergetar cemas dan aku tak sanggup memandang mereka semua.

Cupu. Begitulah aku.

Aku sadar, seharusnya aku tidak berlarut-larut hidup seperti ini. Manusia itu makhluk sosial. Menarik bibir tipis untuk tersenyum saja aku susah, padahal lawan bicaraku tampak begitu ceria menceritakan sesuatu. Sejujurnya aku tak mengabaikan pembicaraan lawan bicaraku, tapi memang ekspresi wajahku yang membuat mereka melangkah pergi. Merasa tidak dihargai.

Ponselku kembali berdering, empat notifikasi masuk.

Aku berdecak tipis. Meladeni perempuan yang menggunakan Yeri Red Velvet sebagai foto profil WhatsApp miliknya. Terheran, mengapa aku seniat ini untuk merayunya padahal dia sama-sama perempuan sepertiku.

 Terheran, mengapa aku seniat ini untuk merayunya padahal dia sama-sama perempuan sepertiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balasku. Ya, beginilah aku menikmati hidup. Bermain roleplayer dan berperan sebagai laki-laki yang mampu membuat para perempuan tersipu malu hanya dengan ketikanku. Dasar!

Aku tahu ini salah. Tetapi, ini salah satu caraku untuk melupakan hal-hal menjengkelkan di realita. Setidaknya, di dunia virtual aku tidak terlalu diremehkan.

Aku juga ingin diperhatikan.

Aku juga ingin dianggap ada.

Aku juga ingin dicintai.

[190223]

I WILL LOVE YOU BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang