R-27

488 123 11
                                    

Menjadi bar-bar sudah lama ditinggalkan oleh Rosella setelah menjadi wanita bangsawan. Namun, ada kalanya kebiasaan itu kembali jika situasi memaksanya. Seperti saat ini, ketika Vivian mengunci diri di dalam kamar setelah ayahnya dipenjara. Kaki cantik Rosella menendang pintu Vivian, tapi sayang sekali ini bukan drama dimana hanya sekali tendangan pintu terbuka.

"Awww." Kaki Rosella terasa sakit karena melakukannya.

"Vivi! Buka pintunya!" Rosella berteriak agar Vivian membukakan pintu kamarnya. Sayangnya Vivian masih kekeh tak membuka pintunya.

"Mark! Buka pintunya."

"Aku bukan babumu. Lakukan sendiri."

"Dasar tak berguna!" maki Rosella.

Rosella menghela napas. Jika kekerasan tak berguna kini saatnya Rosella unjuk gigi dalam urusan tipu menipu.

"Vivi, tolong buka pintunya. Di dunia ini hanya kau yang kupunya, tapi sepertinya kau tak mengharapkanku lagi." Air mata buaya keluar fengan sangat lancar dari mata Rosella. Gadis itu selalu saja membuat Mark tercengang dengan kemampuan aktingnya.

"Jika kau tak menginginkan aku lagi aku akan pergi. Jadi, kau tak perlu melihatku lagi." Rosella mendengar derap kaki dari dalam kamar Vivian dan tak lama kemudian gadis itu membuka pintu kamarnya. Rosella berhasil.

"Jangan pergi."

Rosella menghala napas kemudian memeluk Vivian. Ia tahu untuk seorang yang tak pernah kehilangan sesuatu ini adalah hal baru untuk Vivian. Gadis itu pasti sedih dan ketakutan.

"Aku di sini. Aku tak pergi." Rosella merasakan bahu Vivian bergetar, adiknya kini menangis.

"Iya. Menangislah. Itu lebih baik dibanding kau mengunci diri di kamar." Bermenit-menit Rosella memeluk Vivian yang menangis. Kakinya terasa kebas karena berdiri dengan sepatu heels, tapi ia berusaha bersabar dan menjadi kakak yang baik untuk Vivian.

"Maaf, aku membuat gaunmu basah." Kalimat pertama yang diucapkan Vivian setelag menangis membuat Rosella prihatin. Bagaimana bisa Vivian hidup begitu selfless? Tampaknya Rosella harus mengajari Vivian untuk menjadi lebih egois.

"Kurasa yang harus kau khawatirkan adalah dirimu bukan gaunku. Ayo masuk ke kamarmu, ada banyak hal yang perlu kita bicarakan," kata Rosella kemudian berbalik menatap pelayan yang biasa melayani Vivian.

"Bawakan sarapan ke kamar Vivian. Untukku dan untuknya."

"Baik Lady." Setelah mendapat jawaban itu Rosella menarik Vivian untuk masuk ke dalam kamar.

"Duduk!" perintah Rosella yang sekarang terlihat seperti kakak tiri kejam.

"Katakan, apa yang membuatmu menghibdariku?" Vivian masih tak menjawab.

"Kau membenciku?" Vivian bergegas menggeleng. Ia sama sekali tak membenci Rosella.

"Lalu?" Vivian masih tak menjawab, gadis itu takut pada Rosella.

"Berhenti menunduk dan jawab aku. Liat Vivi, kita hanya tinggal berdua. Kau hanya punya aku dan aku hanya punya kau. Jadi, bisakah kita saling terbuka sekarang?"

"Aku ... aku malu bertemu denganmu. Ayah mencoba membunuhmu. Bagaimana bisa aku bertemu denganmu?"

"Apa kau yang meracuniku?" Vivian menggeleng.

"Masalah selesai. Kau adikku, kesalahan ayahmu tak ada hubungannya denganmu. Jadi berhenti merasa bersalah itu membuatku membencimu."

"Maaf." Rosella berdecak tak suka.

"Jangan meminta maaf jika kau tak salah. Sekarang lebih baik kita bicarakan apa rencana kita kedepannya." Vivian mengangguk, anak itu tampak seperti gadis yang sangat patuh.

✔️Lady RosellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang