R-30

445 124 12
                                    

Dua hari dilewati Rosella dengan penuh rasa cemas, bahkan selama dua hari itu dia masih belum meninggalkan Noah barang sedetikpun. Segala bujukan masih tak mampu membuat gadis itu pergi. Kata Rosella, Noah akan mencarinya jika ia tak ada.

Pagi ini dokter kembali memeriksa Noah. Semua bagian yang diperiksa menunjukkan bahwa Noah sudah lebih baik dibandingkan kemarin. Namun, meskipun berita yang diterima adalah berita baik Rosella masih tak puas.

"Jika dia sudah membaik kenapa dia belum membuka mata? Kenapa dia masih tidur?" Bentakan Rosella membuat sang dokter menunduk.

"Maaf, Lady." Rosella memegang kepalanya, kurang tidur membuatnya begitu emosi.

"Pergilah." Trisa meminta dokter itu untuk pergi sebelum Rosella meledak karena kekhawatirannya.

"Ella, kau harus tenang. Ini bukan pertama kali Noah mengalami ini semua. Dia akan baik-baik saja."

"Bukan pertama kali bukan berarti tak sakit. Dia pasti sangat menderita sampai tak ingin membuka matanya, Bi. Dan itu semua karena aku." Trisa mengelus bahu Rosella mencoba menenangkan Rosella.

"Ella, jika Noah tahu kau menyalahkan dirimu dia akan marah." Ella menggenggam tangan Noah begitu erat.

"Akan lebih baik jika dia memarahiku." Trisa kembali menghela napas, Rosella begitu sulit dibujuk. Andai saja ada hal yang membuat Rosella berhenti khawatir pada Noah barang sejenak saja.

"Madam, Lady," panggil Kailon yang sudah dua hari ini mencoba mencari tahu siapa pelaku utama dibalik insiden tertusuknya Noah.

"Kau sudah menemukannya?" tanya Trisa tanpa menoleh ke arah Kailon.

"Dia tak ingin bicara dan terus mengigit lidahnya." Untuk kali pertama Rosella beranjak dari tempat duduknya.

"Bawa aku kepadanya," kata Rosella.

Trisa tak tahu haruskah ia bersyukur atau tidak saat Rosella memutuskan pergi dari sisi Noah. Dia takut gadis bangsawan itu akan semakin terluka setelah melihat salah satu komplotan yang mencoba melukainya dan Noah.

"Ella, biar Kailon yang mengurusnya. Dia orang yang berbahaya." Rosella mengerti kekhawatiran Trisa, tapi dia sudah bertekad akan membalas semua orang yang melukai Noah.

"Sampai sekarang Kailon tak bisa membuat orang itu bicara. Aku tak bisa menunggu lagi." Kailon melirik Trisa seolah bertanya apa yang harus ia lakukan.

"Baiklah. Kailon antar Rosella menemui orang itu." Kailon mengangguk dan memimpin jalan menuju tahanan bawah tanah di mana orang itu berada.

Jalan begitu gelap dan lembab bahkan kadar oksigen di dalam terasa sangat tipis hingga Rosella kesulitan untuk bernapas secara normal. Tempat ini memang berbahaya.

Berjalan sebentar akhirnya Rosella sampai di sebuah ruangan tertutup tanpa cahaya dan hanya di terangi lilin yang baru saja dinyalakan oleh Kailon.

Kailon mengambil kursi dan melapisinya dengan sapu tangan sebelum Rosella duduk di sana. Dalam duduknya Rosella terus mengamati wajah pelakunya. Masih muda mungkin hanya selisih beberapa tahun dari Noah.

Rosella terus mengamati penampilan lelaki itu hingga matanya menemukan sebuah kalung dengan cincin sebagai liontinnya. Sebuah aksesoris yang tak cocok digunakan oleh pembunuh bayaran.

"Kailon, ambil kalung bajingan itu." Seperti dugaan Rosella kalung itu memiliki arti khusus hingga lelaki itu terus bergerak memberontak.

"Kau berisik. Tutup mulutnya." Ksatria duchy yang berada di sana melakukan apa yang diminta Rosella.

"Ini Lady."

Kalung itu kini berada di tangan Rosella. Bukan sebuah kalung dan cincin mahal. Tapi, itu menjelaskan bahwa cincin itu sangat penting. Bisa berarti bahwa lelaki itu sudah menikah dan ini adalah cincin pernikahannya.

✔️Lady RosellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang