R-24

487 126 9
                                    

Lega dan lelah adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan Rosella saat ini. Pesta tak selalu menyenangkan, orang-orang terus mendekatinya memberikan selamat dan bahkan beberapa di antara mereka terlihat mendekatinya untuk mendapat simpati dari Noah. Sungguh melelahkan, Rosella benci bersosialisasi.

Beruntung dia memiliki jurus kabur yang bisa membuatnya keluar dari kerumunan para bangsawan yang mendekatinya. Kini dia bisa menghirup udara kebebasan dari balkon kediaman Kailon.

Mata Rosella menyusuri kediaman Kailon. Ia sungguh tak menyangka seorang ksatria memiliki rumah yang lebih besar dibanding rumahnya di Korea.

"Ternyata di sini kau bersembunyi." Noah secara terang-terangan memeluk Rosella dari belakang. Sepertinya Noah menjadi semakin berani setelah mengumumkan pertunangan mereka beberapa saat yang lalu.

"Apa kau juga berniat sembunyi di sini?" tanya Rosella melepaskan tangan Noah yang memeluknya dan sedikit mendorong tubuh kokoh Noah agar ia memiliki tempat untuk berbalik dan menatap tunangan.

"Aku pergi kemana ada tunanganku berada. Aku adalah Duke yang tergila-gila pada Rosella, seperti yang mereka katakan." Rosella tak tahu bagaimana rumor itu berasal, tapi sepertinya rumor itu tak sepenuhnya salah.

"Ya aku memang secantik itu sampai kau tergila-gila."

"Memang begitu. Tapi, ada yang ingin kutanyakan kepada tunanganku yang cantik," goda Noah pada Rosella.

"Apa kau berniat meracuniku?" Pertanyaan Noah mengingatkan Rosella pada racun yang ia beli kemarin bersama Derick. Pasti Derick yang memberitahu Noah. Memang tak ada yang bisa ia percaya selain Mark si malaikat magang.

"Apa Derick melaporkan segalanya padamu?" tanya Rosella.

"Aku tak tahu, tapi jika kau hanya membeli racun sepertinya dia melaporkan segalanya padaku." Ya, berarti Derick melaporkan semuanya pada Noah.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan pada racun itu? Apa kau akan membunuh orang?" tanya Noah penasaran. Dulu ia mungkin berpikir jika Rosella memegang racun gadis itu hanya ingin mempelajarinya, tapi Rosella yang sekarang bisa menggunakan racun itu untuk membunuh orang.

"Apa aku tak boleh membunuh orang?"

"Boleh. Aku akan membantumu." Tak seperti dugaan Rosella, Noah sepertinya sedikit gila karena bukannya mencegahnya, tapi malah mengulurkan pertolongan untuk membunuh orang.

"Tak perlu, aku sudah meminta tolong Elise." Noah ingat tadi ia melihat Rosella berbisik pada Elise dan dari yang ia amati Elise tampak syok.

"Elise tak pandai membunuh. Aku lebih handal, Ella. Harusnya kau meminta bantuanku dibanding Elise." Noah terlihat kecewa karena sang tunangan memilih meminta tolong pada Elise buka pada dirinya yang sudah pro dalam melakukan pembunuhan baik terencana ataupun otodidak.

"Apa kau cemburu karena hal itu?" tanya Rosella dan saat itu Noah mengistirahatkan kepalanya di bahu telanjang Rosella.

"Aku tak suka kau mengandalkan orang lain. Bukankah aku pernah mengatakan padamu untuk memanfaatkan aku?" Tentu saja Rosella mengingatnya, ia tak mungkin lupa pada ucapan itu.

"Aku sudah memanfaatkanmu Noah." Tangan Rosella tergerak mengelus punggung Noah bak ibu yang sedang menenangkan anaknya.

"Aku memanfaatkanmu untuk melindungiku. Kau bahkan mau menjadi tunanganku saat kau belum benar-benar mencintaiku." Tangan kasar Noah beranjak menyentuh pipi Rosella, mengelusnya beberapa kali.

"Ella, aku sedang tidak berusaha mencintaimu. Aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu. Bagaimana aku harus membuktikan bahwa aku memang sudah mencintaimu?" Tak ada kata yang bisa Rosella katakan, ini kali pertama dalam hidupnya dalam situasi seperti ini. Dia tak tahu bagaimana cara membuktikan cinta seseorang.

✔️Lady RosellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang