R-17

490 134 12
                                    

"Bagaimana Ella? Apa kau ingin meninggalkan semua rasa sakit ini?" tanya Mark.

Rosella menegakkan tubuhnya, mulai menghapus air matanya dan tangannya kini mulai menyentuh pipi dingin Mark dan—

"APA YANG KAU LAKUKAN!!" Mark menjerit ketika tangan Rosella mencubitnya dengan keras. Beruntung di dunia ini hanya Rosella yang bisa mendengar suara Mark.

"Itu balasan untuk orang bodoh yang mau mengambil nyawaku lagi," kata Rosella sengit. Gadis itu tampak berubah 180 derajat hanya dalam beberapa menit. Kemana perginya gadis yang menangis seakan dunianya runtuh hanya karena sebuah cinta.

"Kau—" Rosella mengikat rambutnya kemudian mengambil kertas dan mulai menarikan tangannya untuk membuat goresan di sana.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menyusun rencana." Mark membaca baik-baik tulisan yang dituliskan Rosella dengan tulisan hangul agar tak ada orang yang memahaminya termasuk si malaikat yang kini mengerutkan dahinya.

"Tak usah berusaha membacanya. Kau payah dalam membaca hangul." Mark jelas tersinggung, dia menyesal mengasihani gadis di depannya. Namun, dia kembali membuat teori bahwa wanita sangat pandai menyembunyikan perasaannya dan tak mungkin Rosella sedang menipu perasaannya.

"Kau baik-baik saja atau pura-pura baik?" tanya Mark.

"Aku tak baik-baik saja, tapi aku juga tak berpura-pura."

"Kau baru saja menangis seperti pemain drama—"

"Ah benarkah? Tapi aku lebih baik dari mereka." Mark memutar bola matanya kesal, Rosella seakan ingin bercanda dengannya.

"Aku hanya bersandiwara Mark. Apa kau tau bahwa Rury adalah orang yang ditunjuk kerajaan untuk mengawasiku?" tanya Rosella yang baru menyadarinya setelah melihat bagaimana fasihnya Rury menunjukkan jalan ketika mereka di istana.

"Tau."

"Dan kau tak memberitahuku?! Astaga harusnya aku memukulmu dengan baja. Dasar tak berguna." Tekanan darah Rosella rasanya naik sampai ubun-ubun. Mark benar-benar tak berguna.

"Kau tak bertanya." Rosella menghela napas, ia harus banyak bersabar menghadapi Mark.

"Andai saja di undertaker ada kotak saran aku akan menulis seribu keluhan tentangmu," ancam Rosella yang terus menarikan pena di atas kertasnya.

"Lupakan tentang itu, kau bisa memikirkannya jika kau mati nanti. Sekarang, apa rencanamu aku harus menghitung kemungkinan apa kau akan mati atau tidak jika kau melakukan rencana itu." Mark terus mengatakan kata mati membuat Rosella kesal. Malaikat itu seolah menginginkan kematian Rosella.

"Pertama aku akan membuat Ratu berpikir bahwa aku menyerah tentang hubunganku dengan Noah."

"Tunggu, berarti kau tak ingin meninggalkan Noah?"

"Tentu saja. Bukankah aku mengatakan aku menyukainya." Tentu saja tanpa mebgatakannya Mark tau.

"Itulah kenapa kau menangis tadi? Kau ingin Rury yang menguping tahu bahwa kau menyerah pada Noah?" tanya Mark yang sebenarnya masih penasaran bagaimana Rosella bisa tahu bahwa Rury menguping.

"Tentu saja tidak. Tangisanku tadi bukan untuk itu."

"Maksudmu?" tanya Mark dia tak bisa membaca pikiran Rosella saat ini, mungkin karena dia terlarut dalam emosi hingga kekuatannya tak stabil.

"Rury suruhan Mark, aku yakin kau tau itu." Rosella mengetahuinya karena Rury membantunya menangani bandit. Jelas pelayannya itu tak mungkin di sisi Ratu jadi kemungkinan besar fia adalah orang pangeran Marcio.

"Lalu?"

"Aku ingin dia melapor pada Mark bahwa aku sakit hati karena Mark menikah dengan Vivian. Itu kenapa aku memanggil namamu dengan keras ketika menangis tadi." Jika Mark tak salah ingat Rosella bahkan tak menyebut nama Noah saat menangis tadi dan hanya memanggil namanya. Mark sama sekali tak berpikir bahwa Rosella akan berpikir sejauh ini.

"Bagaimana kau meyakinkan Ratu bahwa kau menyerah pada Noah?" tanya Mark.

"Dengan mengusir Noah. Banyak saksi yang melihat aku mengusir Noah. Dan aku yakin Count sendiri yang akan melapor pada Ratu." Gadis di depannya ini sedikit licik.

"Apa untungnya Ratu berpikir kau menyerah pada Noah?" tanya Mark.

"Awalnya mungkin dia pikir itu hal bagus karena dengan begitu aku tak akan membocorkan apapun pada Noah karena aku terlibat di sana. Tapi, aku akan membuat dia gila karena aku akan membuat Mark berpaling darinya."

"Apa maksudmu?"

"Pernikahan pangeran ketiga dan Vivian tak akan pernah terjadi."

"Kau gila?" Mark tahu bahwa selama ini Rosella hidup dengan hati-hati dan cenderung menghindari bahaya, ya walaupun sepertinya gadis itu kadang terlalu impulsif.

"Dia yang lebih dulu menekanku, bukankah saatnya aku menekannya?"

"Dengan mencoba menyabotase pernikahan anaknya?"

"Ya, anggap saja ini kado untuk Vivian yang selalu baik padaku." Mark tak habis pikir bagaimana bisa hal itu menjadi kado untuk Vivian. Rosella jelas sedang  berencana untuk menghancurkan mimpi Vivian untuk bersama dengan orang yang gadis itu cintai.

"Kado macam apa itu?"

"Mark tak mencintai Vivian. Bagaimana bisa aku membiarkan adik manisku bersanding dengan lelaki yang tak mencintainya? Apa kau tau  lelaki yang tak mencintai istrinya adalah yang terburuk." Mark terdiam, dia tak akan berkomentar untuk hal itu karena menurutnya Rosella tak salah.

"Lagi pula, apa kau tega? Vivian gadis yang naif dia akan digunakan oleh ibu mertuanya. Dia terlalu baik, aku takut dia akan sengsara di sana." Rosella menyukai Vivian sekalipun ia kadang iri pada gadis itu. Hal itulah yang membuatnya berharap Vivian tak terlibat dalam segala kejahatan Ratu Ferina.

"Aku mengerti. Tapi, bagaimana dengan Noah? Jika kau mendekati Mark bagaimana dengan Noah. Jangan katakan bahwa kau—"

"Aku tak menyerah Mark. Aku tak akan berhenti karena ocehan Ratu. Kita tak pernah tau apa dia mengatakan yang sejujurnya atau tidak. Ah tidak, kau pasti tau tapi tak mau memberitahuku."

"Ya, kau benar. Aku tau, tapi tak bisa memberitahumu." Rosella yakin bahwa itu adalah rahasia langit jika Mark tak memberitahunya sekalipun ia bertanya.

"Ya kau tak perlu menjelaskannya aku tau. Intinya aku tak bisa percaya pada wanita itu. Kita tak bisa percaya pada penjahat kan?"

"Kau benar. Tapi, bagaimana jika itu benar?" tanya Mark masih menggunakan pengandaian untuk menutupi kenyataannya.

"Jika itu benar? Aku tak akan meninggalkannya. Itu bukan aku. Aku tak perlu menanggung karma orang lain." Mark bisa bernapas lega, setidaknya Rosella tak selemah yang ia pikir.

"Dan, saat aku berpikir untuk meninggalkannya dadaku terasa sakit." Rosella menekan dadanya mengingat rasa sakit yang ia alami.

"Aku tak ingin merasakan sakit, Mark. Aku tak akan meninggalkannya."

Mark pernah mendengar sebuah kalimat dari drama yang ia tonton bahwa ketika kau tak jujur pada hatimu maka rasa sakit yang akan kau dapat. Dari sana Mark paham bahwa Rose tak ingin meninggalkan Noah. Atau mungkin gadis itu tanpa sadar mencintai Noah lebih dari seharusnya.

-o0o-

✔️Lady RosellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang