R-33

418 112 6
                                    

Hanya ada dua hal yang disukai Rosella dalam sebuah pesta, pertama adalah makanan dan kedua adalah Noah. Kini Noah sedang dipanggil pangeran mahkota untuk berbicara privat masalah politik yang ia sendiri tak tahu ada di ruangan mana. Jadi, ia memutuskan untuk makan beberapa hidangan.

Namun, makanan yang masuk ke dalam mulutnya tak membuat dia tenang. Ia tak tahu mengapa ia merasa bahwa ada yang salah di sana. Perasaan itu semakin menguat ketika sang ratu berjalan mendekatinya.

"Salam pada bulan kerajaan." Rosella sebenarnya malas memberi salam dengan pada Ratu. Ia lebih ingin mengacungkan jari tengahnya.

"Kau menikmati pestannya? Lady Ella?" tanya Ratu dengan senyuman yang membuat Rosella bergidik.

"Iya. Saya menyukai semuanya kecuali Yang Mulia Ratu." Rosella tersenyum setelah menghina sang Ratu. Ia yakin bahwa Ratu tak akan melakukan apa pun di tengah keramaian.

"Kau sudah pandai bicara sekarang."

"Terima kasih atas pujiannya, Yang Mulia. Tapi, saya tak ada apa-apanya dibanding Yang Mulia Ratu yang manipulatif." Rosella tertawa kecil sambil menutup mulutnya, gadis itu sedang berpura-pura kuat menghadapi ular di depannya.

"Aku tak tau dari mana keberanianmu sampai menghina keluarga kerajaan." Rosella hanya tersenyum, dia tak bisa menunjukkan wajah marahnya ketika orang melihatnya.

"Saya hanya memberikan pujian. Lagi pula tak ada uang mendengar ucapan saya. Jadi, tenang saja tak ada yang tahu kalau Yang Mulia adalah ular." Mark yang ada di dekat Rosella bertepuk tangan. Ini adalah tontonan yang berkualitas.

"Kali ini aku akan membiarkanmu tertawa, tapi sebentar lagi kau akan melihat keruntuhan kekasih tercintamu. Noah." Senyum Rosella luntur digantikan raut marah.

"Kau pikir dia akan baik-baik saja setelah melawanku?"

"Kau tak bisa menyentuhnya."

"Bukan aku. Tapi ayah negeri ini." Rosella mengangkat roknya dan mulai berlari keluar ballroom untuk mencari Noah. Ia paham bagaimana kerja sang ratu. Setelah memberi peringatan sesuatu akan terjadi.

"Derick!" teriaknya di koridor kerajaan yang sepi.

"Iya, Lady," sapa Dericj.

"Dimana Noah? Ke ruangan mana dia pergi?" tanya Rosella panik.

"Dia ruang merah." Tanpa aba-aba Rosella berlari bak kesetanan tak peduli kakinya yang terluka karena sepatu heels miliknya. Satu-satunya yang ada di otaknya sekarang adalah Noah. Tak ada yang boleh menyakiti Noah.

Pintu ruang merah terbuka dengan lebar menunjukkan Noah yang tengah berdiri memegang pedang dengan ujung yang berdarah dan disofa sudah ada pangeran mahkota yang duduk dengan badan penuh darah. Siapa pun yang melihat situasi ini tak bisa untuk tidak menunjuk Noah sebagai pelakunya.

"Noah," panggil Rosella lirih.

"Bukan aku." Noah tampak pucat, lelaki itu kehilangan sepupunya di depan matanya sendiri.

Rosella mengunci pintunya setelah Derick ikut masuk ke dalam ruangan. Gadis itu tampak begitu was-was. Otaknya sedang berpikir keras bagaimana membuat orang percaya bahwa Noah bukan pelakunya saat semua orang menjadi saksi bahwa Noah satu-satunya orang yang akan menemui pangeran mahkota.

"Derick, bantu aku mengurus ma—"

"Tidak! Waktu kita sebentar untuk membersihkan semua noda darah ini. Kalian pergilah." Noah terlihat ingin mengatasi ini semua sendiri.

"Dan membiarkanmu tertangkap? Noah! Kau tertangkap maka seluruh orang-orang Skargard akan mati juga!" Point yang disampaikan Rosella benar.

"Lalu apa yang harus kulakukan? Melarikan diri juga akan membuat seluruh duchy terkena imbasnya." Noah sedang frustasi, segala keputusan yang ia ambil akan memberatkannya.

"Kalo begitu jangan lakukan keduanya. Kau tak tahu apa-apa. Kau hanya diundang oleh pangeran mahkota dan setelah minum teh kau merasa sangat pusing." Mata Rosella melirik Derick yang berada di belakang Noah.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kau pingsan, Noah." Tepat setelah mengatakan itu Derick memukul tengkuk Noah dan lelaki itu seketika kehilangan kesadarannya.

"Dudukan dia di sana." Derick menuruti keinginan Rosella. Sementara Rosella mengisi satu cangkir teh kemudian memasukkan sebuah obat yang ia bawa. Tadinya ia berencana menaruhnya di makanan Ratu untuk membuat wanita itu tertidur tiba-tiba dan membuat kehebohan.

Rosella mengambil sebuah kantong dan memasukan beberapa butir obat ke dalam kantong dengan buru-buru. Dia tak punya banyak waktu, semuanya harus dilakukan dengan cepat.

"Derick, ini milik Yang Mulia Ratu." Rosella memberikan kantong itu kepada Derick.

"Kau paham maksudku?" Derick menganggukkan kepalanya mengkonfirmasi bahwa ia paham maksud Rosella.

"Bagus, sekarang kau pergilah, sebentar lagi pengawal kerajaan pasti datang seperti rencana Ratu." Rosella mendengar suara langkah kaki tegas yang mungkin tak akan lama lagi sampai ke sana.

"Bagaimana dengan Lady?" tanya Derivk khawatir.

"Aku tetap di sini." Derick tentu kaget, ia pikir Rosella akan menutupi semuanya dengan membuat Noah sebagai korban juga dan tak akan terlibat dalam situasi ini.

"Duke memintamu untuk mengikuti semua perintahku. Sekarang pergilah." Dengan berat hati Derick pergi dari sana, dan menjalankan tugas dari Rosella.

Rosella kembali menatap Noah yang tampak akan terbangun. Tentu saja jagoan seperti Noah tak akan lama pingsan karena dipukul oleh pedang. Rosella meminum teh yang bercampur obat, tapi tak menelannya. Gadis itu mendekat pada Noah dan mentransfer cairan itu melalui mulut dengan mulut.

"Tidurlah lebih lama, Noah. Aku mencintaimu." Rosella mencium kelopak mata Noah bergantian.

"Kau akan melakukan ini?" tanya Mark pada Rosella yang mengambil pedang yang sempat jatuh.

"Iya."

"Kau bisa dieksekusi."

"Aku tau. Tapi, lebih baik aku yang mati fibandingkan ratusan orang yang ada di dukedom."

"Kau melakukan itu demi orang-orang di duchy atau karena dia."

"Dia adalah alasan utama."

"Dengar aku Rosella. Jika kau mati karena dieksekusi aku tak bisa menyelamatkanmu." Rosella tahu hal itu.

"Karena itu, ijinkan aku membuat permintaan Mark."

"Tak perlu buat permintaan. Pergilah dari sini. Kau masih punya waktu."

"Jika aku mati, tolong dikehidupan lain biarkan aku bertemu Noah lagi."

"Jangan bicara omong kosong! Pergi!"

Rosella menggeleng kemudian mengangkat pedang entah milik siapa ke arah Noah. Namun, gadis itu tak segera menusukkannya ia menunggu saksi untuk menyaksikan pembunuhan ini.

Kini saksi sudah datang, Rosella hanya perlu terlihat panik dan menjatuhkan pedangnya. Namun, dibandingkan raut kaget Rosella, ada wajah kecewa yang kental di wajah Ferina. Dia tak pernah menyangka bahwa Noah bukanlah orang yang jadi tersangkanya.

"Yang Mulia Putra Mahkota tewas." Seorang pengawal mengonfirmasi.

"Duke Skargard pingsan."

"Tangkap wanita itu!" Raja memerintahlan pengawalnya untuk menangkap Rosella.

"Ratu! Anda berjanji akan menyelamatkan saya jika saya tertangkap. Ratu! Anda berjanji akan menjadikan saya istri pangeran ketiga jika saya membunuh putra mahkota! Ratu tolong saya!" Rosella menyukai kepanikan yang terhias di wajah Ferina, ia yakin kini banyak orang mencurigai sang Ratu.

"RATU! ANDA BERJANJI! RATU!" Rosella terus berteriak hingga ia meninggalkan ruangan merah.

Jika ini adalah hari terakhir Rosella di dunia ini, ia akan Ferina juga. Ia akan mati bersama Rosella.

***

✔️Lady RosellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang