XX

6.2K 502 48
                                    

HAPPY READING!!
***


Sepi..
Itulah yang dirasakan para Inti serta anggota Grucula sekarang di markas mereka. Biasanya, siang-siang begini, Ana akan dengan senangnya menjahili mereka semua, membuat markas itu menjadi ramai, dan tentunya tidak lupa juga gadis itu akan membagikan mereka ribuan cemilan yang ia beli dengan duit salah satu Inti Grucula.

Karena sang Kanjeng Ratu mereka yang sudah berangkat ke Italia, akhirnya rasa rindu yang akan menemani mereka untuk waktu yang lama.

Walau kata Ana, satu bulan itu bukan waktu yang lama, namun, menurut mereka semua itu tetap sangat-sangat lama.

Tidak ada dari mereka yang tau, apa yang Ana lakukan disana setelah pertunangan Ka Linda sampai selama itu. Apalagi gadis itu tidak mengijinkan satu orangpun Inti atau Anggota Grucula yang mengikutinya.

Sungguh mereka sangat penasaran. Tapi, mereka juga harus menghargai privasinya.

"Ana ku sayang, telah berangkat. Selama sebulan, tidak akan bertemu. Oh, betapa rindunya hati ini dengannya," seru Jordy dengan nada lagu yang tidak dimengerti oleh mereka disitu.

"Sebulan, anjir. Ldr-nya lama banget elah," timpal Rio. Ia sedari tadi hanya menyandarkan kepalanya dilipatan tangannya yang berada diatas meja dengan begitu malas.

Efek kepergian Ana memang sebesar itu. Padahal baru beberapa jam saja, tapi mereka sudah sangat merindukannya.

"Kira-kira, dia udah sampe apa belom, ya?" gumam Leno.

"Belom lah. Lama kalo mau sampe sana," jawab Rio.

Huh, lagi-lagi hembusan nafas kasar terdengar di tempat itu.

Ini sungguh sangat membosankan. Dan saat mereka tengah asik dengan sifat malas-malasan mereka, tiba-tiba suara kegaduhan berhasil menyentak mereka.

Seluruh penghuni markas itu langsung melompat dari posisi mereka masing-masing dengan ekspresi terkejut, kecuali untuk Ketua dan Wakil mereka yang hanya membuka mata mereka santai dengan alis berkerut.

"Apa, tuh, we?" tanya Rio mendesak. Matanya tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut sama seperti yang lain. "Anjir, ada yang cari masalah?"

Melihat sahabatnya yang hanya bertanya seperti orang bodoh, Nimo memutar kedua bola matanya malas. Ia lantas bangkit dari kursi kepemimpinannya kemudian memberikan pukulan pelan di kepala laki-laki itu.

"Hanya cewek yang banyak bicara tanpa tindakan, lo cewek, bangsat?!" hardik Nimo.

Wow, saat ini aura kepemimpinannya sebagai seorang wakil keluar. Rio yang menjadi sasaran amarah itu, menelan kasar salivanya, bersama mereka yang melihat hal itu.

Rio menunduk takut. "Sorry," ucapnya menyesal. "Akan gue lihat sekarang!"

"Semua ke depan!" seruan dari ketua yang terdengar tak terbantahkan langsung diangguki serempak oleh mereka semua.

Di luar gerbang utama, terdapat banyak sekali anak geng motor yang berdiri didepannya, seakan hendak melakukan sesuatu, namun bukan untuk menyerang mereka.

Rio yang masih merasa bersalah dengan tindakannya tadi pun langsung melangkah maju tanpa berpikir sedikitpun, dan itu dibiarkan oleh mereka semua yang ada disitu.

"Acinotus?" Rio bergumam pelan, sedetik kemudian ia membalikkan badannya menatap para sahabatnya yang masih menunggu jawaban darinya.

"Leon, Acinotus datang berkunjung!"

Mendengar itu, mereka semua dengan serempak bernapas lega. Saat ini, mereka sedang malas untuk harus bertarung, jadi, saat mendengar jika Acinotus yang datang, maka mereka bisa lebih rileks sekarang.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang