XXXII

6.3K 645 449
                                    

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT!!

HAPPY READING!!
🌸🌸🌸

"Lo keterlaluan untuk semua itu. Gue hanya mau lo mati setelah ini, pergi selamanya. Gue benci liat muka lo!" Ucapan Leon itu seketika membuat tubuh Ana menegang sempurna sama dengan para Inti Grucula yang juga mendengarnya. Mata mereka membelalak tidak bisa menyembunyikan keterkejutan diantara heningnya taman itu malam ini.

Dalam ucapannya itu, Leon tidak sedikitpun menatap mata Ana, ia hanya melirik ke anting gadis itu membuat Ana tidak bisa melihat apa yang ada dalam irisnya, namun, perkataannya tentu saja berhasil melukai hati gadis cantik itu.

Bahkan, tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Leon langsung melenggang pergi meninggalkan mereka. Ia hanya menyempatkan diri untuk menyenggol pelan bahu Ana sampai gadis itu sedikit bergeser dari posisinya karena lemas tubuhnya.

Ana mengangkat pandangannya beberapa detik setelah kepergian Leon. Kekehan kecil keluar dari mulutnya membuat keempat Inti Grucula yang masih berada disitu serempak menatap kearahnya.

"Na, sorry," bisik Jordy terdengar begitu lirih, matanya berkaca-kaca dengan apa yang barusan terjadi.

"Ngapain minta maaf?" Ana berkerut alis melirik kearah Jordy, wajahnya terlihat begitu santai namun tidak dengan tatapannya.

Melihat bagaimana tatapan itu sangat sulit untuk mereka baca, sontak Nimo yang sedari tadi hanya menatapnya dari jarak yang lumayan jauh langsung mendekat. Ia menarik belakang kepala Ana pelan, mendekap tubuh gadis itu dengan penuh sayang.

"I'm here, okay? Even if the whole world doesn't believe in you, your Nimo still believes in you." Nimo berbisik pelan diantara pelukan mereka. Itu adalah kata-kata yang juga Ana berikan untuknya. Ia ingin kata-kata itu juga berlaku untuk Ana. Ana tidak sendiri, ia memiliki mereka karena mereka adalah miliknya.

Suasana tempat itu seketika menjadi sangat layu jika diibaratkan dengan bunga. Ana yang berdiri dalam pelukan Nimo berusaha tegar sedangkan ketiga laki-laki yang merupakan sahabatnya berusaha keras untuk tidak menyusul Leon dan memukulnya.

Mereka bertiga hanya melihat kearah Nimo dan juga Ana, sampai pada akhirnya Leno melangkah untuk bergabung dalam pelukan itu diikuti oleh Jordy juga Rio.

Mereka memeluk Ana dengan perasaan yang masih sama. Menyalurkan ribuan kasih sayang, yang menghantarkan Ana pada kehangatan cinta. Tidak perlu orang lain, hanya mereka yang akan menghangatkan hatinya kembali.

Hanya Grucula yang bisa berada di sisi Kanjeng Ratu mereka, dan hanya Kanjeng Ratu mereka yang berhak menerima ribuan cinta dari mereka. Tidak akan ada kebencian apapun yang terjadi dan apapun alasannya, itu adalah janji setetes darah yang telah mereka ikrarkan.

Beberapa menit kemudian, Ana bergerak kecil membuat pelukan itu terlepas. Gadis itu tersenyum begitu manis seolah tidak pernah terjadi pertengajarn diantara dirinya sedari tadi. Tanpa mengucapkan apapun, ia membalikkan badannya untuk pergi sebelum tiba-tiba lampu di taman itu serempak padam.

"Ana!" Refleks para Inti Grucula begitu cepat. Mereka langsung mengambil tempat melindungi Ana, takut ada yang ingin berbuat buruk di kegelapan ini.

Pemikiran mereka memang harus sampai disitu. Bagaimana tidak? Ini adalah sebuah mansion, lampu mati menjadi hal yang sedikit mustahil jika tidak ada sebuah rencana dari musuh. Apalagi beberapa waktu belakangan ini, mereka tengah bersiteru dengan banyak orang.

Nimo berada di sisi kiri Ana, sedangkan Rio berada disisi kanan Ana. Jordy yang tadi berteriak, mengambil tempat didepan Ana, sedangkan Leno berada dibelakang Ana. Posisi mengepung agar Ana tidak mudah digapai nantinya.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang