XLVIII

4.2K 469 336
                                    

HII!!
VINATTA UP LAGI!

Gimana kabar kalian saat baca ini?
Semoga sehat selalu, ya.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA, YA♡

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA, YA♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!
***

Rintik hujan turun perlahan, membasahi permukaan bumi tanah air tepatnya di Ibu Kota. Riuh keramaian jalanan masih terdengar walau waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari.

Tanggal baru saja berganti, itu artinya terlewat sudah satu hari dari sebuah perayaan yang digelar salah satu keluarga ternama yakni Istvan. Putra tunggal dari Zaktiar Fajier Istvan dan juga Calarissa Malintia Istvan kini berdiri menatap seorang gadis yang sedari tadi hanya bersama keluarganya. Acara sudah selesai, namun gadis cantik itu bahkan tidak dibiarkan untuk pulang.

Tatapan bersalah bercampur rindu terus tertuju lurus kedepan sana sampai ia dikejutkan dengan tepukan pelan pada bahunya. Sontak kepala si laki-laki yang tidak lain adalah Gerenimo Nikeozys Istvan menoleh. Alis kiri Nimo terangkat sebagai ekspresi untuk bertanya 'kenapa?'.

"Gue sama yang lain pulang dulu. Besok kita bicarain sisanya, oke?" Kalimat itu keluar dari mulut Darka, si Ketua Felisleo yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Nimo. Sulit untuk berbicara setelah apa yang terjadi kemarin, jadi hanya itu saja yang bisa ia berikan sebagai jawaban untuk mereka.

Para Inti Felisleo yang lainpun turut serta menjabati tangan Nimo sebagaimana yang dilakukan Ketua mereka tadi, tanda berpamitan untuk pulang.

"Ra, pamit, cepat!" titah Darka pada Rara yang menjadi satu-satunya gadis diantara mereka.

Rara tersenyum tipis. Ia maju selangkah, berhadapan dengan Nimo—pacarnya.

"Maaf gak bisa nganterin. Acara masih berlanjut untuk keluarga besar," bisik Nimo pada Rara sembari mengelus lembut rambut gadis itu.

Senyum Rara masih bertahan dibibirnya. Dengan sekali anggukan, ia lalu menjawab, "It's okay. Gue kabarin kalo udah sampe rumah nanti,"

Tidak ada jawaban dari Nimo. Ia ikut mengangguk kemudian membiarkan mereka pergi begitu saja diikuti dengan hembusan nafas berat namun juga lega yang menjadi satu. Nimo membiarkan mereka pergi seolah tengah melepaskan ribuan beban dari dirinya.

Tanpa menunda waktu lagi, niat yang sedari tadi sudah tertanam dalam diri langsung segera ia lakukan.

Nimo tersenyum tipis melihat interaksi seorang Lyona Amoura Evender bersama keluarga besar-nya begitupun yang lain. Kakinya melangkah penuh keyakinan menghampiri mereka.

"Night, Kanjeng Ratu," sapa Nimo terdengar seperti bisikan ketika dia telah bergabung dan duduk disebelah gadis yang baru saja ia sebut sebagai 'Kanjeng Ratu'.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang