LXII | Blue Sky Warning

5.5K 579 706
                                    

HELLO!
SIANG🙌🙌🙌

Merry christmas, semua🎄🎄❤️❤️✨️✨️
Bahagia terus untuk kalian semua, ya♡♡♡

Hari ini up lagi sesuai perjanjian semalam, ayo segera dibaca!!

JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA!!

JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!!
***

Lega? Tentu saja.
Setelah menyelesaikan misi-nya, Nimo benar-benar terlihat begitu lega. Ia duduk bersama dengan para Inti Grucula di markas sembari meminum segelas wine.

Raut bahagia tidak hilang dari wajahnya sedari tadi.

"Akhirnya, Tuhan." Nimo mendesah lega. "Demi apapun, I felt like I was picked up by an angel from heaven when Ana said my mission was over," katanya.

Mendengar itu, para Inti Grucula terkekeh pelan. Mereka juga tau bagaimana kesulitannya laki-laki ini saat menjalankan misinya. Dia selalu saja mengeluh tiap kali di telepon, tentang bagaimana Rara yang sok manja padanya, banyak mau, juga Darka.

Tapi, beribu keluhan itu juga tidak menampik fakta bahwa dia memberikan banyak sekali informasi tentang Felisleo pada Grucula.

Menghina geng yang ia naungi sungguh bukan hal yang mudah.

Bahkan saat awal rencana itu dijelaskan oleh Ana, dia sempat menolak mentah-mentah. Walau terkenal sangat tidak bisa menolak permintaan Ana, namun saat itu dia benar-benar melakukannya.

Permintaan Ana begitu sulit untuknya.
1. Jauhi Grucula
2. Harus benar-benar mendalami karakternya sebagai pembenci hingga menjadi gagak Grucula
3. Keluar dari Grucula serta melakukan penghinaan didepan Felisleo
4. Buat ujaran benci untuk Ana
5. Jebak mereka

Benar, 'kan? Itu suatu beban yang sangat teramat berat untuk dipikul. Dan, Nimo baru bisa menyetujuinya setelah dibujuk langsung oleh Ana dengan persetujuan, rencana nomor empat tidak akan dia lakukan sama sekali, dan juga dia tidak ingin rencana itu terhubung dengan Ana, dalam artian, hanya Grucula saja yang ia jauhi, tidak Ana.

Nimo dan Ana ini bagai kembar yang tidak bisa terpisahkan. Sejak kecil sudah seperti itu. Ikatan persahabatan mereka berdua telah naik satu tingkat yaitu persaudaraan, jadi tidak heran kenapa Nimo bisa sesayang itu padanya.

Ana yang duduk disebelah Leon mengangkat sebelah alisnya sekali. "Udah hampir sebulan? Or udah sebulan lo jalani hubungan dengan dia?"

"1 bulan 18 hari," jawab Nimo santai.

"Eh? Sebulan? Bukannya—"

"Bukannya apa? Rencana Ana dilakukan pas dia ke Italia kemarin, so, hitung aja sendiri. Gue bingung kenapa Kanjeng Ratu Grucula ini ada aja otak liciknya. Bisa-bisanya mau pergi pengobatan aja masih menyempatkan diri buat bikin rencana kek gitu," potong Nimo ketika Leno hendak menyahut. Ia menggeleng diakhir kalimatnya, benar-benar menunjukan tidak mengrrtinya dia dengan jalan pikiran Ana.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang