XLIII

4.7K 546 242
                                    

Jangan lupa Vote & Komen!!!

Jangan lupa Vote & Komen!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HAPPY READING!!
***

Usai Freya dan Arthur pulang, Ana yang duduk bersandar manja pada sang Ayah semakin mencari kenyamanan di dada bidang itu. Ia nampak sedikit lemah dengan tatapan sendu mengarah lurus ke depan, sedangkan kakinya di pijat oleh Ariq dan kepalanya dielus oleh Ayahnya dengan penuh kasih sayang, menghantarkan kehangatan agar princess keluarga mereka tidak sakit lagi.

Hari ini walau tidak banyak yang ia lakukan, namun tubuhnya terasa sangat lemah. Tidak ada yang ia lakukan selain bersantai seperti sekarang. Keluarganya juga tengah berbincang beberapa hal agar dia tidak merasa bosan. Sampai, tiba saat dimana dia mengingat sesuatu.

Ana menoleh pada Effan tanpa mengangkat kepalanya. "Abang janji apa sama Grucula tadi?"

Pertanyaan itu sontak membuat semua perhatian tertuju padanya. Mereka mengernyit, heran.

"Janji?" Alis kiri Ariq naik, ekspresi penuh tanda tanya terpampang jelas diwajah tampan itu.

Effan yang menjadi sasaran pertanyaan Ana lantas menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. "Nanti Abang bawa kamu ke markas malam ini," jawabnya terdengar santai.

Ana menghembuskan nafas pelan. "Then, we should go now. Mereka pasti udah nungguin,"

"Nope. Biar Abang yang kesana, kamu istirahat disini!" tolak Effan mentah-mentah. Ia tidak segila itu sampai akan benar-benar membawa Ana ke markas itu dan terkena angin malam.

Pupi mata Ana sedikit membesar, menatap Effan dengan tatapan tidak terima. "Abang udah janji sama mereka, jangan jadi pengecut yang suka mengingkar janji!"

"Tidak semua janji harus di tepati, Na."

"—The fuck?" Ana benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan laki-laki ini.

Ia bahkan dengan santai beranjak dari tempatnya, mencium puncuk kepala Ana kemudian pergi begitu saja, seolah tidak menghiraukan kekesalan Ana sekarang.

Itu membuat seluruh keluarga yang berkumpul terkekeh pelan.

Erick menggelengkan kepalanya. "Lo baru selesai pengobatan, Na. Bang Effan gak mau lo sakit lagi, so, diam aja disini sama kita, oke?"

Kali ini Ana tidak bersuara lagi. Diamnya mengundang tatapan penasaran dari para anggota keluarganya sampai ia tersenyum barulah mereka ikut tersenyum.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di markas Grucula yang sekarang terlihat ramai karena berkumpulnya seluruh anggota, Effan melangkah masuk ketika ia sampai di tempat itu, menarik perhatian seluruh anggota Grucula padanya.

Semuanya serempak berdiri. Mereka menelan kasar saliva masing-masing melihat wajah tanpa ekspresi dari mantan ketua Grucula itu.

"Ana?" Leon memang selalu to the point. Pertanyaan itu keluar dari mulutnya ketika Effan sudah berdiri dihadapannya.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang