...• III •...

16.6K 1K 59
                                    

Don't forget to vote and comment

HAPPY READING
🐝🐝🐝

Setelah menyelesaikan kegiatan makan mereka yang telah mereka lakukan sejak datang ke markas ini tadi, kedua perempuan itu langsung menuju kamar Ana yang memang sudah lama sekali ada sejak awal dibangunnya markas tersebut sambil menunggu kedatangan para lelaki yang entah sedang melakukan apa sampai selama itu. Ana berharap, balasan mereka memang akan benar-benar membuatnya puas.

Sesuai janji Ana yang tadi, mereka berdua kemudian mengambil kartu yang berada di ruang utama tempat dimana para inti Grucula sering berkumpul dan bermain lalu kembali lagi kekamar dan memainkan kartu itu.

Waktu terus berjalan, Ana nampak tegang karena ini adalah kali keberapa dia tanding dengan Rara. Dirinya sudah tidak mau kalah lagi, dia akan melakukan sesuatu agar perempuan dihadapannya ini kalah. Apapun itu!!

Saat Ana merasa sudah mengeluarkan kartu terbaiknya dan berharap bisa mengalahkan Rara, perempuan itu malah mengeluarkan kartu akhirnya yang lebih dominan mengalahkan Ana.

"RARA?!" Ana memekik dengan suara yang begitu menggelegar sampai membuat orang yang sedari tadi mengawasinya langsung mangambil ancang-ancang hendak kesana, namun saat melihat ternyata tidak ada bahaya. Orang itu langsung menghembuskan nafas kasarnya, dan kembali duduk dengan mata yang terus terfokus ke komputer.

Rara, selaku orang yang membuat Ana memekik hanya bisa tertawa saat melihat wajah lucu sahabatnya itu. Bibir dimajukan beberapa centi kedepan dengan mata yang berkaca-kaca seperti seorang bayi. Pantas saja dirinya dikatakan bayi oleh para anak-anak Grucula.

Bayi Grucula? Mengatakan hal itu membuat pikuran Rara kembali ke percakapan saat mereka di ruang makan tadi.

Dirinya masih bingung. Ok, jika Ana adalah teman mereka saat dari lahir, lalu bagaimana kamar perempuan ini sampai dibangun di markas Grucula. Tidak mungkin hanya dengan alasan teman bukan? Apakah dia lerlu mencari tau sesuatu tentang mereka?

"Ish, Ra. Jujur aja, lo pake pelet kan sampe menang terus kek gini?!" Tuduh Ana yang masih tak terima dengan kekalahannya.

Rara yang mendengar hal itu pun terkekeh pelan. "Kalo iya kenapa?" Tanya perempuan itu sambil memainkan alisnya menggoda sahabatnya itu. "Makanya, Na. Lo kalo main yah pake otak dengan baik, jan pake dengkul. Ntar kelihatan banget gobloknya!!" Lanjut Rara.

"Yaudah lo mau pesan apa?"

"Nah enak banget telinga gue kalo ditanya kek gini." Rara berucap dengan wajah yang dibuat seolah-olah tengah menikmati ucapan indah dari Ana.

Ana memutar kedua bola matanya malas, "lebay lo anjing. Cepetan mau pesan apa? Keburu Leon nya balik nih."

Anggukan kepala beberapa kali dari Rara membuat Ana menunggu sahabatnya yang tengah berpikir tentang keinginannya.

"Mm, gue mau Nasi goreng Mak Misna dua, makanan yang ada di KFC, beliin gue kuteks lima warna, dan terakhir beliin gue novel lima. Gimana gampang kan?"

Ana membelalakan matanya mendengar pesanan Rara. Perempuan itu kemudian memukul kepala sahabatnya itu dengan bantal, "Heh?! Gila lo ya. Ada rencana bikin gue bangkrut?! Bonyok gue lagi keluar Negeri goblok kalo lo lupa. Ngapain lo minta sebanyak itu astaga kasian dompet gue dah menangis duluan." geram Ana yang membuat Rara memutar kedua bola matanya malas.

"lah, kan yang keluar bukan uang lo!! Tapi uang nya si Leon,  kan?! Ngapa jadi lo yang sewot?!"

"Sewot lah setan. Lu kira uang nya dia digunain buat biayain lu apa?! Emang lu siapanya?!" sarkas Ana.

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang