Chapter 2 : "What's Your Name, Love?"

15.6K 1K 55
                                    

----

Tiffany POV

"Mereka siapa, Tiff?" Tanya Greg yang masih sibuk menata makanan.

"Coba kau perhatikan baik-baik wajah mereka."

Greg menyipitkan matanya, kemudian menatapku kembali.

"Ergh, sepertinya aku mengenal mereka, Tiff. Katakan saja padaku, siapa sebenarnya mereka?"

"Err, One Direction.?" Ucapku kemudian tersenyum. Well, kau perlu tahu bahwa Greg adalah seorang directioner. Dan aku juga harus mengakui bahwa aku juga seorang directioner. Kau tahu? Saat aku mengetahui bahwa mereka adalah One Direction, aku berusaha mengontrol diriku supaya tidak bertingkah aneh.

Greg terdiam, lalu memberikan masakannya padaku.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau terdiam seperti orang bisu, Greg?"

"Tidak ada apa-apa." Wajah Greg mulai berubah menjadi merah. Haha. Aku tahu, dia sedang menahan teriakannya.

"Aku tahu, Greg. Aku tahu. Ah, begini saja. Bagaimana kalau kau pergi ke ruang istirahat, kemudian kau putar lagu kesukaanmu dengan volume sekeras-kerasnya, kemudian kau berteriak?"

Greg mengangguk, kemudian menuruti kata kataku. Aku tertawa pelan, kemudian membawa makanan yang baru saja dimasak Greg.

"Ini pesanan kalian." Ucapku sambil menaruh piring-piring makanan tersebut di meja. Aku mulai mendengar alunan musik dari ruang istirahat, yang disertai dengan teriakan-teriakan tidak jelas. Diam-diam aku tertawa dalam hati.

Ah, ya. Mereka berlima sudah melepas kacamata hitam mereka, dan itu membuatku lebih mudah mengenali mereka satu persatu.

"Thank you, beautiful." Harry mengedipkan sebelah matanya padaku, dengan senyuman yang tak pernah lepas darinya.Yaampun. Those cute dimples.

Aku berusaha untuk mengabaikannya, kemudian berjalan berbalik. Lagi-lagi, Harry menahanku. Ya, kerja bagus. Tahan aku, Harry. Tahan aku.

"Ada apa?"

"What's your name, love?"

"Tiffany Lawson."

"Your phone number?"

"What?"

"Harry, not again." Liam menggeleng, kemudian melanjutkan perjuangannya untuk menghabiskan nasi goreng miliknya dengan garpu.

"Okay, daddy."

Aku menahan senyumanku, kemudian berbalik dan berjalan cepat ke arah Ed dan Grace dengan senyuman lebar di wajahku. Astaga. Aku tidak bermimpi, kan?

***

"Mom, aku pulang." Aku menghampiri ibuku yang sedang sibuk menjahit. Ia mendongak, kemudian tersenyum.

"Mom sudah menyiapkan makan malam untukmu, Tiff."

Aku tersenyum, kemudian memberikan makanan itu padanya.

"Aku sudah makan. Mom saja yang makan, aku tahu Mom pasti lapar."

"Kau yakin, Tiff?"

"Iya."

Ia tersenyum, kemudian mulai melahap makanan tersebut. Well, aku tidak miskin, hanya saja sederhana. Ibuku memang selalu hemat, bahkan terkadang aku berpikir bahwa ia terlalu hemat.

Aku segera mandi, kemudian masuk ke dalam kamarku. Setelah berganti pakaian, aku melompat keatas kasur, kemudian mematikan lampu dan tidur. Entahlah, aku merasa bahwa besok akan menjadi hari yang menyenangkan.

****

Aku terbangun. Jam 6 pagi.

Aku segera mandi dan memakai seragamku. Aku menaiki sepedaku menuju Baker Street, kemudian memarkirkan sepedaku dan masuk ke dalam.

"Good morning Grace, Ed, Greg."

"Good Morning, Tiff." Mereka tersenyum, kemudian melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

"Hey, kapan Stacey, Sierra dan John kembali? Kupikir mereka akan kembali hari ini." Tanyaku sambil mengelap kaca jendela.

"Ya, mereka memang kembali hari ini. Tepatnya, sekitar jam 10 pagi."

"Ah, andaikan aku bisa ikut berlibur dengan mereka."

"Aku juga ingin, Tiff." Sambung Grace yang kemudian membantuku mengelap kaca jendela.

"Oh ya Tiff. Sekitar 5 menit sebelum kau datang, ada seseorang yang datang dan menitipkan sebuket bunga padamu." Ed memberikanku sebuket bunga tulip yang benar benar besar dan indah. Aku mengambil sebuah amplop yang terselip disana.

Good morning, Tiffany Lawson. Kuharap kau menyukai bunga kirimanku. Hari ini akan menjadi hari yang cerah, jadi bekerjalah dengan semangat! Aku akan datang lagi siang ini. -Harry Styles-

Setelah membaca pesan dari amplop tersebut, ekspresi wajahku langsung berubah. Astaga. Harry mengirimkan sebuket bunga ini padaku?

Tuhan, aku terbang.

"Ada apa? Siapa yang mengirimkan buket bunga itu Tiff?"

"Kau bisa lihat sendiri, Grace. Astaga. Bolehkah aku berteriak?"

Mereka mengangguk bingung, kemudian melihat isi surat itu.

"Harry Styles?! Maksudmu..Harry Styles dari One Direction??"

Aku mengangguk cepat dengan senyuman lebar yang merekah.

"Bagaimana bisa dia mengenalmu, Tiff?? Astaga. Kau perlu menceritakan semuanya padaku."

---------

The Unpredicted Life // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang