Chapter 27

7.8K 482 10
                                    

Chapter 27

-----

Tiffany POV

Tadi pagi sekitar jam delapan, ibuku pergi. Aku tidak tahu persisnya kemana ia pergi. Yang jelas, ibuku bilang bahwa ia akan pulang malam. Dan itu berarti, aku akan bersama Harry saja seharian ini, kecuali jika ia ingin pulang.

Aku penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Harry dikamarku. Memangnya ia tidak bosan hanya duduk di kasur seperti itu?

Oh. Yaampun. Aku baru ingat, dia bisa saja memainkan iPhone nya.

Aku pergi ke ruang tamu dan duduk di sofa sambil menonton TV. Uh, kuharap tidak ada lagi berita tentang 'mereka berdua'.

Dan ketika aku menyalakan TV, topik berita kali ini adalah Harry Styles dengan Chloe Richardson. Lagi. Tidakkah mereka bosan meliput berita tentang Harry dan Chloe terus-menerus setiap harinya? Aku yang tidak menonton setiap hari saja sudah bosan.

"Jangan percaya berita itu." Aku menoleh ke arah tangga. Harry masih memakai baju ayahku, namun rambutnya sudah terlihat rapi. Um, kurasa ia menggunakan sisir di meja riasku. Uh, I missed him a lot.

------

Harry POV

Setelah selesai membaca buku kuning tersebut, aku menaruhnya kembali. Aku mengerti sekarang, apa yang dirasakan oleh Tiff selama ini. Aku menyesal. Sungguh.

Buku itu adalah buku diary miliknya. Semuanya tentangku dan dia. Ia menulis, bagaimana bahagianya ia ketika bersamaku. Ia menulis tentang kalung yang kuberikan padanya. Ia menceritakan semuanya ke dalam buku diary miliknya, seakan-akan bukunya adalah tempatnya untuk bercerita. Dan ia menulis, betapa sedihnya ia ketika aku menjauhinya. Ia menulis betapa sulitnya ia menjalani hari-harinya tanpaku. Dan itu semua kembali mengingatkanku akan hidupku yang bebas tanpa tekanan. Aku merindukan masa-masa itu. Mau dengan cara apapun, Chloe harus pergi jauh dari hidupku. Aku muak dengannya.

----

Tiffany POV

"Jangan percaya berita itu."

"Memangnya kenapa?" Tanyaku kemudian kembali melihat layar TV. Harry duduk di sebelahku. Persis di sebelahku.

"Karena berita itu tidak benar. Aku tidak pernah bilang bahwa aku akan melamar Chloe. Dia yang asal bicara."

"Kalau memang benar begitu, kenapa kau tidak membantah perkataanya?" Ia terdiam sebentar, kemudian menghela nafas.

"Aku diancam." Jawabnya murung. Aku bisa melihat dari matanya, bahwa ia sedang dibebani sesuatu. Tapi aku masih belum mengerti apa yang membebaninya sampai sekarang ini. Seharusnya aku berani bertanya, namun aku tidak pernah berani untuk menanyakannya. Kupikir itu bukanlah urusanku, dan sepertinya ia akan merasa bahwa aku terlalu ikut campur akan masalahnya.

"Semuanya bilang bahwa kalian diancam oleh Chloe. Apa yang dia katakan padamu, sih? Kenapa kau harus menurutinya? Zayn pernah bilang padaku bahwa aku akan dalam bahaya jika kau tidak menuruti apa kata Chloe. Aku tidak akan dengan mudahnya percaya akan hal itu, kecuali aku mendengarnya sendiri darimu." Ucapku penuh tanda tanya. Aku bingung, sungguh.

"Itu benar. Aku melakukan ini semua untuk melindungimu. Hanya untuk melindungimu. Aku tidak mau kau terluka karenaku. Aku mau kau aman." Harry menunduk, kemudian menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Tapi.. Untuk apa kau melindungiku? Aku bahkan bukan siapa-siapamu." Ucapku seraya mengerutkan alisku. Laki-laki yang satu ini benar-benar aneh.

Ia mengangkat wajahnya, kemudian melihat ke arahku sambil tersenyum, "Karena kau adalah gadis yang berharga bagiku."

The Unpredicted Life // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang