Chapter 17

8.1K 514 3
                                    

Chapter 17

--------

Harry POV

From : Unknown Number

Temui aku di kafe biasa. Sekarang juga.

***

Aku memarkir mobilku di depan kafe tersebut, kemudian masuk ke dalam. Aku mencari sosok gadis berambut pirang tersebut, kemudian menemukannya sedang duduk di sebuah meja kecil dengan teh favoritnya. Aku menghampirinya.

"Ada urusan apa kau memanggilku?"

"Oh, akhirnya kau datang juga. Duduklah."

Aku menatapnya tajam sebentar, kemudian duduk di hadapannya. Bisa-bisanya ia masih tersenyum di saat seperti ini.

Aku harus melupakannya. Ya, gadis ini tidak boleh kembali masuk ke dalam kehidupanku, kemudian menghancurkan satu per satu apa yang ku punya. Tidak, itu tidak boleh, dan tidak akan terjadi.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Aku tidak punya banyak waktu untukmu." Ucapku sedingin mungkin. Ia tersenyum, kemudian kembali menyeruput teh herbal miliknya.

"Kudengar, baru-baru ini kau dekat dengan seorang gadis. Benar, bukan?"

Aku memutuskan untuk diam, kembali mendengar apa yang ia katakan selanjutnya.

"Kalau tidak salah, namanya Tiffany Lawson. Benar?"

"Kau mau apa darinya? Jangan sekali-kali kau mencelakainya."

"Hey, tentu saja aku tidak akan mencelakainya secara langsung."

"Apa maksudmu?"

Ia tertawa pelan, "Begini. Kalau misalnya berita tentang kedekatanmu dengan dia kusebarkan, apa yang akan terjadi padanya?"

Ia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya, kemudian memperlihatkannya padaku. Damn it. Itu fotoku dan Tiffany ketika kami berada di Taman Ria kemarin, tepatnya pada malam hari ketika aku melepas kacamata ku.

Urgh, clever girl.

"Kau mau apa dariku? Jangan pernah kau mencelakainya. Ingat, dia tidak ada hubungannya denganmu."

"Kalau aku menyebarkan foto ini ke media massa, apa yang akan terjadi? Tentu saja. Mungkin beberapa fansmu akan membencinya. Dan kemungkinan besar, ia tidak akan tahan akan kata-kata kasar yang dilontarkan fansmu padanya. Oh, anggap saja ini seperti kasus Justin Bieber-Selena Gomez."

"Lakukan saja, aku tidak peduli. Fansku tidak akan bersikap seperti itu. Good bye, you bitch."

Aku bangkit berdiri, kemudian meninggalkannya yang masih terduduk di kursi tersebut, menatapku tidak percaya.

Yah, aku tahu. Tidak seharusnya aku berkata kasar seperti itu pada seorang perempuan. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku sudah naik darah ketika berhadapan dengannya.

Okay, akan kujelaskan. Dia adalah Chloe Richardson. Aku tak menyangka, dulu aku pernah menjalin hubungan dengannya. Mungkin sekitar 4 tahun yang lalu, sebelum aku mendaftarkan diri ke X-Factor.

***

Tiffany POV

"YEAY! WELCOME BACK, JENNIFER!!" Kami semua berteriak bersamaan, menyambut kedatangan Jennifer yang dipindahkan kembali ke sini.

Kemarin, Stacey dan yang lain-selain Sissy- pergi ke pusat restoran. Mereka meminta izin kepada Ms. Kate untuk memindahkan kembali Jennifer ke sini. Dan akhirnya, Ms. Kate pun mengizinkannya.

Well, aku tahu seharusnya aku ikut meminta izin kemarin. Tapi kan, aku pergi dengan..okay, you-know-who. Harry.

"Uh, I miss you so much, Jenn!" Aku memeluknya erat.

"Me too, Tiff. Long time no see! Apa yang ingin kau ceritakan? Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dariku. Benar, bukan? Kau terlihat berbeda dengan kau yang biasanya."

Aku tersenyum lagi padanya. Tiba-tiba, ingatan tentang kejadian kemarin langsung muncul begitu saja di pikiranku. Oh, Harry kissed my cheek.

Aku merasakan bahwa wajahku memanas akibat mengingat kembali kejadian tersebut. Padahal, semalam aku sudah berteriak selama berjam-jam, sampai-sampai tetanggaku marah-marah kepada ibuku akibat teriakanku yang sangat kencang itu.

Jenn menyenggol bahuku sambil tertawa.

"Tuhkan, pasti ada sesuatu, deh. Kau mau menyembunyikannya dariku, ya?"

"Okayy, akan ku ceritakan, deh."

Jenn menarikku ke dalam ruang istirahat, dimana Stacey dan Grace berada.

(FYI, sekarang adalah jam istirahat.)

Ketika kami masuk, Jenn langsung membuka pintu tersebut kembali dan melongokkan kepalanya keluar, "Boys and Sissy are not allowed!" Teriaknya. Kemudian ia menutup pintu tersebut. Kami semua tertawa, kemudian duduk.

"Jadi, ceritakan pada kami, Tiff." Ucap Jenn antusias.

Aku pun menceritakan semuanya. Awalnya, Jenn sempat kaget bahwa aku pergi dengan Harry, namun setelah dijelaskan bagaimana bisa aku mengenal Harry, ia mengerti.

Ponselku bergetar.

From : Harry

Tiff, what is your twitter username?


To : Harry

Err..uh. It's @Tiffanyboo_211.

From : Harry

Okay, Tiffanyboo! Hehe :D


"Aww. Our Tiffany is in love with Harry Styles. And now, she's texting Harry Styles." Goda Jenn yang lagi-lagi membuat wajahku memerah.

"Tiff, your led is blinking." Ucap Stace yang sedang menyantap roti bakarnya.

Aku melihat ke arah ponselku. 2 e-mail masuk.

Aku membuka e-mail pertama dan kedua.

Harry Styles is now following you on twitter!


You have 1 new mention!


Aku melihat mention tersebut.

@Harry_Styles @Tiffanyboo_211 Hello boo :)

Setelah aku membuka mention tersebut, tiba-tiba aku langsung menerima banyak sekali mention. Aku mengecek followersku, dan jumlahnya langsung bertambah drastis.

Oh my word.



----------------

End of Chapter 17! Thank you for reading xx

PS : Maaf kalo kurang memuaskan. Saran dan kritik diterima ;);)

The Unpredicted Life // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang