Chapter 11 : It's just a 'Truth Or Dare' Game, curls.

9.7K 655 12
                                    

------------

"Jadi, ayo kita bermain. Aku bosan, Zayn." Tiffany menatap Zayn penuh semangat, kemudian mendapat sebuah anggukan dari Zayn.

"Tapi, kita akan main apa?"

"Err, how about truth or dare..?"

"Okay. Aku duluan ya?" Tiffany mengangguk, menatap Zayn tidak sabar.

"So, Truth or Dare?"

"Dare."

"Awkay." Ia menunjukan seringai liciknya, kemudian melihat sekeliling.

"Coba kau pergi keluar kafe, dan berteriak bahwa aku adalah orang tertampan yang pernah kau lihat di dunia."

Tiffany POV

"Coba kau pergi keluar kafe, dan berteriak bahwa aku adalah orang paling tampan sedunia." Aku melotot, kemudian menoleh ke jendela depan.

"Di depan ramai, Zayn. Apa kau gila?"

"Hei, itu peraturannya."

Aku memutar kedua bola mataku, kemudian berjalan keluar. Setelah memastikan keadaan jalanan tidak seramai tadi, aku berteriak.

"Zayn Malik is the most handsome guy I've ever seen in the world!!"

Semua pejalan kaki menatapku aneh sambil menggeleng. Aku berlari kembali masuk ke dalam sambil menahan tawa.

"Nah, aku sudah melaksanakannya." Ucapku sambil berkacak pinggang penuh bangga di hadapannya. Ia tertawa pelan, kemudian mengacungkan kedua jempolnya padaku.

"Sekarang, giliranmu. Truth or Dare?"

"Dare."

"Okay. Coba kau ambil minuman gadis di sebelah sana, kemudian kau tumpahkan minuman tersebut di roknya." Ucapku sambil menunjuk seorang gadis berumur sekitar 17 tahun yang sedang duduk menikmati minumannya.

Zayn melotot padaku.

"Nah. Ayo cepat,"

"Seriously, Tiff. Jelas saja aku tidak akan melakukan hal tersebut."

"Tapi itu peraturannya."

Zayn memutar kedua bola matanya, kemudian beranjak dari tempat duduknya, setelah 2 menit berpikir. Ia berjalan menuju meja gadis tersebut. Aku tertawa pelan.

Kulihat Zayn sempat berbicara dengan gadis tersebut dan membuka kacamata hitamnya. Gadis tersebut berteriak, karena aku bisa mendengarnya dengan jelas, tentunya. Kemudian Zayn dengan sopannya menumpahkan minuman tersebut di roknya. Gadis itu sama sekali tidak keberatan, ia malah memandangi wajah Zayn dan tidak memperdulikan roknya yang basah itu.

Aku tertawa keras. Kencang sekali.

Setelah menumpahkan minuman itu, Zayn mengambil tissue di mejanya dan mengelap kaki gadis tersebut. Okay, kali ini aku berhenti tertawa. Zayn benar-benar..entahlah. Hanya saja, jika aku menjadi gadis itu, aku lebih memilih mengelap kakiku sendiri.

Setelah itu, Zayn berjalan berbalik ke arahku. Aku kembali tertawa melihat wajahnya yang super duper bete.

Ia duduk, sementara aku masih tertawa. Setelah mulai tenang, aku menarik nafas dalam dalam, kemudian menghembuskannya. Begitu terus berkali-kali kulakukan.

"Sudah puas tertawanya, hah?"

Aku mengangguk menahan senyum.

"Sekarang, giliranmu Tiff. Truth or Dare?"

The Unpredicted Life // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang