Chapter 22

1K 87 15
                                    

Author's POV

Seperti yang pernah Kevin dengar dari beberapa sohibnya, memperbaiki hubungan tidak bisa instan seperti membalikkan telapak tangan.

Ada saat dimana ia masih tertohok dengan ucapan sarkas dari Sabrina. Ada waktu dimana Sabrina lebih banyak diam ketika Kevin menghabiskan waktu di apartemennya. Atau saat Kevin menawarkan untuk mengantar Sabrina ke kantor, namun gagal karena perempuan itu sudah terlanjur minta diantar supir.

Sabrina bukan sengaja melakukan itu untuk tujuan balas dendam atau membuat Kevin merasakan bagaimana sakitnya ia waktu itu. Sebagian besar responsnya yang seperti itu karena ia tidak menyadarinya. Terkadang, Sabrina meminta maaf pada Kevin karena sudah bersikap keterlaluan tanpa sengaja dan tentu saja Kevin mengerti.

Saat ini, karena latihan selesai lebih cepat, Kevin berinisiatif untuk menjemput Sabrina di kantornya. Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju area Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Jalanan Jakarta tidak semacet biasanya. Lexus hitam milik Kevin sudah memasuki entry gate CNM tower. Karena Kevin punya akses khusus, ia memarkirkan mobilnya di area yang notabene dikhususkan untuk petinggi CNM.

Ketika memasuki ruangan Sabrina, langkah kaki Kevin terhenti begitu melihat gadis itu tengah berbincang dengan seseorang.

"Eh mas Kevin, tunggu ya, ibu masih ada tamu", ucap Adel yang dibalas Kevin dengan anggukan.

Dapat Kevin lihat, Sabrina tengah berbincang dengan seseorang. Dari cara mereka berinteraksi, sepertinya keduanya sudah akrab. Entah kenapa, hati kecil Kevin sedikit tercubit.

Karena ruangan Sabrina tidak kedap suara, Kevin dapat dengan jelas mendengar Sarina dan laki-laki itu tengah membahas soal bisnis dan investasi.

Seketika terlintas di pikiran Kevin gap yang sangat jelas antara dirinya dan Sabrina. Ia sadar dirinya bukan seseorang yang punya kapasitas untuk diajak berbincang tentang hal itu. Ia tahu betul dirinya bukan seseorang yang smart enough untuk bisa mengimbangi kekasihnya.

Dulu, saat masa-masa awal PDKT, Kevin cukup percaya diri. Ia merasa bahwa dirinya tidaklah buruk untuk bersanding dengan gadis itu.

Tapi tidak untuk saat ini, Kevin merasa kecil dan tidak pantas untuk bersama Sabrina. Ia menyadari dirinya hanya seorang atlit yang beruntung saat ini bisa meraih kesuksesan, tapi tetap itu tidak sebanding dengan kekasihnya.

Kevin tidak pernah merasa minder atau apapun jika menyangkut materi dan kekayaan. Namun jika sudah menyangkut pendidikan, kepercayaan dirinya bisa runtuh seketika.

Alhasil, alih-alih menunggu Sabrina, Kevin memilih untuk pulang.

"Loh, mas Kevin mau kemana? Nggak jadi nungguin ibu?", tanya Adel.

"Ada urusan mendadak Del, Saya pamit ya", balas Kevin yang langsung berlalu dari ruangan Sabrina.

***

"Bu, tadi Mas Kevin kesini. Tapi pergi lagi, katanya ada urusan mendadak", ucap Adel begitu Sabrina selesai menerima tamu.

"Oiyaa? Kevin lama nggak disini?"

"Lumayan lama sih Bu, sekitar setengah jam"

"Ohh, oke makasih ya Del"

Dengan tergesa, Sabrina melangkah menuju ruangannya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Kevin.
Setelah tiga kali menelfon dan tidak kunjung diangkat, Sabrina memutuskan untuk mengirim pesan.

Girl Like You || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang