Chapter 28

904 79 19
                                    

Cuap-cuap Author dulu ya wkwk

Tbh this week is kind of tiring
Sorry for the long waiting
Btw match mini-mini bener-bener berat ya, kaya struggle banget gitu, even in day 1. Ga tega liat Koh Sinyo tiap jalan agak keseret dan kalo lg jumpsmash ngilunya sampe sinii😢😢
On the other side, i really appreciate Kevin that much. Dia keluar dari comfort zonenya, cover lapangan sana-sini, nenangin kokonya...
This boy is such a guardian angel
I already lower my expectation towards them, tapi ya krn mereka udah setelan pabriknya ambis jd gamau kalah wkwk
Yuk doa yang terbaik buat minimini🤍

Sabrina's PoV

"Mau makan malam dimana, Sab?", ucap Kevin setelah duduk di sampingku.

"Jumat malem jalanan pasti rame, delivery aja."

"I'm fine with delivery. Tapi kamu yakin nggak mau makan di luar ? Cari tempat yang nggak terlalu rame juga nggak papa, Sab"

"You haven't had a proper rest, Kevin. Gausah ditambah dengan ikut macet-macetan di jalan", Aku refleks mengatakan itu sembari meraih ponsel untuk melihat-lihat menu makanan yang akan kami order.

Aku baru menyadari apa yang sudah ku katakan ketika melihat Kevin tertegun menatapku dengan sorot mata yang sulit kubaca.

Ada jeda cukup lama yang diisi hanya dengan saling menatap sampai Kevin mendekat dan memelukku. Kevin cukup sering melakukannya. Dia seperti memahami ekspresi diamku. Seakan berkata aku tengah berusaha keras untuk percaya dia benar-benar ada disini, di sisiku. 

"Am i that hard to be forgiven, Sab?", tanyanya lirih. Kevin merebahkan pelipisnya di puncak kepalaku. Aku merasakan rengkuhan Kevin semakin erat di bahuku.

"Enggak Vin. Aku nggak marah sama kamu. I'm just...too scared"

"Scared of what?"

"Of losing you", ucapku tanpa berusaha menutupi apapun. Memang benar, sebegitunya aku takut kehilangan pria ini.

Kevin melepaskan rengkuhannya, membuatku menegakkan tubuh dan menatapnya bingung. Kevin beranjak dari sofa lalu setengah berlutut di hadapanku sehingga tatapan kami sejajar.

"Sab", panggilnya dengan sorot mata yang selalu membuatku merasa tersihir untuk tidak mengalihkan diri dari tatapannya. Tangannya menggenggam tanganku.
"Aku tau semua kesalahanku selama ini nggak akan bisa kamu lupain. Mungkin akan tetap membekas di hati kamu. Aku juga tau seberapa seringpun aku minta maaf, itu nggak akan mengubah semua kesedihan yang kamu rasain selama ini. Aku udah ngerasain kehilangan kamu tiga bulan ini. Aku nggak mau ngulangin hal yang sama karena aku sadar gimana susahnya menjalani hari-hari tanpa kamu. Kehilangan kamu bikin aku sadar bahwa aku nggak akan bisa jatuh cinta lagi sama orang lain. Itu lah alesan kenapa aku akan selalu nunggu kamu apapun yang terjadi, Sab"

Air mata yang berusaha ku tahan akhirnya luruh. Aku bisa melihat kesungguhan di sorot matanya. Aku menarik nafas dalam-dalam, mencoba agar air mataku tidak mengalir semakin deras.

"Will you still be with me even if it won't feel the same like before? Bahkan jika kita butuh waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri satu sama lain?"

Girl Like You || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang