Chapter 25

880 70 12
                                    

Sambil baca ini kayanya seru kalo kalian sambil dengerin Mantan Terindah -Raisa
Wkwkwk biar makin dapet aja feelnya.

Kevin's POV

Sepertinya ini adalah ketiga kalinya aku hadir di acara pemberkatan. Pertama pemberkatan Mas Nico, sepupuku, dan yang ketiga ya, pemberkatan Kenneth ini.

Aku sedikit gugup karena Caroline, calon istri Kenneth merupakan teman dekat Sabrina. Dan bisa dipastikan Sabrina juga hadir di pemberkatan ini jika tidak berhalangan.

Di dalam ada Aero, Aqsa, Wisnu, sementara sisanya beberapa sahabat Kenneth dan keluarganya. Aku belum melihat Sabrina, mungkin ia sedang menemani pengantin perempuan yang masih berada di tempat terpisah.

"Kirain lo nggak dateng", ucap Aero ketika aku mengambil tempat duduk disampingnya.

"Lo pikir gue sedesperate itu?", bisikku sambil memutar bola mata.

"Kalo diliat dari penampakan lo sih emang keliatan sedesperate itu"

Aku mengabaikan ucapan Aero sebelum perhatian kami beralih ke acara. Aku menatap Kenneth dan Caroline berdiri di depan pendeta. Menyaksikan keduanya mengucapkan janji suci pernikahan dengan lancar.

Tidak sedikit tamu undangan yang menangis haru menyaksikan pemberkatan ini. Aku pun ikut terharu sampai Aero menyikutku pelan dengan mata yang mengisyaratkanku untuk melihat ke suatu titik.

Pandanganku beralih ke objek yang dimaksud Aero. Dapat kulihat Sabrina tengah berbincang dengan seorang laki-laki---eh tunggu, sepertinya aku tau siapa dia.

Randi...

Mantan kekasih Sabrina yang paling lama menjalin hubungan dengannya. Dan setahuku, mereka juga putus baik-baik. Wajar saja mereka bercengkrama seperti layaknya bertemu teman lama.

"Itu Sabrina kan? Kayaknya dia udah move on tuh. Lo kapan?", ledek Aero yang juga melihat interaksi Sabrina dan Randi.

Celetukan Aero membuatku tertawa pelan--kontras dengan hatiku yang terasa sesak.

Dulu aku selalu berpikir melupakan seseorang itu gampang. Mengingat selama ini aku juga cepat lupa dengan para perempuan yang pernah berhubungan singkat denganku. Tapi sialnya, mau aku latihan sekeras apapun di lapangan, aku tetap tidak bisa melupakan Sabrina. Yang ada malah sebaliknya.

Bahkan pelarian semacam alkohol pun tak memberi efek signifikan. Katanya kalau mau melupakan yang lama, kita harus mencari yang baru. Namun tetap saja, Sabrina itu kelasnya terlalu jauh di atas, sampai-sampai perempuan lain terlihat biasa saja di mataku. 

Kalau Kenneth bukan seseorang yang cukup dekat denganku, sejak tadi aku lebih memilih pergi meninggalkan acara ini.

Dapat kulihat Sabrina kini tengah berbincang dengan Lysia, Feli, dan beberapa perempuan lain yang tidak aku kenal. Ia tidak berubah sedikitpun. Tetap penuh percaya diri, menarik perhatian, sempurna tanpa cela, seperti tidak terusik sedikitpun oleh keberadaanku diantara tamu undangan.

Kupikir aku cukup kuat karena aku berhasil menjaga ekspresi dan tetap tersenyum menanggapi guyonan Aero sampai aku merasakan rasa sesak di dadaku semakin bertambah.

It's just an hour, but feels like hours.

Aku bahkan tidak bisa mengingat sedikit pun perbincangan teman-temanku barusan. Terlalu sibuk menjaga emosiku agar tetap terlihat tenang. Mati-matian menahan semua memori tentang Sabrina yang seketika memenuhi pikiranku.

Girl Like You || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang