Chapter 29

1.2K 69 35
                                    

First thing first....
Author mau tanya, are you guys feeling well? Bukan apa apa sih
Author sedih nih, bukan karena minimini kalah, sebelumnya udh lowering expectation juga kan...
Tapi hujatannya itu lhoo, bikin engap bacanya huhuu😭😭
terutama ditujukan buat Kevin...
He already try his best, masih aja ada yang nyinyirin😭
Jadi inget kata Jia, "If you can't receive me at my worst, you don't deserve me at my best"...

Happy Reading yaa...

Author's PoV

Rabu menjadi salah satu hari yang Kevin nantikan. Karena hari itu, ia hanya latihan setengah hari. Yang artinya, sisa hari setengahnya bisa ia gunakan untuk melakukan apapun yang ia sukai.

Tiba-tiba, terlintas ide dalam pikirannya untuk mengajak Sabrina keliling Jakarta menggunakan motor. Sepertinya akan seru. Membayangkan ia melakukan hal-hal menyenangkan dengan Sabrina membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia jadi tak sabar. Dengan tergesa, jari jari lentiknya menari diatas layar ponsel--mencari kontak Sabrina kemudian menelponnya dengan panggilan video.

"Halo Vin", sapa Sabrina di seberang telepon. Gadis itu melambaikan tangannya dengan antusias.

"Kamu lagi nggak sibuk?", tanya Kevin.

"Lumayan senggang sih. Tadi meetingnya udah selesai, sekarang lagi meriksa laporan", jawab Sabrina sembari menunjukkan setumpuk map-map berisi laporan diatas meja kerjanya.

"Hmm...denger-denger kaki kamu sakit", ucap Kevin sambil berusaha menahan senyum.

"Kata siapa? Enggak kok"

"Enggak? Berarti bisa jalan?", tanya Kevin lagi.

"Bisa"

"Kapan? Yuk kita jalan"

"Hahaha...Vin Vin, paling bisa ya kamu..", Sabrina menjeda kalimatnya sejenak untuk mengatur nafasnya."Abis aku balik ngantor ya"

"Okee...terimakasih Bu Sabrina sudah meluangkan waktunya"

"Sama-sama, ketemu di apartemen ya"

"Iyaaa, see you"

"See you, Vin"

***

Jakarta

Kota yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup Kevin. Lebih dari setengah umurnya ia habiskan disini. Memori pertamanya tentang kota ini adalah ketika dirinya terpilih masuk pelatnas setelah memenangkan kejurnas pada waktu itu. Ada rasa senang bercampur sedih. Senang karena dirinya bisa ikut bergabung mengharumkan nama bangsa, sekaligus sedih karena ia harus meninggalkan PB Djarum, klub yang telah membesarkannya.

Dan kini, setelah sekian tahun berlalu, Jakarta tidak berubah. Dia masih tetap gempita oleh denyut kehidupan yang mengaliri jalanan kotanya. Kota impian bagi para perantau. Gedung-gedung tinggi, macetnya jalanan ibukota yang ketika lampu merah menyala, muncul musisi jalanan yang membawakan alunan lagu. Kota yang selalu hidup, beratapkan langit yang sakit oleh polusi kendaraan namun tetap berjuang keras menampilkan kilau gemintang.

Girl Like You || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang