Chapter 37

1.2K 81 84
                                    

Update pendek aja nih ya,
Buat readers yang demanding konten honeymoon maap2 aja ya
Kayanya ga author bikin chapter honeymoonnya, wkkwkw

Happy reading all🙌

Kevin's PoV

Sinar matahari pagi menelusup jendela kamarku, membuat aku mengerjap beberapa kali hingga akhirnya tersadar. Tanganku meraba permukaan kasur di sebelahku. Nihil. Sabrina sudah bangun rupanya.

Sekedar informasi, aku dan Sabrina sudah menempati rumah baru kami di BSD sejak dua hari yang lalu. Rumah yang kubeli sebagai rumah masa depan untuk aku, Sabrina, dan juga anak-anak kami nanti.

Apakah aku berlebihan?
Oh tentu tidak, itu namanya visioner :)

Dengan cepat aku merapikan tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Aku mencuci muka dan menggosok gigi supaya terlihat lebih fresh. Mandinya nanti saja, kalau mau pergi.

Kerongkonganku rasanya kering. Karena air di nakas sudah habis, aku pun melenggang menuju ke bawah, ke arah dapur. Dapat ku lihat Sabrina tengah berdiri, sibuk melakukan sesuatu. Sedang apa dia pagi-pagi begini? Apakah membuat sarapan?

Oh jadi begini rasanya punya istri, gumamku dalam hati.

Begitu aku mendekat, ternyata Sabrina tengah membuat minuman, entah kopi atau teh. Atau mungkin juga susu. Aku tak begitu peduli. Aku menyukai semua yang dibuat istriku.

Sabrina membelakangiku, mengenakan baju tidur putih tipis yang panjangnya beberapa senti diatas lutut. Ia menoleh dan tersenyum,

"Haus? Aku lagi bikin teh nih, mau?"

Aku menggeleng.

Entah karena cahaya yang masuk dari jendela atau sinar lampu, Sabrina dengan balutan dress putih itu terlihat begitu sureal, cantik sekali.

Baju tidur itu seperti didesain sedemikian rupa agar lelaki lemah iman sepertiku menciptakan fantasi. Misalnya, bahan baju ini begitu tipis sehingga aku bisa dengan jelas melihat lekuk tubuhnya. Tapi, ada begitu banyak renda yang berlapis yang menutupi bagian dadanya.

Sehingga, aku merasa harus mendekatinya untuk melihat lebih jelas. Rasanya aku sudah tidak ingin minum apa-apa. Kerongkonganku sudah tak kering lagi. Aku hanya ingin tau kenapa renda-renda itu menutupi seluruh dadanya.

"Do you mind if my hand stay here for a while?", bisikku tepat di telinga Sabrina sembari tanganku mengelus-elus renda itu.

Sabrina tak menjawab. Ia melepas gelas yang tengah dipegangnya dan mendekatkan tubuhnya padaku.

Jari-jariku dengan lihai menemukan sederetan kancing diantara renda yang bertumpuk itu. Aku membukanya satu per satu.

"Vin, ini masih pagi loh", ucapnya.

"Terus kenapa? Malah bagus kan sekalian olahraga pagi", jawabku dengan santainya.

Sabrina memutar bola mata, jengah. Aku tertawa kecil melihat responnya, sementara tanganku terus bergerilya diatas dadanya hingga ia mengerjap beberapa kali.

Tubuh kecil itu kuangkat ke atas meja dapur. Tanganku kembali menyentuh dadanya yang tak terbalut apapun, sedikit bermain disana hingga puncak payudaranya menegang.

Dalam seks, aku memang pantang menikmatinya seorang diri. Karena bagiku, seks adalah sebuah dialog. Aku memastikan apakah Sabrina juga mencapai level nirwana yang sama tingginya denganku.

Aku bereksperimen dari segala sudut, segala sisi. Mempelajari bagian manakah dari tubuh Sabrina yang peka terhadap sentuhanku.

Dengan tidak sabar, Sabrina menurunkan celanaku. Ketika aku akhirnya memasuki tubuhnya, memasuki dirinya, aku betul-betul meninggalkan kewarasan dalam diriku.

Girl Like You || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang