4. 🌻

1K 219 106
                                    














"Semoga betah ya Gi..." Kata mas Yun yang kini telah berada dikamar yang akan ditempati oleh Egi.

Sebuah kamar tamu khusus untuk tamu dengan kasur bertingkat.

"Iya bang makasih, dan mohon bimbingannya..."

"Iya aku bantu sebisa mungkin..."

"Jadi disini aku sendirian bang?"

"Bisa jadi sendiri tapi kadang ada pendatang juga seperti kamu, Gi.. Eh Wendy nggak jadi datang?"

"Nggak tau bang.. Nggak ada kabar..."

"Iya udah deh... Nanti aku temenin disini nggak apa Gi biar nggak sendirian...."

"Iya bang makasih..."







🌻









"Alhamdulillah terimakasih atas kedatangan nak Suha beserta keluarga yang cukup mengejutkan kami.."

"Tapi mohon maaf sebelumnya karena semua keputusan ada di anak saya, jadi saya tidak bisa memaksanya..."  "Mi tolong panggilkan Airin..."

"Iya Bi..."

Umi pun berdiri dari duduknya dan masuk untuk memanggil sang anak semata wayangnya.

"Rin..." Umi memanggilnya dikamar tapi kamarnya kosong, iapun pergi keruang lain untuk mencari anak gadisnya itu "Mana gadis kuring..."







🌻






Egi kembali ke mobilnya yang terparkir tempat parkir karena ada barang yang tertinggal.

"Astagfirullah..." Kaget Egi karena tak sengaja bertemu papas dengan seorang wanita yang kini langsung menutupi sebagian wajahnya.

"Kang Egi.."

"Teh Airin? MasyaAllah..." Egi menatap tak percaya, walaupun sepersekian detik saja itu bisa dikatakan sebagai rezeki tak terduga, bisa melihat wajah geulis tanpa cadar, mungkin dia lupa memakainya saat kabur.

"Eh kabur? Teteh kabur?"

"Iya saya nggak mau dilamar sama laki-laki itu..."

Egi adalah tanah gersang yang kini dirahmati air hujan dari Tuhan. Ia tersenyum senang, ingin rasanya ia menjerit kencang tapi ia tahan untuk nanti saja.

"Kenapa atuh?" Tanya Egi yang kini memberikan selembar kain berwarna hitam yang biasa dijadikannya slayer kepada Airin "Masih bersih kok belum dipakai.."

"Hmm terimakasih..." Airinpun menjadikan slayer tersebut sebagai cadarnya.

"Teteh mau ngumpet?"

"Iya.."

"Kenapa nggak temuin aja terus bilang nggak mau dilamar..." Saran Egi karena sebagai pria ia tidak suka menghindari masalah.

Airin terdiam lesu "Saya tidak bisa menjawab..."

"Oh tenang ada pilihan bantuannya kok... Mau bantuan audiens atau telepon dari teman, eh satu lagi fifty:fifty..."

"Ish akang...ini bukan kuis.."

"Hehe... Iya maaf... Salah ya..." Entah mengapa mood Egi kembali bagus, wajahnya cerah seketika.

Walaupun mereka baru saja kenal Airin merasa nyaman dengan Egi, bawaan Egi yang humoris itu mungkin salah satu daya tarik sendiri, diawal pertemuan yang baik adalah pembuka jalan yang baik pula.

Pesantren Rock & Roll  #JILID I 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang